- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ini Kata Bos Jababeka dan Dubes Swiss Soal Pemulihan Ekonomi RI


TS
industry.co.id
Ini Kata Bos Jababeka dan Dubes Swiss Soal Pemulihan Ekonomi RI

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Founder sekaligus Chairman Jababeka Group SD Darmono mengungkapkan republik ini perlu memulai berfikir out of the box dalam menghadapi Pandemi Covid-19 dan kondisi defisit ekonomi.
Menurut Darmono, sudah seharusnya ada inovasi di bidang keuangan sehingga Indonesia bisa keluar dari krisis saat ini. Bahkan menggungguli negara-negara besar dunia.
"Ibarat perhelatan racing atau balap formula 1, semua termasuk indonesia sedang berada di tikungan, Kalau mau menyalip negara besar, tentu ini saatnya kan, ucap Darmono dalam sebuah diskusi bersama Duta Besar Indonesia untuk Swiss Mulyawan Hadad dan Ketua Yayasan President University Komarudin Hidayat yang digelar secara virtual oleh President Executive Club (PEC) pada Senin (8/2/2021).
Untuk itu, sebut Darmono, diperlukan sebuah inovasi keuangan yang extraordinary.
"Tapi kita perlu inovasi keuangan yang extraordinary, kita memerlukan keberanian merubah kondisi defisit ini menjadi sebuah peluang," ujarnya.
Terlebih lagi, menurut Darmono indonesia memiliki banyak keunggulan dibanding negara lain, seperti sumber daya alam yang berlimpah, bonus demografi dan memiliki pasar yang besar.
"Jadi saya ingin mencontohkan, bahwa ada dua negara kecil didunia, yakni Swiss di eropa dan Singapura di asia, tapi keduanya memegang peranan penting didunia. Inikan pelajaran buat Indonesia," ucap Darmono.
Darmono mengaku heran bila Swiss sebagai negara kecil di eropa namun mampu memiliki income perkapita yang tinggi yakni sekitar 90 ribu US dollar.
"Apakah ada alasan mengenai kepastian hukum atau keamanan terjamin untuk para investor sehingga negara kecil itu punya pendapatan perkapita yang besar," ujarnya.
Menurutnya, apakah negara yang memiliki 17 ribu pulau lebih ini bisa punya 100 Singapura atau Swiss kecil dimasing-masing pulaunya, dengan memiliki otonomi sendiri untuk mengatasi masalah keuangannya.
"Ini memungkinkan atau tidak pak Dubes?," tanya Darmono ke Mulyaman Hadad.
Menanggapi itu, Muliaman Hadad menyatakan setuju bahwa perlu sebuah inovasi keuangan untuk memulihkan ekonomi khususnya neraca pembayaran indonesia.
Menurutnya, peningkatan investasi dan perdagangan merupakan faktor kunci pemulihan tersebut.
Hal tersebut juga sesuai dengan arahan presiden jokowi agar dirinya dapat fokus pada dua hal, yaitu membuka pasar perdagangan dan mendatangkan investasi.
"Kita kan punya persoalan dineraca pembayaran. Jadi untuk mengatasi itu, diperlukan current account yang berfokus pada perdagangan dan kedua current capital acoount yang berfokus pada foreign direct investmen. Dua hal ini harus kita optimalkan sehingga over all neraca pembayaran kita bagus," jelasnya.
Untuk itu, pihaknya terus mendorong kerjasama kompreshesif antar Indonesia dan Swiss. Dimana pada tahun lalu upaya terssebut telah membuahkan hasil yakni dilakukannya penandatangan kerjasama FTA antara swis dan indonesia.
"Alhamdulillah sudah ditandatangani di jakarta FTA tersebut. Ini satu Step yang baik. Melalui partnership ini kita berharap investasi dan perdagangan dapat meningkat," papar Muliaman Hadad.
"Penduduk Swiss ini kecil Pak Darmono, hanya 8 juta orang, pendapatan perkapita tinggi, punya daya beli luar biasa, semua negara berusaha memanfaatkan daya beli swiss ini. Daya beli yang besar ini lah yang coba kita manfaatkan untuk indonesia kemudian diinvestasikan ke indonesia," papar Muliaman Hadad.
Selain itu, menurut mantan kepala OJK ini, pemerintah Swiss juga gencar mendorong pengusaha-pengusaha kecil, UKM dan UMKM untuk berinovasi. Pemerintah membentuk komite inovasi nasional.
Disitu semua ide-ide dimunculkan dan dilaksanakan dalam kegiatan tahunan yg melibatkan seluruh stakeholder yang terhubung langsung dengan industri.
Selain itu, dunia usaha dan sektor pendidikan di Swiss juga terintegrasi dengan baik.
Dimana, orang-orang tua di Swiss juga lebih memilih anak-anaknya fokus pada pendidikan vokasional dan pendidikan vokasi.
Mereka tidak menuntut anak anaknya menjadi sarjana, orang tua lebih menghargai anak-anak kemudian berprestasi bekerja menghasilkan sesuatu yang produktif.
"Anak-anak SMA disini, 60% nya lebih memilih pendidikan vokasi bukan universitas," jelasnya.
"Kolaborasi antara pemerintah dengan seluruh stake holder dalam hal ini sekolah terhubung langsung dengan dunia industri," pungkasnya.
Baca Berita Selengkapnya:
https://www.industry.co.id/read/8070...han-ekonomi-ri


nomorelies memberi reputasi
1
511
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan