Pada tahun 1827, negara Inggris digegerkan dengan sebuah kasus penculikan yang dialami oleh seorang petinggi negara bernama William Turner. Putri semata wayangnya, yakni Ellen Turnerdinyatakan hilang saat sedang bersekolah. Ellen saat itu masih berusia 15 tahun.

Saat itu di tanggal 7 Maret 1827, ada seorang pengirim pesan bernama Edward Thevenot yang datang ke kota Liverpool, tempat dimana Ellen bersekolah. Ia mengirim pesan tersebut langsung kepada sang Kepala Sekolah, yakni Misses Daulby. Ellen pun dipanggil ke ruangan Kepala Sekolah dan bertemu dengan Thevenot. Dari ekspresi Ellen, terlihat jelas kalau Ellen nampak asing dengan Thevenot. Akan tetapi, Thevenot berusaha keras untuk meyakinkan Nyonya Daulby untuk membawa Ellen pulang, dengan alasan kalau Ibunya Ellen tengah sakit keras dan sedang dirawat. Nyonya Daulby pun mengizinkan Thevenot membawa Ellen pulang, meskipun Ia masih menyimpan kecurigaan kepadanya.

Bukannya dibawa pulang ke rumahnya Ellen di Macclesfield, Thevenot malah membawa Ellen ke kota Manchester. Ellen pun dibawa ke Hotel Albion dan dipertemukan dengan Edward Gibbons Wakefield. Dia mengaku kalau Ia mencintai Ellen. Ia sengaja menyuruh Thevenot, suruhannya, untuk menyampaikan sebuah "fakta". Wakefield berkata kalau usaha milik orang tuanya Ellen sudah bangkrut. Selama ini, orang tuanya Ellen menyembunyikan hal tersebut darinya. Ia juga berkata kalau Ayahnya Ellen, yakni William Turner adalah "buronan rentenir" karena banyaknya hutang yang Ia miliki. Lalu, Pak Turner menemui saudara laki-lakinya (Pamannya Ellen) untuk membantu melunasi hutang-hutangnya. Pamannya Ellen pun menyanggupinya, namun ada syarat yang diberikan oleh para penagih hutang tersebut. Keluarga Turner harus mengizinkan Edward Wakefield untuk menikahi Ellen, alasannya karena selama ini keluarga Turner berhutang kepada keluarga Wakefield untuk membiayai usahanya. Ya, semua hutang yang dimiliki oleh Ayahnya Ellen adalah hutangnya terhadap keluarganya Wakefield. Wakefield juga mengatakan kalau semua rentenir yang Ia suruh untuk menagih hutangnya Pak Turner adalah anak buahnya. Sekali lagi, itu adalah "fakta". [u]Honestly...It's not a fact, but it's a fa(ke)ct[/u]

Ellen sempat tidak percaya dengan omongan Wakefield, hingga akhirnya, saudara laki-lakinya Wakefield, yaitu William Wakefield menjadi orang yang mengkonfirmasi kebenaran dari "fakta" tersebut. Ellen yang hanya bisa pasrah, mau tidak mau harus menuruti "syarat" tersebut. Dan singkat cerita, Ellen dan Wakefield pun resmi sebagai pasangan suami-istri. Mereka menikah di Gretna Green, dekat perbatasan antara Inggris dan Skotlandia. Yang bertugas sebagai penghulunya adalah seorang pandai besi bernama David Laing.

Sedikit info tentang Edward Wakefield ini, Ia adalah seorang diplomat Kerajaan Inggris yang pada saat itu berusia 2 kali lipat dari usianya Ellen. Sebelum menikah dengan Ellen, dulunya Wakefield pernah menikah dengan seorang wanita bernama Eliza Pattle pada tahun 1816. Sayangnya, 4 tahun kemudian Eliza meninggal dunia usai melahirkan anak ketiganya bersama Wakefield. Wakefield yang mencoba untuk move on akhirnya jatuh cinta saat melihat sosok Ellen Turner, sebagai salah satu putri dari seorang petinggi di Inggris.

Usai pernikahannya digelar, Ellen dan Wakefield pun kembali ke Inggris, tepatnya ke Carlisle. Ellen berkata kepada suaminya kalau Ia ingin pulang dan mengabarkan "berita bahagia" tersebut. Wakefield pun menuruti keinginan istrinya itu…


























































TAPI BOHONG...HIYA-HIYA-HIYA!!! 

Wakefield malah membawa Ellen ke kota Leeds. Setelah sampai di Leeds, Wakefield mengatakan kepada Ellen kalau Ia ada "rapat" di kota Paris, Perancis. Katanya,"rapat" tersebut adalah rapat yang sangat penting, sehingga tidak bisa ditunda olehnya. Wakefield pun membawa Ellen ke Perancis untuk menghadiri "rapat" tersebut.

Beberapa hari kemudian, Nyonya Daulby mengaku khawatir dengan Ellen. Karena sudah beberapa hari terakhir, Ia tidak masuk sekolah. Ia segera menghubungi keluarganya Ellen. Dan benar saja, Ellen dikabarkan menghilang dari rumahnya. Proses pencarian terhadap Ellen pun berlangsung. Sampai pada akhirnya, Wakefield mengirimkan surat kepada keluarganya Ellen dan mengabarkan bahwa dirinya sudah menikah dengan Ellen dan sedang membawanya pergi. 

Keluarga Turner pun bergegas melaporkannya kepada pihak berwenang. Proses investigasi yang dilakukan oleh pihak berwenang bisa dibilang sangat cepat, karena mereka berhasil melacak keberadaan Ellen tak lama sejak laporan diterima. Akhirnya, pasangan tersebut berhasil dilacak di kota Calais, Perancis. Ellen pun berhasil diselamatkan, sementara Edward dan William Wakefield langsung ditangkap oleh Kepolisian Perancis, usai laporan mengenai kasus penculikan Ellen disampaikan kepada pihak Perancis.

Dalam pengadilan, Ibu tiri dari Edward dan William Wakefield, yakni Frances diduga terlibat dalam ide penculikan terhadap Ellen Turner. Edward Thevenot yang bertugas sebagai pengirim pesan palsu itu pun ditangkap oleh Polisi. Namun, hanya Thevenot dan Frances saja yang dinyatakan tidak bersalah. Sementara Edward dan William Wakefield divonis hukuman 3 tahun penjara dan denda mencapai £3.000 (kurs saat itu, kalau uang segitu dikonversi pakai kurs sekarang, dendanya kurang lebih 52 juta Rupiah).

Pernikahan antara Edward Wakefield dan Ellen Turner juga berakhir, berdasarkan keputusan Undang-Undang Parlemen Inggris. Selang 2 tahun usai "kimpoi lari" dengan Edward, Ellen menikah dengan seorang pria bernama Thomas Legh. Namun, 2 tahun usai pernikahannya dengan Thomas, Ellen meninggal dunia usai melahirkan putri pertamanya. Sedikit fun fact, usai dibebaskan dari penjara, Edward Wakefield menjadi sosok yang aktif dalam setiap upaya kolonialisme Inggris. Ia memiliki peran dalam membangun negara Australia Selatan, Kanada dan Selandia Baru.

Kisah ini dituangkan ke dalam 2 buah buku yang berjudul "Abduction : The Story of Ellen Turner" (karya Kate M. Atkinson) dan "The Shrigley Abduction" (karya Audrey Jones & Abby Ashby, rilis di tahun 2005)