Kaskus

Story

opabaniAvatar border
TS
opabani
Bimbang
Bimbang

Gambar : Koleksi Pribadi



Kisah Fiksi

Judul : Bimbang

Aku masih bingung antara dua pilihan, harus menelepon atau hanya menggunakan messenger saja.

Hampir dua jam lebih pikiranku lari-lari ke segala penjuru, bukan tentang Nia yang semalam memutuskan hubungan denganku, bukan! Apalagi tentang uang SPP yang nunggak sudah tiga bulan dan berkali-kali teguran dari guru BP sudah kuterima.

"Pfff ...,"

Kuhempas problem di kepala, berharap bisa menemukan jawaban, atas apa yang harus kulakukan.

"Plis ...! Aku harus bagaimana ini?"

Di kelas, aku tergolong murid yang cerdas, hanya karena orang tuaku yang memang tidak mampu yang berdampak teman-teman suka mengejekku, sebagai murid bolot dalam hal ini adalah bolot membayar uang SPP. Sungguh, ini hal yang sangat membuatku terpukul.

Aku tidak pernah menyesal terlahir dari rahim Ibu yang melarat, aku tidak pernah malu memiliki Ayah yang hanya guru honore di salah satu sekolahan yang ada di kotaku, justru teman-temanlah yang membuat keberadaanku menjadi seperti sampah. Miris!

"Sekarang kenapa koe malas belajar, Nak?"

"Buat apa belajar, Bu. Kalau kepintaranku tertutup oleh kemiskinan, mereka tidak pernah memandang prestasi, justru membuli setiap hari dengan sebutan bolot!"

"Anggap angin lalu, koe sekolah tujuannya kan untuk menjadi pintar. Masalah uang SPP, Ayahmu sedang berusaha keras, sebelum ujianmu nanti."

"Aku kesal, Bu!"

"Maafkan ibu dan ayahmu, Nak. Biar nanti ibu coba meminjam uang dulu ke Pak De-mu, siapa tahu beliau punya uang lebih,"

Sepenggal percakapan Ibu tadi pagi pun terngiang. Ada getar haru di dadaku, mulut kelu, mata buram berkaca.

Ponsel pemberian Kakek atas kerja kerasku membantunya berjualan masih kugenggam, Kakek adalah orang yang selama ini membantu keluarga kami jika dalam kesulitan, sebelum beliau meninggal tiga tahun yang lalu.

**
Di kediamanku

Kring ... kring ....

Seorang perempuan dengan wajah terpahat kesedihan itu kaget bukan kepalang.

"Mas!" teriaknya memanggil suami yang juga adalah Ayahnya Aldo.

Lelaki berperawakan kurus itu menghampiri perempuan yang memanggilnya.

"Ada apa?"

"Aldo, Aldo, masih hidup, Mas!" teriaknya histeris.

"Tidak mungkin, Bu. Barusan tim SAR mengabarkan, kalau tubuh Aldo sudah ditemukan," ujarnya lirih, sambil menahan air mata.

"Tapi ..., ini Adlo yang menelpon, Mas!"

Tangis pun pecah, rumah sederhana yang kami tinggali berubah menjadi lautan kesedihan.

NB : Ini hanya cerita fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.

11-02-2020 ☕👈 Dbanik
bukhoriganAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan bukhorigan memberi reputasi
2
305
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan