Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bungtak.selaluAvatar border
TS
bungtak.selalu
Survei LSI: PDIP dan Gerindra Masih Jadi Parpol Paling Banyak Dipilih
Survei LSI: PDIP dan Gerindra Masih Jadi Parpol Paling Banyak Dipilih

JAKARTA - Partai politik (Parpol) yang diperkirakan bakal meraih suara terbanyak pada Pemilu 2024 hampir sama seperti 2019 yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra.

Berdasarkan hasil survei LSI terkait partai politik pihaknya hanya memberikan dua pertanyaan untuk mengetahui respons masyarakat terkait Pemilu Legislatif 2024. "Pertama adalah top of mind, ini agak mirip urutannya yang papan atasnya dengan Pemilu 2019 yaitu nomor satu PDIP 20,1%, kemudian Gerindra sekitar 11,0%; Golkar 8,3%; berikutnya PKS dan PKB rebutan posisi keempat," kata Direktur LSI Djayadi Hanan dalam Rilis Survei LSI: Evaluasi Publik Terhadap Kondisi Nasional dan Peta Awal Pemilu 2024 yang digelar secara daring, Senin (22/02/2021). 

Djayadi menyebutkan, PKS dan PKB dari hasil survei itu berebut karena angkanya hampir sama 6,8 dan 6,7%. "Jadi PKB dan PKS kita sebut (dalam survei) berada di posisi keempat, lanjut posisi kelima Partai Demokrat 4,0%; Nasdem 2,5%; PAN 2,5%; PPP 1,5%, dan seterusnya," ujarnya. 

Sehingga, kata Djayadi, jika diperhatikan survei secara Top of Mind ini, partai-partai baru yang non parlemen belum terlihat memiliki perbaikan dukungan. "Kemudian survei secara semi terbuka, posisinya tetap sama yakni partai-partai baru atau partai-partai non parlemen tampak belum memiliki perubahan perbaikan dukungan yang siginifikan," ungkapnya.

Pihaknya menduga hal itu terjadi karena masyarakat melihat belum ada fakta yang betul-betul menghidup mesin partainya secara full 100%. "Karena mungkin pemilu nya dianggap masih jauh, tapi kalau di semi terbuka, urutannya agak turun sedikit PKS ke posisi ke lima, PDIP masih diposisi pertama 24,5%, ada kenaikan dibandingkan Pemilu 2019, lalu Gerindra angkanya mirip dengan Pemilu 2019 yakni, 12,6%," jelasnya.

Kemudian Golkar 10,0% bersaing dengan PKB 9,7%; lalu PKS 7,6%; Demokrat 5,4%; Nasdem 3,4%; PAN 3,0%; PPP 2,4%; PSI 1,5% dan seterusnya. "Jadi jika dilihat di sini terlihat mirip hasilnya dengan Pemilu 2019 dengan ada perubahan penurunan di Nasdem terutama ya, yang tadinya lebih dari 5%, sekarang mengalami penurunan, yang lain partai politik seperti PDIP mengalami kenaikan sedikit, sedangkan Gerindra, PKB dan PKS agak stagnan atau partai lain ada kecenderungan menurun," pungkasnya.


Sumber : kolam

Isu Korupsi Bansos tidak cukup untuk menggoyang PDIP. Kenapa? karena yang kena juga kader kelas bawah yang kebetulan jadi menteri, mirip dengan Harun Masiku.

Lalu opini yang dibangun kadrun dibantu tempo, soal "anak lurah" dan "madam" hanya berakhir menjadi obrolan warung kopi, karena hanya terkesan asal lempar opini tanpa didukung bukti dan narasumber yang mumpuni. Masyarakat secara umum tidak tertarik dengan isu-isu konspirasi yang tidak ada pengaruhnya langsung terhadap kebutuhan masyarakat.

Jelas ini beda dengan korupsi PKS dan Demokrat dimana yang kena adalah para petingginya, hingga ketua (Anas Urbaningrum dan ketua PKS). Selama kasus korupsi yang kena masih kader bawah maka kepercayaan pendukung PDIP tidak akan berkurang, karena partai yang lain belum ada bukti lebih bersih. Kalaupun ada, maka lebih karena belum memegang banyak kekuasaan, sehingga belum teruji.

Di lain pihak, KPK bergerak sangat lambat dalam kasus korupsi Bansos. Bayangkan setelah 1 Bulan berlalu, KPK baru menggeledah anggota DPR PDIP? Jelas 1 Bulan itu adalah waktu yang panjang untuk menyembunyikan barang bukti (kalau memang anggota DPR PDIP terlibat).

Terakhir, PDIP besar karena nama-nama seperti Ganjar, Ahok, Budiman Sujatmiko, Adian Napitupulu, Risma, Megawati dan beberapa nama penting lain. Selama yang kena bukan orang-orang yang penulis sebut, maka kepercayaan rakyat akan sulit berkurang, karena PDIP adalah partai ideologis yang sudah bertahan bahkan saat tertekan di era orde baru.

Di lain pihak, isu "madam" yang dibangun kadrun tidak terlalu efektif dan berkesinambungan, sehingga berakhir menjadi obrolan warung kopi. Tidak lebih, tidak kurang.

Kadrun dan oposisi-pun terkesan tidak punya fokus dalam membangun isu. Contoh saat Anies diserang, bukan fokus mengangkat Anies malah sibuk menjatuhkan Ahok yang saat ini sedang asik sendiri sebagai komisaris pertamina. Menjelekan Ahok tidak akan menghasilkan apapun dan membuat Anies jadi lebih hebat, karena Anies sendiri masih dipertanyakan apa prestasinya? Apa yang dibangun? Jakarta serasa auto pilot di tangan Anies yang hanya meneruskan hasil dari gubernur sebelumnya. Begitulah Kura-Kura.
Diubah oleh bungtak.selalu 26-02-2021 08:22
zeustrojanAvatar border
muhamad.hanif.2Avatar border
bontakkunAvatar border
bontakkun dan 3 lainnya memberi reputasi
2
947
22
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan