

TS
drumss
Cerita Nikmatnya Gowes Terhenti Gara-gara Paku Laknat
6 Juli 2019 menjadi hari tak terlupakan dalam hidup ini, kenangan gowes terindah dan sekaligus terpahit sejauh ini. Jauh sebekum bersepeda menjadi hype seperti sekarang ini, ane sendiri memang penggila berat dengan olahraga satu ini. Selain memiliki manfaat buat kesehatan tubuh, sepengalaman ane sih memang bisa datangkan rejeki berlimpah. Mulai dari bisnis sepeda kecil-kecilan, banyak teman, banyak koneksi, sampai jadi ketua RT pun gara-gara hobi sepeda
.
Berawal dari masa sekolah pergi ke sekolah memakai sepeda, hobi itu pun saat ini tetap melekat, sampai sampai seminggu nggak sepedaan itu badan serasa pada sakit semua : hammer. Masa kuliah pun juga mirip, sembari belajar dan menuntut ilmu kebetulan ane kerja patt time, dan tahun 2004 terbelilah sepeda gunungyang saat ini sepeda tersebut sudah ane wariskan kepada saudara yang ada di seberang.

Gowes Sabtu Sore

Tak biasa-biasanya, hari itu ane bersepeda sendirian karena memang teman ane sedang tak memungkinkan karena suatu urusan. Biasa berpeda pagi hari, namun kala itu kondisi cuaca yang gerimis basahi bumi di saat matahari akan tampakan sinarnya. Akhirnya, niat bersepeda pun terpaksa urung. Masih terekam jelas hujan dengan gerimis kecil hari itu berlangsung lama, hingga jam menunjukan Pukul 11.15 hujan pun baru reda. Terpikir untuk mengajak teman gowes seore hari, sembari pulangnya icip-icip Warung Sate Kambing yang ada di dekat lampu merah. Namun apa daya, sore itu teman-teman tak ada waktu untuk bersepeda. Mereka ada yang sibyk siap-siap malam mingguan, ada yang antar istri ke pusat perbelanjaan, sampai ada juga suami baik hati yang mengantar sang istri kondangan. Pada ajhirnya solo gowes pun ane jalani, itung itung menunggu sore petang tiba.
Paku Laknat!
Selepas adzan Ashar mulailah diri ini ambil air wudhu dan segerakan sholat. Sesudah itu Mulailah suap-siap kenakan sepatu dan kemudian meluarkan sepeda. Waktu maih menunjukan 15.20, tetangga pun berseliweran. Lakukan pemanasan dengan regangkan tangan dan kaki jadi rutinutas sebelum mengayuh sepeda. sembari menjawab sapa dari para tetangga yang lewat, melipat tangan dan kaki jadi cara untuk lakukan pemanasan paling dimengerti. Foto di atas merupakan salah satu penampakan dari track yang dilalui. Menyusuri jalur sepanjang 24 KM itu bakal melewati berbagai desa di Kecamatan. Kondisi jalanan pun sudah beraspal, namun beberapa terdapat lubang yang mengharuskan pengendara wajib ekstra waspada. Sore itu, memutuskan untuk menggunakan sepeda balap (road bike) dengan salah satu koleksi ane adalah Orbea Avant H40, sepeda yang ane banget!.

Indahnya hamparan view sawah yang indah, udara pedesaan yang sejuk, serta ramah para pak petani yang bertegur sapa semakin membuat suasa gowes menjadi lebih hepi. Hingga suatu ketika kala gowes sudah setengah perjalanan, tiba-tiba ada kejadian tak mengenakan...

Suasana menyenangkan pun rusak seketika ketika rasa gowes ini didapati ada sesuatu yang ganjal. Ban berasa kasar, keseimbangan tak lagi terjaga, dan berasa sekali suara velg beradu dengan batu. Benar Gan!.... ban ini ternyata kempes, dan ini terjadi seketika dan secara otomatis pikiran ini sudah 100% akan kondisi ban pasti bocor. Pemikiran itu pun teruji kebenarannya, kala berhenti an membalikan sepeda dan memeriksa tiap tepi ban. Didapati sebuah potongan paku pun menancap dan mampu merobek baik ban dalam maupun ban luar.
Apesnya, kejadian itu memang ditengah perjalanan, jauh dari pemukiman, dan lebih apesnya lagi saat itu memang tak bawa handphone. secara otomatis ane cuman terdiam di pinggir jalan sembari ada keajaiban datang. Paku laknat itu jadi penyebab kebocoran ban belakang, kenikmatan dan keasyikan gowes pun terpaksa terhenti dan berujung rasa khawatir akan bagaimana pulang, atau peroleh bantuan.
Pick Up Putih Penyelamat
Waktu menunjukan pukul 16.43, langit pun sudah mulai tampak gelap seraya matahari petang menjelang. Dari jauh terdengar suara mesin mobil, yang semakin lama semakin mendekat. Benar adanya, pick putih mengangkut gabah petani itu pun hadir di hadapan. Tak berpikir lama, ane pun segera meminta bantuan untuk menumpang.
Sekitar 20 menitan, akhirnya tiba juga di rumah ane, dan segera ku turunkan sepeda, kemudian masuk ke dalam untuk mengambil uang untuk membayar sopir yang sudah mengantarkan pulang.
Alhamdulillah, akhirnya sepeda dan ane sudah selamat sampai di rumah. Kejadian paku laknat ini memberikan pelajaran, kalau bersepeda hendaknya bawah handphone, part sepeda, kunci sepeda, atau perangkat pendukung agar menunjang selama di perjalanan. Semoga cerita ini tak terjadi dengan agan sista sekalian. Akhir kata, terima kasih sudah menyimak cerita ini, dan salam gowes ..
.

Berawal dari masa sekolah pergi ke sekolah memakai sepeda, hobi itu pun saat ini tetap melekat, sampai sampai seminggu nggak sepedaan itu badan serasa pada sakit semua : hammer. Masa kuliah pun juga mirip, sembari belajar dan menuntut ilmu kebetulan ane kerja patt time, dan tahun 2004 terbelilah sepeda gunungyang saat ini sepeda tersebut sudah ane wariskan kepada saudara yang ada di seberang.

Gowes Sabtu Sore

Tak biasa-biasanya, hari itu ane bersepeda sendirian karena memang teman ane sedang tak memungkinkan karena suatu urusan. Biasa berpeda pagi hari, namun kala itu kondisi cuaca yang gerimis basahi bumi di saat matahari akan tampakan sinarnya. Akhirnya, niat bersepeda pun terpaksa urung. Masih terekam jelas hujan dengan gerimis kecil hari itu berlangsung lama, hingga jam menunjukan Pukul 11.15 hujan pun baru reda. Terpikir untuk mengajak teman gowes seore hari, sembari pulangnya icip-icip Warung Sate Kambing yang ada di dekat lampu merah. Namun apa daya, sore itu teman-teman tak ada waktu untuk bersepeda. Mereka ada yang sibyk siap-siap malam mingguan, ada yang antar istri ke pusat perbelanjaan, sampai ada juga suami baik hati yang mengantar sang istri kondangan. Pada ajhirnya solo gowes pun ane jalani, itung itung menunggu sore petang tiba.
Paku Laknat!
Selepas adzan Ashar mulailah diri ini ambil air wudhu dan segerakan sholat. Sesudah itu Mulailah suap-siap kenakan sepatu dan kemudian meluarkan sepeda. Waktu maih menunjukan 15.20, tetangga pun berseliweran. Lakukan pemanasan dengan regangkan tangan dan kaki jadi rutinutas sebelum mengayuh sepeda. sembari menjawab sapa dari para tetangga yang lewat, melipat tangan dan kaki jadi cara untuk lakukan pemanasan paling dimengerti. Foto di atas merupakan salah satu penampakan dari track yang dilalui. Menyusuri jalur sepanjang 24 KM itu bakal melewati berbagai desa di Kecamatan. Kondisi jalanan pun sudah beraspal, namun beberapa terdapat lubang yang mengharuskan pengendara wajib ekstra waspada. Sore itu, memutuskan untuk menggunakan sepeda balap (road bike) dengan salah satu koleksi ane adalah Orbea Avant H40, sepeda yang ane banget!.

Indahnya hamparan view sawah yang indah, udara pedesaan yang sejuk, serta ramah para pak petani yang bertegur sapa semakin membuat suasa gowes menjadi lebih hepi. Hingga suatu ketika kala gowes sudah setengah perjalanan, tiba-tiba ada kejadian tak mengenakan...

Suasana menyenangkan pun rusak seketika ketika rasa gowes ini didapati ada sesuatu yang ganjal. Ban berasa kasar, keseimbangan tak lagi terjaga, dan berasa sekali suara velg beradu dengan batu. Benar Gan!.... ban ini ternyata kempes, dan ini terjadi seketika dan secara otomatis pikiran ini sudah 100% akan kondisi ban pasti bocor. Pemikiran itu pun teruji kebenarannya, kala berhenti an membalikan sepeda dan memeriksa tiap tepi ban. Didapati sebuah potongan paku pun menancap dan mampu merobek baik ban dalam maupun ban luar.
Quote:
Apesnya, kejadian itu memang ditengah perjalanan, jauh dari pemukiman, dan lebih apesnya lagi saat itu memang tak bawa handphone. secara otomatis ane cuman terdiam di pinggir jalan sembari ada keajaiban datang. Paku laknat itu jadi penyebab kebocoran ban belakang, kenikmatan dan keasyikan gowes pun terpaksa terhenti dan berujung rasa khawatir akan bagaimana pulang, atau peroleh bantuan.
Pick Up Putih Penyelamat
Waktu menunjukan pukul 16.43, langit pun sudah mulai tampak gelap seraya matahari petang menjelang. Dari jauh terdengar suara mesin mobil, yang semakin lama semakin mendekat. Benar adanya, pick putih mengangkut gabah petani itu pun hadir di hadapan. Tak berpikir lama, ane pun segera meminta bantuan untuk menumpang.
Quote:
Sekitar 20 menitan, akhirnya tiba juga di rumah ane, dan segera ku turunkan sepeda, kemudian masuk ke dalam untuk mengambil uang untuk membayar sopir yang sudah mengantarkan pulang.
Quote:
Alhamdulillah, akhirnya sepeda dan ane sudah selamat sampai di rumah. Kejadian paku laknat ini memberikan pelajaran, kalau bersepeda hendaknya bawah handphone, part sepeda, kunci sepeda, atau perangkat pendukung agar menunjang selama di perjalanan. Semoga cerita ini tak terjadi dengan agan sista sekalian. Akhir kata, terima kasih sudah menyimak cerita ini, dan salam gowes ..

Diubah oleh drumss 02-03-2021 19:44
0
211
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan