Papua, mungkin tidak asing di dengarkan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Papua memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Mulai dari laut hingga gunung yang tidak akan ada habisnya.

Contohnya saja Tembagapura yang paling terkenal di seluruh dunia. Penghasil nikel dan emas terbesar ke 3 dunia ini di kelola oleh Negara asing.

Polemik di Papua pun tidak berhenti bergulir hingga sekarang. Kelompok Bersanjata Papua ini sering sekali meneror para penduduk. Hingga saat ini sering terjadi kontak senjata dengan aparat TNI-POLRI distrik Papua.

Penduduk Papua sendiri indentik dengan keramahan tetapi di saat ada masalah mereka bergotong royong saling membantu menyelesaikan masalah tersebut.

Tapi tahukah kalian ada aturan adat yang sangat kejam di Papua hingga saat ini masi berlangsung dan udah memakan korban jiwa.

Apa aturan adat yang sangat kejam itu berikut ini penjelasannya.

Aturan yang paling terkenal di Papua yaitu ketika kalian berkendara dan menabrak hewan peliharaan seperti Babi atau sejenisnya.
Kalian akan di suruh mengganti rugi dengan menghitung susu dari ibunya jika susu ibunya ada 6 maka di kalikan 1 juta kalian harus mengganti nya.

Aturan tersebut udah terkenal di mana jika kalian masuk di daerah Papua berhati hatilah.

Aturan kedua yang sangat mencekam

Ketika kalian melakukan pembunuhan atau kejahatan yang mengorbankan nyawa orang setempat atau penduduk asli Papua kalian akan di bunuh di tempat.

Ini pernah terjadi di Tahun 2020 yang lalu di mana seorang pengendara mobil yang menabrak pengendara motor di mana si Pengandara motor itu tewas di tempat.

Di saat bersamaan warga yang berada di tempat kejadian tersebut memukul si pengendara mobil hingga harus tewas di tempat.

Yang lebih membuat bulu kuduk merinding petugas polisi yang mencoba melerai pun kewalahan dan si pengendara mobil pun tewas di tempat.

Vidionya pun sempat viral di media sosial di mana banyak pengguna medsos mengecam tindakan itu.


Menurut survei yang telah di lakukan dan pengamatan selama ini.
Belum semua pendidikan merata ke seluruh pelosok Papua sehingga pola pikir tersebut yang turun menurun tetap terbawah hingga sekarang.

Medan yang begitu sulit dan suku asli pedalaman yang masi belum mau berbaur dan mengenal teknologi ini yang perlu di perhatikan.

Sumber 1

Sumber 2