Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

davidp90Avatar border
TS
davidp90
TANPA RASA BAB 16 NENEK
      <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-formatemoticon-Embarrassmentther; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-familyemoticon-Swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
NENEK

            Bisa terus awet sampai kakek nenek dengan keharmonisan dan kehangatan hubungan yang menyertainya adalah impian semua setiap pasangan. Tidak setiap orang bisa melalui dan mendapatkannya. Melihat keseharian tetangga baruku ini layaknya menyaksikan sebuah kedamaian. Hampir sudah tidak ada bumbu-bumbu pertengkaran diantara mereka. Yang ada sering terdengar justru suara-suara kebahagian dan terlihatnya cara bersikap mesra diantara mereka dalam usia senjanya. Pemandangan yang menyejukkan yang bahkan sama sekali tak pernah kubayangkan akan kudapati dikehidupan nyata. Tentu saja ada sedikit rasa cemburu kenapa aku tidak bisa sampai di waktu seperti mereka.

            Tentang sebuah persona terlihat jelas bahwasanya sang kakek mempunyai pembawaan yang lebih tenang dan juga ramah. Hal itu sebenarnya sama saja ada juga pada diri nenek. Meski umur mereka tidak berbeda jauh bahkan sang kakeklah yang lebih tua tapi bisa dilihat secara sepintas saja neneklah yang justru terlihat lebih tua dengan raut wajahnya yang terkadang terlihat mendung. Berbeda dengan suaminya yang murah senyum dan selalu mencoba bersikap ramah.

            Salah satu kejadian yang begitu kuingat dan membuatku bertanya-tanya adalah ketika mereka pertama kali berkunjung ke rumahku. Sebelum masuk ke rumah nenek nampak biasa-biasa saja. Begitu dia masuk kerumahku terlihat mimik wajahnya yang tiba-tiba berubah menjadi cemas dan terlihat menutupi sesuatu.

            Pagi itu aku sedang membuang sampah ke tempat sampah yang terlatak di pinggir jalan halaman rumahku. Aku lihat nenek sedang menyapu halamannya menyingkirkan daun-daun yang jatuh berserakan dari pohon di halaman rumahnya. Dia tampak begitu menikmati kegiatan menyapunya. Aku menuggunya ketika dia mendongakkan kepalanya untuk memberi salam sapa. Ketika padangan kami bertemu aku pun senyum dan menyapanya. Tapi ekspresi dari nenek membuatku bingung. Setelah aku menyapanya tanpa perubahan gestur maupun raut wajah nenek kembali melanjutkan kegiatan menyapunya seolah-olah tidak ada apa-apa. Mungkin karena masih terlalu pagi dia belum bisa melihatku dengan jelas pikirku.

            Ada lagi kejadian tentang nenek yang membuatku selalu bertanya-tanya dibuatnya. Aku tanpa sengaja memergokinya ketika sore hari aku sedang menutup jendela rumahku. Terlihat dan terdengar dengan jelas bahwasanya nenek itu marah-marah. Aku melihatnya dia berdiri di halaman rumahnya di bawah pohon sukun yang ada di halaman depan rumahnya. Dengan menghadap persis ke pohon itulah si nenek seolah-olah sedang berbicara dengan seseorang. Aku masih ingat betul kata-katanya, “Mau apa kamu?!”, “Mau apa kamu?!”. Kalimat itulah yang terus diulang-ulang oleh nenek sampai pada akhirnya sang kakek muncul dari dalam rumah dan membawa nenek masuk ke dalam rumah mereka.

Bukan itu saja keanehan nenek yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Ini terjadi di siang hari saat aku sedang memanasi mobilku yang memang sudah sangat jarang untuk kugunakan karena sangat jarang pula aku berpergian jauh. Aku dikejutkan dengan kemunculan sang nenek dari dalam rumahnya. Ia berjalan dengan cepat layaknya sedang mengejar sesuatu dan tiba-tiba saja dilemparnya sebuah sapu lidi yang ada digenggaman tangannya. Dengan jelas aku bisa melihat apa yang terjadi di halaman rumah tetanggaku itu dari dalam garasi rumahku yang sedang kubuka. Tapi karena suara mobil yang sedang aku hidupkan aku tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya ketika itu.

Ada apa sebenarnya dengan nenek ini? Terkadang aku mendapatinya begitu ramah dan baik. Tapi terkadang dia terlihat begitu murung ditambah dengan kelakuan-kelakuannya yang aneh. Tidak hanya satu atau dua kali ia berperilaku janggal seperti itu. Selama ia tinggal di sini ada-ada saja yang ia perbuat di setiap harinya. Misal saja aku pernah jadi sangat terheran-heran kepada sang nenek ketika aku melihatnya keluar dari rumah kosong. Apa yang dilakukannya disana? Dan masih ada kejanggalan-kejanggalan lainnya yang ia lakukan. Apakah jangan-jangan sang nenek punya gangguan kejiwaan? Mungkin itukah sebenarnya alasan sang nenek bersama suaminya pindah ke sini. Memilih rumah yang lokasinya terasing di sebuah komplek perumahan yang sedikit huniannya. Dan oleh sebab itulah anak-anak mereka mencarikan rumah di sini supaya mereka bisa tenang tanpa gangguan dan juga untuk kebaikan orangtua mereka.

            Tentu saja itu hanya pikiran liarku saja. Baiknya semua ini aku tanyakan kepada sang kakek. Karena beberapa kali juga ia memergokiku tanpa sengaja saat aku melihat sang nenek berperilaku aneh. Meski belum lama aku mengenal kakek tapi aku yakin sifat dan sikapnya akan menjawab dengan bijak rasa penasaranku ini.

            Dan memang benar demikian jawaban kakek atas pertanyaanku. Ia tidak marah, ia juga tidak tersinggung bahkan ia berterimakasih aku sudah bertanya kepadanya.

            “Penyakit tua mungkin dek”, jawabnya dengan santai.

            “Kadang memang nenek suka seperti itu. Tapi aku bersyukur saja aku masih diberi kewarasan. Jadi kami masih bisa bersama-sama. Coba kalau dua-duanya?”, kakek menimpaliku dengan sebuah candaan sambil tertawa mengajakku tertawa untuk menghilangkan raut muka serius di wajahku.

            Kakek berpesan kepadaku supaya terbiasa dengan perilaku-perilaku nenek yang seperti itu. Ia pun dengan lapang hati meminta bantuanku jika suatu saat nanti memang memerlukan bantuan orang lain. Termasuk mengawasi nenek jika ada perilakunya yang terlewat aneh. Aku pun mengiyakannya dengan senang hati akan menolong pasangan kakek nenek ini.

            Setelah berbincang cukup lama dengan kakek mengenai istrinya. Aku pun jadi mengetahui bagaimana harusnya aku bersikap kepada mereka terutama sang nenek. Rasa penasaranku pun hilang dan aku pun senang karena sang kakek tidak berusaha untuk menutup-tutupinya.

            Diantara semua kejanggalan yang aku lihat pada tingkah nenek. Ada satu peristiwa yang tidak mungkin aku lupakan. Kejadian itu layaknya sebuah adegan di film-film horor. Saat itu di malam hari. Sebenarnya jam masih terlalu pagi untuk tidur. Tapi karena rasa lelah akibat kesibukan yang padat di hari itu belum juga lewat pukul delapan malam aku memutuskan untuk tidur. Terlebih malam itu hujan yang cukup deras menjadi backsound yang sangat pas untuk mengarungi ruang mimpi. Seperti biasa aku pun memastikan semua pintu-pintu dalam keadaan terkunci sebelum aku masuk ke kamarku. Ketika aku hendak mengunci pintu depan mataku menangkap sesuatu dari lubang rahasia yang ada di pintu. Aku pun mengintipnya. Aku sontak kaget melihat nenek di depan pintu rumahku dengan keadaan basah kuyub. Aku langsung membuka pintu untukknya. “Ada apa nek?”, tanyaku dengan mengeraskan suara. Namun sang nenek tidak bergeming. Rambut tergerai dan senyum yang ngeri yang kudapati. Aku mempersilahkan nenek untuk masuk. Aku meninggalkan pintu terbuka selagi aku mengambil payung dan jas hujan yang ada di garasi. Aku berniat mengantarnya pulang atau kalau dia tidak mau pulang aku akan memanggil sang kakek. Tapi ketika aku kembali ke ruang tamu sosok nenek sudah tidak ada. Apa-apaan ini? Kalau seperti ini sudah terlalu ekstrem pikirku. Tak mungkin aku mebiarkannya hanya berdiri di sana. Menjadi serba salah dan juga kesal. Aku sempatkan untuk mencarinya dengan hujan-hujanan berbekal jas hujan dan juga lampu senter. Untunglah tidak kudapati nenek itu di sekitaran rumahku dan juga rumah yang lain. Semoga saja dia benar-benar sudah berada di rumahnya.

            Keesokan paginya aku menyambangi rumah tetangganku itu untuk mengkonfirmasi kejadian semalam. Dan yang aku temukan adalah rumah kakek nenek sudah dalam keadaan kosong tidak ada orang sama sekali. Mungkin pagiku masih kalah pagi dengan paginya mereka sehingga mereka berdua sudah pergi. Aku pun harus menunggu kepulangan mereka.

            Sore harinya aku kedatangan seorang pemuda yang mengaku sebagai cucu dari kakek nenek yang mendiami rumah di depan rumahku. Remaja yang baru saja masuk kuliah itu mengantarkan makanan sekaligus untuk beramah tamah. Keluarganya berterimakasih karena aku telah berlaku baik dan menjadi teman bagi orangtua mereka dan bagi kakek nenek dari cucu-cucu mereka. Kedatangannya sore hari itu setelah ia mengantar jemput kakek neneknya yang dari kemarin sudah berkunjung dan menginap di rumahnya. Ia pun tidak berlama-lama dan langsung pamit untuk segera pulang ke rumahnya. Takut kemalaman katanya.

            Kesimpulannya adalah kakek dan nenek dari hari kemarin sedang berada di rumah salah satu anaknya yang merupakan orangtua dari pemuda yang baru saja datang ke rumahku. Kakek dan nenek menginap di rumah si cucu tadi. Lantas siapakah nenek yang kemarin malam hujan-hujanan berdiri di depan pintu rumahku?

jiyanqAvatar border
jiyanq memberi reputasi
1
270
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan