Seperti yang kita tahu, bahkan dunia pun mengetahuinya bahwa pandemi masih belum hilang dari peredaran manusia. Merusak dan membunuh orang-orang, tak kenal tua maupun yang muda.

Upaya yang dilakukan untuk membuat hidup kembali layak dan normal sudah berbagai macam. Dari pembatasan skala besar sampe lockdown disetiap negara-negara besar, terkecuali Indonesia.

Namun, sudah hampir satu tahun, virus yang tak kasat mata ini masih terus menerus membuat teror yang mengerikan, bahkan korban semakin bertambah menjadi sekian ribuan.

[URL=https://S E N S O Rhafid-sparroww/lagu-mumet-tenan]Sumber Gambar[/URL]

Puyeng, penat dan segala susahnya sudah ane rasain. Ekonomi yang buruk dan hidup yang seperti buronan kepolisian setiap hari ane rasakan. Ditambah pula dengan rasa khawatir terjangkit. Lieur!

Namun, akhirnya para ilmuan menemukan obat penawar yang dinamakan Vaksin, salah satunya yang sedang beredar di Indonesia ini Vaksin yang bernama Sinovac. Sudah teruji secara klinis dan jauh dari bahan-bahan haram seperti yang dikatakan MUI.

Semua masyarakat, khususnya orang Indonesia, bukan sunah lagi, tapi wajib memberikan perlindungan diri dengan rela divaksin agar imun tubuh kita kebal terhadap virus corona.

Tapi, dengan jujur ane bilang. Ane ragu terhadap Vaksin COVID19ini, dan belum rela untuk divaksin. Bukan tanpa alasan ane membuat opini tentang keraguan ane, bukan tersebab oleh ajakan teman atau keluarga untuk menolak vaksin, tapi keraguan ane lahir dan murni dari diri ane sendiri.

Meskipun ane akui, banyak teman atau kenalan yang menyarankan agar tidak mau untuk divaksin. Seperti salah satu teman dari bokin ane, dia seorang dokter spesialis bedah dan saraf yang sekarang dinas di negara berlambang singa menyarankan ane dan yang lainnya agar tidak mau untuk divaksin. Ketika ane tanya apa alasannya, dia tidak mau merincikannya.

Ada pula beberapa tenaga Nakes yang sengaja ane tanya, mereka menjawab enggan untuk divaksin. Perlu gansis tau, kenapa ane bisa tanya-tanya sama Nakes, karena ane setiap hari berada di sekitaran rumah sakit di daerah TangSel, hal yang wajar jika ane tahu dan semakin tak yakin terhadap vaksin. Meski beberapa dari Nakes tersebut menyarankan agar divaksin.

Hal lain yang membuat ane gak yakin buat divaksin adalah ane takut sakit. Kok bisa? Ya bisalah! Ane yang tadinya sehat, kemudian sakit. Lantas siapa yang akan bertanggung jawab atas sakit ane? Pemerintah atau para tenaga yang memvaksin itu?

Sedangkan, kalau ane sakit, otomatis gak bisa ngapa-ngapain, cuma bisa baringan dan menggigil. Sementara untuk menyambung hidup pun, ane mengandalkan hasil harian. Yang secara garis besarnya jika ane sakit, hasil harian ane pun ikut sakit. Sementara semua pada tahu hidup ini semakin sulit.

Dari situlah kenapa ane ragu dan gak yakin untuk divaksin. Tapi ane selalu berdoa dan gak putus harap, moga aja virus ini cepat lenyap. Kagak bikin susah hidup lagi dan bisa bikin hidup lebih berwarna lagi.

:terimakasih:terimakasih:terimakasih