Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

davidp90Avatar border
TS
davidp90
TANPA RASA BAB 27 PRIVASI
      <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-formatemoticon-Embarrassmentther; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-familyemoticon-Swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
PRIVASI

            Aku harus menenangkan diri untuk menanggapi persoalan ini. Jika aku menuruti hawa nafsu dan egoku semata pastinya aku akan terus kesal dan marah-marah tidak jelas. Meskipun kenyataannya demikian tapi aku juga harus berpikir logis. Jika hanya emosi yang terjadi adalah aku menyia-nyiakan energi dan juga waktuku saja. Aku cukupkan untuk menyalurkan amarahku lalu kembali tenang hingga bisa menertawakan persoalan ini. Aku memasukkan kepalaku dalam bak mandi lalu berteriak sekuat tenaga. Dengan beberapa umpatan setelahnya redalah amarah. Dengan mengingat dan menyebut namaNya maka legalah.

            Apa yang sudah terjadi sudahlah terjadi. Aku masuk dalam berita di acara infotainment di pagi hari. Fotoku bersama Lisa ketika di rumah sakit masuk televisi. Aku pun mengeceknya di YouTube. Ternyata aku pun masuk dalam vlog keseharian Lisa. Rupanya orang yang kemarin memegang video recorder bukanlah penggemar dari Lisa melainkan tim mereka yang sudah disiapkan untuk membuat video kunjungan di sore hari itu.

            Semoga saja ini hanya sikapku yang berlebihan. Aku sama sekali tidak menyukainya menjadi bahan pemberitaan itu. Semoga aku yang hanya menjadi ornamen hiasan kecil dalam pemberitaan itu. Tidak lantas berkelanjutan dan hanya sebatas itu saja. Mereka mengidentifikasikanku sebagai tetangga Lisa sama seperti apa yang terdapat di dalam bukunya. Ketika aku browsing tentang Lisa munculah juga aku. Mereka memberi judul tentangku sesuai dengan apa yang dituliskan seperti di buku yang menjadi best seller itu. Tapi ada juga judul-judul artikel yang sama sekali tidak ada kaitannya denganku. Misalnya saja “Seorang kakek misterius menjenguk Lisa di rumah sakit”, menurutku inilah judul yang paling aneh diantara yang lainnya. Apa aku terlihat setua itu pikirku. Kini aku tinggal menikmati dan menertawakannya saja. Dan tentu saja tidak ambil pusing dengan headline itu. Semoga semua itu tidak sampai mengganggu privasi kehidupanku.

            Belum juga berganti hari tanda-tanda dari dampak pemberitaan dengan Lisa sudah mulai mengetuk. Ketukan pintu di siang hari benar-benar mengusik kenikmatanku yang sedang menikmati kenikmatan untuk tidak diganggu. Dari penampilannya aku yakin dua orang yang sudah menunggu di rumahku adalah para pemburu berita. Itulah yang terlihat dari lubang rahasia kecil dari pintu depan rumahku. Menyangkut Lisa munculah sebuah ide yang dulu biasa aku suka bermain-main dengannya. Melihat fenomena ini dan aku terlibat di dalamnya rasanya tak apa aku turut bermain-main dengan mereka.

            Aku ingat betul bagaimana dandananku ketika pergi ke rumah sakit waktu itu hingga berfoto dengan Lisa. Aku melakukan twist atau kebalikan dari penampilanku dari potretku yang telah tersebar di dunia maya itu. Yang mereka lihat tentang diriku tentu saja adalah gambaran di foto atau pun video ketika aku berada di rumah sakit sewaktu mejenguk Lisa.

            Untuk menjadi opossite dari apa yang diharapkan mereka mudah saja bagiku. Aku mengenakan pomet yang meskipun punya tapi aku sangat jarang untuk mempergunakannya. Hanya di waktu-waktu tertentu saja aku memakainya. Aku memakainya hingga klimis dan menyisir rambutku kebelakang. Mungkin inilah gaya rambut paling rapi selama ini. Aku mengenakan kemeja dengan cara dimasukkan ke celana dan melengkapi celananku dengan ikat pinggang. Berbeda dengan keseharianku yang tidak pernah memasukkan baju apalagi memakai ikat pinggang. Aku menyembunyikan kacamataku yang kupakai sewaktu di rumah sakit. Setelah dirasa cukup aku pun bersiap untuk menghadapi dua orang itu. Tak lupa aku pun mengubah gaya bicaraku.

            “Maaf menunggu lama. Saya habis mandi”, kataku menyambut mereka sambil membukakan pintu.

            “Mari masuk nak”, kata nak yang sangat jarang kugunakan sebelumnya.      Setelah kupersilahkan duduk kedua orang itu memperkenalkan diri mereka beserta dengan maksud dan tujuan mereka. Sudah bisa ditebak sebenarnya apa maksud mereka dan memang benar kedua orang ini sedang ingin mencari informasi terkait pemberitaan Lisa dengan melakukan interview terhadap orang yang turut menjadi perbincangan karena muncul bersama Lisa. Dari sanalah permaian dimulai.

            “Oh itu kakak saya.”

            “Kalau soal itu saya kurang paham.”

            “Yah. Sedikitnya dia pernah bercerita sama saya.”

            “Sebaiknya bertemu langsung saja dengannya.”

            “Kalau saya tidak bisa dan tidak tahu juga hal-hal semacam itu.”

            “Tapi sayangnya dia baru saja pergi. Sedang ada keperluan.”

            “Lusa mungkin dia sudah pulang.”

            “Ah tidak. Saya hanya sekedar berkunjung saja.”

            Itu adalah rekap pembicaraanku dengan kedua orang itu. Aku berperan sebagai saudara kembar dari orang yang ingin mereka temui. Dengan tampilan fisik dan juga suara yang aku perankan rupanya sudah cukup untuk meyakinkan mereka. Mereka sempat mengambil fotoku meski tanpa izin dan aku yakin mereka juga telah mengambil gambar rumah ini. Aku menolak mereka ketika pertanyaan-pertanyaan mereka jauh menjurus ke persoalan-persoalan Lisa dan juga dunia mistisnya. Aku hanya menaggapi pertanyaan-pertanyaan umum mereka sampai akhirnya pun mereka menyerah kemudian pergi.

            Sesuai dengan prediksiku aku dengan versi yang lain sudah muncul di pemberitaan dunia maya media sosial karena dua orang tadi. Bahkan berita itu muncul di malam harinya di hari yang sama ketika mereka datang mencoba untuk mewawancarai. Judul “Saudara kembar dari tetangga rumah Lisa” dan judul-judul yang lainnya tentangku yang lain sudah bisa ditemukan. Pembahasan mereka pun berlanjut dan melebar sampai ke tahap tentang apakah orang yang terlahir kembar memiliki sensitifitas terhadap hal-hal gaib dan sebagainya. Sama seperti huru-hara yang dulu ketika ditemukannya bekas rumah Lisa gambar rumahku pun kembali muncul di dunia maya dan bahkan sekarang atensi mereka bertambah. Begitulah mereka memainkan permainan mereka tentang sebuah pemberitaan.

            Malam itu juga aku berkoordinasi dengan Mas Su satpam komplek yang sekarang lebih dikenal dengan Pak Su. Kebetulan setelah aku mengirim pesan kepadanya dia sedang bertugas jaga di malam hari itu. Aku menjelaskan semuanya kepadanya. Alasan beserta rencana-rencanaku untuk mendapatkan ketenangan dan privasiku di rumahku sendiri.

            Tidak sampai pada kata lusa yang kusampaikan kepada dua pewarta yang datang di hari kemarin. Keesokan harinya sudah ada yang datang beberapa orang yang ingin meliput rumah beserta orang yang berada di dalamnya. Tentu saja ketertarikan mereka adalah karena ada hubungannya dengan Lisa dan juga buku yang dulu ia tulis. Dan yang terpenting adalah momennya.

            Aku cukup melihat mereka dan mengamati mereka untuk tidak bertindak ceroboh dengan rumah ini. Orang-orang yang datang itu hanya bisa berada di luar rumah saja tanpa mencoba untuk mengetuk mau pun untuk masuk ke dalam. Aku sudah memberhentikan niatan mereka ketika di pintu depan rumah aku gantungkan tulisan “Rumah Kosong.”

jiyanqAvatar border
jiyanq memberi reputasi
1
264
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan