Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

davidp90Avatar border
TS
davidp90
TANPA RASA BAB 20 SEBUAH BUKU BAGIAN 1
      <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-formatemoticon-Embarrassmentther; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-familyemoticon-Swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
SEBUAH BUKU

            Tidak ada kelemahan pada sebuah sistem yang sempurna yang sudah diberlakukan selama berpuluh-puluh tahun. Yang menjadi sebuah masalah adalah oknum atau pelaku yang terintergrasi dengan sistem tersebut. Aku lebih suka memastikan apa yang akan aku peroleh dengan gerak usahaku sendiri dari pada harus menggantungakan nasib dari sebuah ketidakjelasan sistem yang menuggu dijalankan oleh orang yang kurang mempunyai tanggungjawab dalam tugas yang diembannya.

            Beberapa kali aku harus mengalaminya. Menjemput barang kirimanku sendiri yang seharusnya diantar ke rumahku sesuai rentan waktu yang sudah ditentukan. Tapi dikarenakan alasan yang bisa dari A-Z disebutkan maka akan terjadi sebuah keterlambatan. Awalnya tentu saja aku merasa kesal dibuatnya. Tapi setelah berjalannya waktu kupikir untuk apa aku mengeluarkan energi untuk sekedar marah-marah. Alternatif utamanya adalah tidak menggunakan lagi jasa yang bermasalah itu. Dan jika harus terpaksa menggunakannya lagi maka bila ada permasalahan yang serupa lebih baik aku mengambilnya sendiri. Bagaimana aku serta sikap dan perasaan mereka setelah beberapa kali terjadi seperti ini aku sama sekali tidak mempedulikannya. Karena sejatinya urusanku adalah barangku sampai kepadaku.

            Karena sudah terbiasa berhadapan dengan situasi seperti ini aku pun jadi seakan sudah tidak bergeming lagi. Bahkan dengan berbesar hati aku melakoninya. Sebuah kutipan lawas mengatakan dibalik sebuah ketidaknyaman kadang kala akan ada sebuah kejutan yang menyenangkan. Mungkin aku harus berterimakasih dengan orang yang suka menunda pengiriman barang ke rumahku sehingga aku harus berkendara lumayan jauh untuk menghampirinya dan menemui kebetulan di siang itu.

            Aku sengaja berangkat dari rumah di atas jam 10 dikarenakan di jam itu para petugas pengirim barang sudah berangkat dengan berbagai macam alamat yang akan mereka tuju. Di gerainya yang terletak di sebuah mall hanya akan menyisakan dua orang petugas saja. Itu artinya lebih sepi dan tidak perlu banyak mendengarkan basa-basi dari mereka.

            Karena memang tidak ada keperluan lainnya setelah aku memarkir mobil aku pun langsung saja bergegas masuk melalui pintu depan mall menuju ke lantai dua dimana gerai ekspedisi itu berada. Ketika aku masuk melalui pintu utama mall aku di sambut oleh banner dengan muka yang tampaknya tidak asing bagiku. Aku rasanya pernah melihat ekspresi wajah aneh seperti itu pikirku.

            Sama persis seperti perhitunganku aku bisa lolos dari pengambilan barangku dari gerai ekspedisi itu kurang dari lima menit. Bermodalkan mengangguk tersenyum, menagangguk tersenyum, sedikit tertawa kecil semua terlewati begitu saja.

            Sebuah kotak berukuran 15x10x15cm kini sudah berda dalam paper bag yang telah aku siapkan dari rumah supaya aku mudah membawanya. Waktu itu rasa-rasanya ingin sekali aku mencicipi salah satu menu mie yang dijual disalah satu tempat makan yang berada di sana. Sudah berkali-kali aku selalu melewati poster yang terpajang di kaca tempatnya berjualan. Kali ini aku memutuskan untuk berhenti dan memesan menu itu.

            Aku sedang menuggu mie original dan juga lemon tea yang sudah aku pesan. Aku mengambil sebuah selebaran dari samping meja dimana aku duduk. Yang kuambil bukanlah brosur dari tempat makan itu. Tapi ada selebaran lainnya yang tergeletak begitu saja di atas meja. Selebaran yang sama persis gambarnya dengan banner yang tadi menyambutku di pintu masuk mall. Aku penasaran apakah aku betul mengenal perempuan di brosur itu atau hanya perasaanku saja.

            Beberapa tahun belakangan ini salah satu yang sedang banyak diperbincangkan adalah tentang fenomena indigo. Hampir di semua media ada saja yang menyorotinya. Di acara-acara televisi dijadikan sebuah acara khusus untuk membahas hal-hal semacam ini. Dijadikan tema pembicaraan di radio-radio. Media-media sosial penuh dengan konten-konten seperti ini. Banyak bermunculan narasumber-narasumber baik yang namanya sudah dikenal publik mau pun nama-nama baru yang masih asing.

            Seorang anak yang masih duduk di bangku SMA berhasil membuat jagat media menjadikannya viral ketika unggahan cerita yang berdasarkan pengalaman pribadinya mampu menarik jutaan pembaca. Bekerjasama dengan salah satu penerbit ternama gadis itu pun setuju untuk mengangkat kisahnya dijadikan sebuah buku yang akhirnya menjadi sebuah buku bestseller. Itulah info yang kudapatkan dari selebaran yang aku ambil.

            Setelah memperhatikan wajah di selebaran itu dengan seksama dan membaca siapa nama dari sensasi muda ini barulah aku benar-benar yakin. Ternyata perasaanku tadi bukannlah prasangka saja. Meski aku tidak langsung mengenalinya ternyata memang benar gadis yang sedang viral dengan buku cerita pengalaman mistisnya itu adalah Lisa Amira Putri.

            Jika aku belum punya bukunya aku bisa membelinya dengan harga khusus. Aku juga bisa minta tanda tangan dan juga berfoto dengannya. Semua itu bisa aku dapatkan jika aku naik ke lantai empat dan menghadiri acara bedah buku yang akan dimulai pukul 1 siang nanti. Apa iya aku ingin pergi ke sana? Bahkan meminta tanda tangan dan juga berfoto dengan anak ingusan itu. Lucu juga pikirku.

            Jawabannya adalah ya. Aku naik ke lantai empat dimana acara itu akan dilaksanakan dan aku juga wajib membeli tiket untuk bisa masuk ke sana. Bahkan aku pun juga membeli bukunya dengan harga potongan tentunya. Hanya untuk berjaga-jaga kubaca jika waktu dimulainya acara mengaret.

            Ternyata benar-benar diluar dugaanku. Aku pikir ruangan yang sudah disiapkan akan lengang. Tapi kenyataanya penuh. Didominasi oleh usia-usia remaja bahkan masih ada yang mengenakan seragam sekolahnya. Terdapat juga orang-orang yang sudah terlihat dewasa menghadiri acara ini. Ada yang dengan bangga datang bersama dengan komunitasnya dengan sangat mencolok mengenakan kaos bertuliskan nama komunitas mereka. Sedari tadi aku tidak melihat ada orang tua di sini. Cukup aneh juga rasanya berada di kumpulan ratusan orang yang ditempatkan di area yang sebenarnya terlalu sempit untuk jumlah idealnya.

            Aku sengaja duduk di barisan belakang yang dekat dengan pintu keluar sehingga nanti aku bisa cepat keluar ketika acara sudah selesai tanpa harus berdesak-desakan atau pun ditengah-tengah acara nanti jika aku bosan. Dengan bantuan kacamata aku bisa melihat panggung depan dengan begitu jelas.

            Rasanya aku tidak perlu untuk membaca bukunya sekarang. Aku lebih tertarik memperhatikan bocah-bocah ini yang begitu antusias dengan apa yang sedang mereka perbincangkan. Tentu saja berkaitan dengan tema yang sama dengan tema acara hari ini.

            Setelah urutan acara demi acara akhirnya munculah sosok Lisa yang langsung begitu dielu-elukan. Suara jeritan yang meneriakkan namanya. Ada satu dua suara yang menurutku terlalu berlebihan. Dengan seksama aku memperhatikannya. Ya dia memanglah Lisa anak dari Susi yang dulu pernah tinggal di rumah depan rumahku. Semua orang membisukan mulutnya ketika tiba giliran Lisa untuk menceritakan kisahnya.

jiyanqAvatar border
jiyanq memberi reputasi
1
325
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan