Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

davidp90Avatar border
TS
davidp90
TANPA RASA BAB 20 BAGIAN 2
      <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-formatemoticon-Embarrassmentther; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-familyemoticon-Swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
“Semua ini berawal dari peristiwa yang menimpa saya pada saat saya berusia 6  tahun.”

            “Waktu itu di hari minggu dimana ayah saya libur bekerja.”

            “Saya ingat betul waktu itu masih jam 8 pagi ketika saya baru saja mulai menyalakan televisi untuk menonton kartun kesukaan saya. Ayah pamit untuk membeli keperluan motornya yang memang menjadi hobinya. Ayah bilang cuma sebentar jadi aku tak perlu ikut. Tapi waktu itu aku ngotot sampai nangis-nangsis ingin ikut sehingga saya pun turut bersamanya.”

            “Kata mereka dalam perjalanan menuju toko aksesori motor mobil yang kami tumpangi mengalami kecelakaan. Saya tidak ingat apa-apa. Yang saya tahu saya sudah berada di rumah sakit lengkap dengan infus perban dan juga mama disamping saya.”

            “Saya beruntung karena tidak mengalami cidera yang serius. Tapi peristiwa itu meninggalkan trauma yang cukup dalam. Saya menjadi gampang menangis ketika teringat segala sesuatu yang berhubungan dengan almarhum ayah saya. Bahkan saya dan mama sampai harus pindah rumah.”

            “Dulu saya sangat sensitif jika harus membicarakan apa yang baru saja saya ceritakan. Barulah ketika saya mulai berani menulisnya di sosial media yang ternyata sangat membantu untuk mengatasi trauma masa lalu saya. Saya juga ingin berterimakasih kepada mama yang selama ini telah sabar dan dialah yang selalu ada untuk menguatkan dan menemani saya di saat-saat sulit.”

            “Beberapa hari setelah saya pulang dari rumah sakit kejadian demi kejadian aneh mulai terjadi. Dari mendengar suara-suara yang tidak dapat saya temukan dimana dan siapa sumber suara itu berasal. Hingga akhirnya saya menyadari yang saya lihat adalah makhluk-makhluk yang sejatinya tak kasat mata.”

            “Awalnya tidak ada orang yang mempercayai apa yang saya katakan. Bahkan mama sendiri juga mengingkari apa yang saya ceritakan kepadanya. Mama mulai mengundang teman-temanya untuk berbicara pada saya. Sampai pada akhirnya ada teman mama yang memang bisa melihat apa yang juga saya lihat. Mama pun membawa saya ke berbagai tempat orang-orang yang memang sudah ahli dalam urusan ini. Akhirnya setelah sekian waktu berlalu mama pun mulai percaya tentang apa yang saya ceritakan.”

            “Sebuah blunder yang saya lakukan di kala itu adalah ketika saya menceritakan keadaan ini kepada teman-teman sekolah. Bukannya tertarik mereka malah menjadikan saya bahan olok-olokan buat mereka.”

            Lebih kurang intinya itulah yang disampaikan Lisa tentang bagaimana dia mendapatkan kemampuannya dan juga sedikit cerita tentang masa lalunya yang sengaja dikuburnya. Dari tadi aku memperhatikan ke sana kemari. Aku mencari Susi. Tapi tidak kutemukan juga wujudnya.

            Setelah Lisa menyampaikan kisahnya kini giliran sesi tanya jawab tentang buku yang sudah habis terjual ini. Ada beberapa jawaban-jawaban yang terlontar dari mulut Lisa menjawab pertanyaan-pertanyaan penggemarnya yang membutaku tertegun.

            “Sosok apa yang pernah kakak temui yang paling menyeramkan”, tanya seorang anak sekolah.

            “Sebenarnya saya berharap pertanyaan ini tidak ada yang menanyakannya. Tapi karena sudah ditanyakan baiklah saya akan menjawabnya. Adalah sosok perempuan bergaun hitam dengan muka pucat tanpa bola mata dan senyum yang amat mengerikan. Itu adalah sosok yang tinggal di rumah tetangga saya dulu. Bahkan waktu itu karena energinya yang jahat dan juga sangat gelap saya sama sekali tidak berani untuk mendekatinya. Waktu masih kecilpun saya sama sekali tidak berani untuk masuk ke rumah itu,” jawab Lisa.

            “Apakah itu rumah yang terbarkar sehingga kakak dan mama memutuskan untuk pindah rumah lagi?”, anak sekolah itu mengajukan pertanyaan lagi.

            “Bukan”, Lisa menjawab dengan singkat.

            “Dimana lokasinhya kak?”, ada seseorang yang nyeletuk bertanya.

            “Maaf saya tidak akan menyebutkan dimana lokasinya”, jawab Lisa.

            “Selamat sore Lisa. Saya ingin bertanya. Di dalam buku dituliskan bahwa kakak sempat tinggal di rumah kontrakan untuk waktu yang cukup lama meskipun saat itu kakak tahu ada makhluk berenergi negatif yang tinggal di lingkungan itu. Kenapa? Terimakasih”, tanya pengujung lainnya.

            “Selamat sore juga. Terimkasih pertanyaannya”, sapa Lisa sebelum menjawab.

            “Karena di sana Lisa bertemu dengan seseorang yang mirip dengan ayah Lisa”, jawab Lisa sambil menunjukkan senyumnya.

            “Tidakkah Lisa ingin bertemu dengan seseorang yang mirip dengan ayah Lisa lagi?”, pengunjung itu menyambung jawaban Lisa.

            “Pasti. Suatu hari nanti saya akan kembali menemuinya dengan cara mengejutkannya”, jawab Lisa. Sebaiknya tidak usah pakai kejutan pikirku.

            “Saya mendengar kabar burung bahwasanya anda fobia dengan kursi berwarna hijau dan enggan untuk mendudukinya. Apakah benar demikian Lisa?”, pertanyaan dari seorang penanya lainnya.

            Lisa terkekeh sebelum menjawab pertanyaannya, “Itu tidak benar. Saya hanya memastikan cat kursi itu tidak basah.” Jawaban Lisa membuat audience tertawa.

            “Kenapa kucing Lisa diberi nama Rocco? Apa artinya?”, orang seperti apa yang menanyakan nama kucing.

            “Rocco seperti nama kucingku saat kecil dulu”, jawab Lisa.

            Masih banyak pertanyaan yang lain sebenarnya tapi bagiku itu sangatlah tidak penting. Seperti apa makanan yang Lisa suka, apakah Lisa sudah punya pacar, bagaimana kriteria cowok idaman Lisa dan pertanyaan-pertanyaan konyol lainnya.

            Setelah waktu berlalu hampir dua jam akhirnya tibalah di sesi terakhir yakni tanda tangan buku dan juga foto bersama Lisa. Berbondong-bondong orang-orang itu memenuhi antrian. Tentu saja aku lebih memilih untuk langsung pulang meniggalkan keramaian itu. Pembahasan mengenai hak-hal ghaib, makhluk astral dan berbagai macam penyebutannya tadi bukanlah tema pembahasan yang membuatku tertarik. Sama seperti ketidaktarikanku akan tema-tema science fiction dan juga komik.

            Tapi apa daya. Meskipun sudah keluar dari acara bedah buku itu aku masih belum bisa langsung pulang. Aku tertahan. Aku harus menghabiskan lebih dari setengah jam untuk bersemedi di dalam toilet mall. Bisa disimpulkan semua itu ulah sambal yang terlalu banyak ketika tadi memakan mie. Sesudah hilang beban di perut aku pun langsung bergegas menuju mobil.

            Sesampainya di dalam mobil di parkiran aku tersadar akan sesuatu yang seharusnya kusadari ketika berada di tempat bedah buku tadi. Mau tidak mau aku pun harus kembali masuk ke mall dan naik ke atas. Sesampainya di atas aku berterimaksih kepada pelayan warung makan karena telah menyimpankan barangku yang hampir saja aku lupa untuk kubawa pulang. Ya paketan yang kuambil tadi tertinggal di warung mie tempat aku makan siang.

            Dalam perjalanan aku masuk kembali ke mall dan naik ke atas aku berpapasan dengan Lisa dan seluruh timya. Bahkan aku tak ragu kalau aku dan Lisa sempat saling bertatap pandang. Mempunyai kemampuan khusus apanya pikirku. Dia tidak mengenaliku sama sekali. Mungkin karena kesibukannya yang membuatnya lelah menjadikan fokusnya tidaklah tajam. Atau mungkin karena penampilanku yang sudah menyesuaikan dengan umur beserta kacamata dan juga rambut yang sudah mulai beruban sehingga ia sulit untuk mengenaliku.

jiyanqAvatar border
jiyanq memberi reputasi
1
299
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan