- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Misha Defonseca Dan Buku Memoar Palsunya


TS
diaz420
Misha Defonseca Dan Buku Memoar Palsunya
Quote:

Misha Defonsecaadalah seorang penulis buku asal Etterbeek, Belgia kelahiran tahun 1937. Misha terlahir dengan nama Monique de Wael, Ia adalah seorang putri dari keluarga penganut agama Katolik yang taat. Nasib Misha (Monique) kecil sangatlah memprihatinkan, kedua orang tuanya ditangkap dan dibunuh oleh tentara Nazi setelah mereka menentang pemerintahan Nazi Jerman di Belgia dengan cara bergabung dengan kelompok pemberontak. Misha pun diasuh oleh Kakek-neneknya, lalu dibawa oleh Pamannya. Misha kecil juga dianggap sebagai "anak dari seorang pemberontak" karena tindakan kedua orang tuanya. Beruntung, di usia dewasanya, sebutan tersebut akhirnya dicabut.
Di tahun 1988, Misha yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Maurice memutuskan untuk pindah ke Amerika dan menetap di Millis, Massachusetts. Dari situlah Misha mendapatkan ide untuk membuat sebuah memoar yang menceritakan masa kecilnya.
Dalam memoar tersebut diceritakan bahwa Misha adalah seorang anak yang ditinggal mati dari orang tuanya akibat perang. Ia pun tinggal sebatang kara dan berjalan jauh menghindari peperangan yang tengah berkecamuk. Di tengah perjalanannya, Misha terjebak di dalam hutan dan tidak tahu jalan pulang. Sampai akhirnya, Ia ditemukan oleh segerombolan Serigala Hutan. Lalu, layaknya cerita Tarzan atau The Jungle Book, gerombolan Serigala itu mengadopsi Misha kecil hingga Ia tumbuh dewasa. Dan setelah Ia dewasa, Ia kembali ke peradaban manusia dan menjalani hidup barunya. Namun, kehidupan barunya itu masih jauh dari kata bahagia. Ia masih harus membalaskan kematian orang tuanya akibat tentara kejam yang sudah membunuhnya. Dengan kemampuan yang Ia miliki setelah diadopsi oleh keluarga Serigala, Misha pun berhasil membalas kematian orang tuanya dengan cara membantai para tentara kejam itu. Setelah itu, peperangan pun berakhir dan Misha pun hidup bahagia selamanya.
Cerita tersebut lebih cocok untuk disebut sebagai novel fiksi ketimbang sebuah memoar. Menurut KBBI, Memoar memiliki arti "kenang-kenangan sejarah atau catatan peristiwa masa lampau menyerupai autobiografi yang ditulis dengan menekankan pendapat, kesan dan tanggapan pencerita/penulis atas peristiwa yang dialaminya dan tentang tokoh yang berhubungan dengannya", atau "catatan atau rekaman tentang pengalaman hidup seseorang". Yang mau Ane tekankan disini adalah unsur fakta dan fiksi dari memoar dan perjalanan hidup asli dari seorang Misha Defonseca.
Di awal, sudah jelas Ane sampaikan kalau Misha tinggal bersama Kakek-neneknya, kemudian dialihkan pengasuhannya kepada sang Paman, pasca kematian kedua orang tuanya. Sementara dalam "memoar" tersebut, Misha diceritakan seperti sosok Tarzan ataupun Mowgli yang digambarkan sebagai seorang anak yang diasuh oleh seekor hewan buas. Udah keliatan jelas kan fiksinya dimana? Namun, karena minimnya teknologi informasi saat itu (termasuk masih belum ada yang namanya internet), masyarakat pun "asal iya-iya" aja dan menelan bulat-bulat memoar yang katanya "based on true story" tersebut.
Cerita tersebut menarik perhatian Jane Daniels, seorang penerbit buku dari perusahaan penerbit Mt. Ivy Press. Jane dan Misha bertemu di sebuah Sinagoga di Massachusetts. Kalau kalian tanya kenapa Misha berada di Sinagoga (yang notabene tempat beribadahnya orang Yahudi) sementara Dia beragama Katolik? Well...I don't even know about it. Anggaplah mereka cuma 2 orang Ibu-ibu yang lagi ngerumpi di depan Sinagoga. Jane yang lagi butuh proyek penerbitan baru dan Misha yang kebetulan sedang mencari penerbit pun membuat kesepakatan. Alhasil, sebuah memoar berjudul "Misha: A Memoire of the Holocaust Years" pun dirilis pada tahun 1997.

Misha: A Memoire of the Holocaust Years
Buku tersebut pun laris manis di pasaran dan menjadi salah satu best seller kala itu. Dengan berkembangnya zaman dan teknologi, kemampuan nalar manusia juga semakin berkembang. Orang Amerika Serikat dikenal dengan kemampuan berpikir logisnya yang baik, dengan kata lain mereka pasti akan melakukan penelitian terhadap sesuatu yang dianggap aneh dan tidak biasa, atau mereka cenderung menggunakan logika mereka ketimbang menghubungkan kejadian aneh tersebut dengan hal-hal klenik ataupun mistis.
Termasuk buku memoar ini. Mereka yang lebih paham langsung menggunakan logikanya dan mengklaim kalau memoar yang dibuat oleh Misha tersebut adalah hoax, sementara Misha saat itu masih bersikeras kalau memoar buatannya adalah perjalanan hidupnya yang asli. Salah satu ghostwriter memoar ini, Vera Lee sampai membawa kasus kebenaran tentang memoar tersebut ke meja hijau. Vera sebagai penulis meragukan kebenaran dari cerita yang dimuat dalam memoar tersebut, sementara Misha tetap enggan mengakuinya.
Seorang jurnalis asal Jerman bernama Henryk M. Broder menjadi sosok pahlawan yang berhasil mengungkap kebenaran dari memoar buatan Misha Defonseca. Ia berhasil menemukan akta pembaptisan milik Misha yang masih menggunakan nama Monique de Wael di sebuah Gereja Katolik di kota Brussels, Belgia. Selain itu, Ia juga berhasil menemukan nama Misha di sebuah Sekolah Dasar di sana. Hasil temuan Henryk pun dilaporkan ke media. Penemuan Henryk tersebut juga dikonfirmasi oleh seorang sejarawan bernama Dr. Maxime Steinberg dan 2 orang genealogis forensik (ahli dalam bidang genealogi, sebuah ilmu yang mempelajari tentang garis keturunan manusia) bernama Sharon Sergeant dan Colleen M. Fitzpatrick.
Barulah pada tanggal 29 Februari 2008, Misha Defonseca mengaku kalau memoar tersebut adalah karangannya saja dan tidak berdasarkan kisah hidup aslinya. Karena kasus yang masih berlaku dengan Vera Lee, pada tahun 2014 Misha Defonseca diwajibkan untuk membayar penuh uang denda kepada Vera sebesar 22,5 juta US Dollar, sesuai keputusan hakim. Dalam satu artikel yang ditulis oleh media Perancis, yaitu Le Soir, Misha mengaku bahwa alasannya untuk mengganti namanya dari Monique de Wael menjadi Misha Defonseca adalah karena sejarah kelamnya di masa lalu yang dicap sebagai "anak seorang pemberontak". Tujuannya adalah untuk menghapus sejarah kelam tersebut.
Tapi, kalau Ane pikir-pikir lagi...semisal kita menggunakan ilmu tata bahasa, Ane bakalan menganggap kalau kehidupan Misha yang "diasuh sama gerombolan Serigala" itu hanyalah sebuah metafora saja. Di akhir cerita, Misha berhasil tumbuh menjadi seorang yang lebih berani dan tangguh dari sebelumnya, usai diasuh oleh Serigala. Nah, Serigala kan dianggap sebagai salah satu hewan buas tuh, mungkin saja penggambaran "Serigala" dalam memoar tersebut merujuk kepada kehidupan Misha yang bisa dibilang cukup "menakutkan" untuk dijalani olehnya. Mulai dari kehilangan orang tuanya, hidup menderita dan sengsara akibat perang, belum lagi dicap sebagai "anak seorang pemberontak". Tapi, dari situlah Misha belajar untuk seseorang yang lebih baik lagi di masa depan.
Sedikit fun fact, buku memoar tersebut sudah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa. Tidak hanya itu, buku tersebut sampai dibuat versi keduanya oleh salah satu penulis asal Perancis bernama Éditions Robert Laffont. Versi kedua dari memoar tersebut diberi judul Survivre avec les loups (Surviving with Wolves) dan sempat diangkat ke layar lebar.

Survivre avec les loups (Surviving with Wolves)
Source : Misha Defonseca






Swararuri dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.9K
Kutip
11
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan