Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

davidp90Avatar border
TS
davidp90
TANPA RASA BAB 17 GERUTU : HUBUNGAN
      <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-formatemoticon-Embarrassmentther; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-familyemoticon-Swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
GERUTU : HUBUNGAN

            Berpura-pura sedang menelphone seseorang. Itulah cara menghindar yang paling klise yang sering kutemui. Aku tidak hanya melihat itu antara satu orang dengan orang yang lain. Tapi aku juga pernah mengalaminya sendiri. Tentu saja bukan aku yang berpura-pura mengambil handphone dari sakuku lalu menaruhnya di telinga setelah beberapa saat sebelumnya melihat orang yang dikenalnya. Beberapa orang kenalanku yang pernah ingin aku sapa melakukannya padaku. Sama sekali bukan sebuah persoalan bagiku jika seseorang ingin menghindar.

            Ada juga yang sengaja memalingkan muka. Bertingkah sedang asyik dengan apa yang sedang dilakukannya setelah sebelumnya melakukan pengamatan tentang seseorang yang baru saja dilihatnya. Dia akan memperlihatkan ekspresi layaknya terkejut jika orang yang baru saja diamatinya itu menegurnya. Tapi terkadang orang-orang seperti ini tidak sadar bahwasanya terkadang ada orang-orang yang melakukan pengamatan terlebih dahulu sebelum orang-orang tadi melakukan pengamatannya.

            Ada juga yang menunggu reaksi dari lawannya sebelum dia melakukan langkah berikutnya. Ada juga yang berpura-pura lupa dan tidak mengenali. Ada yang sama sekali acuh meskipun sudah jelas-jelas saling tahu.

            Sebenarnya hal ini sangatlah wajar jika kita bisa lebih jernih mengamatinya. Dan sesungguhnya kita tidak perlu terlalu ambil pusing untuk memikirkannya. Yang paling dasar adalah tergantung dari kondisi setiap orang itu sendiri. Situasi pertama adalah akitivitas apa yang sedang dilakukannya. Apakah dia sedang terburu-buru? Apakah dia sedang bersama orang lain? Dan masih banyak lagi situasi orang bisa dilihat dari fisik yang sedang ia lakukan. Yang kedua tentu saja keadaan moodnya. Apakah dia sedang ingin berbicara? Atau mungkin dia sedang memikirkan persoalan-persoalan yang jauh lebih penting. Jika kita bisa bernalar demikian tentu kita bisa mudah memahami dan menerimanya. Tapi yang sering kita temui adalah seseorang akan merasa kesal bahkan marah, tidak merasa dihargai jika dia tidak ditegur duluan padahal dia pun sama sekali tidak ingin menegur duluan meski bisa melakukannya. Lucu bukan?

Hal semacam ini akan lebih sukar lagi jika sudah terdapat catatan-catatan tidak mengenakkan yang sudah tertulis di waktu yang lalu. Apabila bertemu dengan kawan lama dengan hubungan yang baik tentu saja akan sangat mudah untuk menghidupkan suasana. Apabila bertemu dengan orang umum cukup dengan bersikap baik dan tahu diri seperlunya saja sudah tidak ada masalah. Tapi apabila bertemu dengan orang yang telah tercatat kurang baik di masa sebelumnya. Inilah hal menjadikannya lebih sulit dalam artian lebih mudah untuk mengabaikan dan tidak perlu lagi berlakunya norma-norma kebaikan meskipun kita dengan sadar tahu dan bisa melakukannya. Masuk akal bukan?

            Pernah suatu kali aku ikut dalam sebuah acara reuni sekolah. Pertemuan dengan kawan-kawan lama yang dulu dekat mau pun yang hanya sebatas tahu nama saja. Obrolan-obrolan ringan hingga perbincangan-perbincangan serius bisa ditemukan dimana-mana. Ada sebagian orang yang seperti tidak bisa berhenti berbicara yang menjadikannya pusat perhatian dan sekaligus menjadikannya layaknya seorang narator untuk sebuah cuplikan kisah di masa lalu. Tapi ada juga dan tidak sedikit orang-orang yang tahu sudah waktunya untuk berhenti dan sudah mulai jenuh dengan segala apa yang disuguhkan. Aku ada dalam kumpulan orang-orang yang harus sudah berhenti untuk pulang. Bukannya anti aku pun juga menikmati acara tersebut tertawa lepas sama seperti yang lainnya. Ketika sudah dirasa cukup dan sudah mulai terasing dalam pembicaraan dan pergumulan dengan alasan apa pun itu satu per satu akan pamit untuk menghindar atau jika dibahasakan lebih halusnya menjadi pulang. Ada juga yang tanpa harus memberi aba-aba pada yang lainnya langsung menginggalkan tempat acara.

            Di suatu malam yang sudah nyenyak aku dalam tidur. Sebuah panggilan telephone membangunkanku. Suara yang sudah kukenal memintaku untuk menjemputnya dan mengantarnya untuk pulang ke rumahnya karena tidak ada yang menjemput dirinya waktu itu. Apakah aku bertanya kenapa kerabatnya tidak ada yang menjemput? Tidak. Apakah aku bertanya darimana dia hingga sudah jam selarut ini masih berada di stasiun? Tidak. Yang ada adalah aku dengan ringan hati dan tanpa rasa terusik sedikitpun bergegas berangkat menjemputnya dan mengantarkannya ke rumah tempat dia tinggal. Inilah sebuah hubungan yang sudah tercipta dengan baik di masa lalu yang menjadikan kapan pun setelahnya dibutuhkan suatu kondisi untuk berinteraksi lagi tidaklah perlu pendekatan-pendekatan yang bertele-tele.

            Sebuah kejadian lain yang aku alami. Saat itu sore hari ketika aku dalam perjalanan pulang kerja. Waktu itu memang sedang musim penghujan. Di beberapa hari sebelumnya hujan belumlah turun ketika aku pulang dari kantor. Untuk itu aku tahu betul malang yang dialami Rini.

            Aku melihatnya sedang berjalan di tengah hujan. Ia berjalan pasrah tanpa payung atau pun jas hujan. Nampak dari belakang aku tahu betul itu adalah Rini salah satu asisten rumah tangga di komplek perumahanku. Diantara teman-teman seprofesinya dialah ratunya. Tidak hanya dikenal karena paras ayunya. Gadis muda nan lugu ini juga dikenal ramah dan rajin dalam pekerjaannya.

            Aku membunyikan klakson mobil dan membukakan pintu ketika sudah sejajar dengannya di jalanan yang menuju arah jalan pulang. Aku menggerakan kepalaku sebuah isyarat kepadanya untuk masuk ke dalam mobil. Jika ia terus berjalan sampai ke rumah majikannya ia masih memerlukan waktu sedikitnya 10 menit untuk sampai dengan cara jalannya yang meratap itu. Yang mugkin dengan keadaanya yang basah kuyub ketika kutemui saja sudah cukup untuk membuatnya meriang nanti malam. Nanti sakit atau tidak sebenarnya bukanlah masalah utamanya. Tentu saja aku menolongnya karena dia seseorang yang kukenal baik terlebih dia juga tetanggaku sendiri. Untungnya dia langsung mau masuk mobil tanpa harus basa-basi dulu.

            “Kamu ini kenapa Rin? Kamu ngilmu ya? Hujan seperti ini malah jalan di pinggir jalan raya.”, aku langsung mengajaknya bercanda untuk menghiburnya melihat mukanya yang terlihat sedih.

            “Kamu habis darimana?”, tanyaku pada Rini.

            Tiba-tiba saja Rini malah menangis. Tapi suara tangisannya malah membuatku ingin tertawa. Terdengar suara tangisannya yang tidak lepas dan malah ia tahan.

            “Kamu cerita dulu baru setelah itu nangis.”

            Masih dengan isak tangisnya yang ditahan Rini menjawab, “Sepedanya hilang Pak”.

            Aku pun gagal menahan tawa yang sedari tadi kutahan hingga kutertawa sangat lepas. Dan Rini pun melanjutkan tangisannya yang malah semakin keras.

            “Sudahlah kamu tenang saja. Namanya juga musibah. Pak Haji pasti tidak akan marah. Pak Haji sudah kelewat kaya untuk sepeda yang sering kamu pakai itu”, aku mencoba menenangkannya.

            Rini bercerita bahwasanya di sore yang mendung itu ia sedang pergi ke minimarket untuk membeli keperluan dapurnya. Karena di sore-sore sebelumnya tidaklah turun hujan makanya ia sangat yakin untuk pergi. Ia pergi ke minimarket yang berada di dekat komplek. Dengan sepeda yang biasa ia pakai untuk akomodasinya. Ia pun berangkat sore itu. Namun bukanlah hujan yang sudah ia tampikkan yang membuatnya terkejut. Tapi sepeda milik majikannya yang hilang sudah tidak lagi berada di parkiran yang membuatnya menjadi kalut.

            Benar saja kataku. Beberapa hari kemudian aku kembali melihat Rini. Dengan wajahnya yang selalu dalam kondisi ceria ia begitu menikmati mengayuh sepeda barunya. Sepeda baru yang kini akan mengantarkannya kemana-mana yang sudah dilengkapi dengan rantai dan kunci sebagai pengaman. Aku pun turut senang melihat Rini yang periang seperti biasanya telah kembali lagi.

            Aku melewati sebuah peristiwa kecelakaan. Aku bisa melihatnya dengan jelas karena laju jalan menjadi melambat karena kerumunan orang-orang dan juga pengendara yang berhenti untuk menolong maupun menonton dan juga mengabadikan momennya. Dua korban terbaring di jalan sementara satu korban lainnya terlihat terduduk lesu. Cukup bagiku untuk sekedar lewat saja karena sudah ada sekian banyak orang yang berada di sana untuk mengulurkan tangan mereka. Lain cerita kalau aku menjadi orang pertama yang menemukan mereka di tempat kejadian perkara.

            Di sebuah pertemuan yang tidak sengaja dan tidak diharapkan. Aku lebih dulu melihatnya ketika dia melihatku. Rekaman-rekaman hitam tentangnya pun langsung terputar di kepalaku. Dia menatapku lalu menghapus pandanganya akan kehadiranku. Aku pun sama melakukan apa yang dia lakukan.

jiyanqAvatar border
jiyanq memberi reputasi
1
235
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan