- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Selera Nusantara (Indonesian Food)
Mau yang Manis dan Hangat? Cobain Bubur Campur Tempo Dulu Khas Malang!


TS
adnanami
Mau yang Manis dan Hangat? Cobain Bubur Campur Tempo Dulu Khas Malang!
Menyambangi kota Malang yang sejuk lebih enak mencicipi yang hangat - hangat. Kalau bakso, cwie mie dan mie ayam sudah terlalu mainstream karena dimana - mana ada. Saya mau kudapan ringan yang manis - manis. Apa dong yang hangat, manis, lembut dan bikin kenyang? Entahlah, saya juga sedang berpikir sambil jalan kaki.
Menjelajahi jajaran pertokoan di Jalan Kyai Tamin Malang, saya menemukan satu pemandangan yang menarik di pojokan jalan itu, yakni seorang wanita paruh baya yang sibuk mengisi plastik di atas panci - panci besar. Dia dikelilingi banyak orang yang menginginkan sesuatu di dalam panci itu. Saya pun mendekat. Di depan toko kerupuk Subur Jl. Kyai Tamin Malang, yang saya sendiri juga lupa nomor berapa karena tidak terlalu melihat alamat tepatnya. Saya merunduk ke bawah untuk menggugurkan rasa penasaran yang sedari tadi telah membuncah di batin.
Ternyata panci - panci besar itu berisi bubur beraneka ragam. Ada bubur sumsum, bubur grendul (di Jawa Barat biasa disebut biji salak), bubur ketan hitam, santan dan adonan tapioka kental yang sudah dicampur dengan gula merah. "Pas banget nih", batin saya. Kan saya lagi pengen yang manis dan hangat.

Suasana gerimis rintik - rintik di siang hari membuat keinginan saya untuk mencicipi bubur ini semakin menggelora. Apalagi antrian orang - orang yang mau membeli bubur ini, membuat saya yakin bahwa rasanya pasti enak. Saya memesan 1 porsi bubur campur dengan cita rasa asli tempo dulu. Diletakkan di piring kecil cekung dan nampak terisi penuh.

Tangan wanita itu sangat cekatan, melayani para pembelinya. Satu per satu plastik dia isi sesuai dengan permintaan pembeli. Ukurannya sudah dihafal di luar kepala. Ketika saya memesan pun, dia dengan cepat mengambil adonan bubur ke dalam piring pesanan saya. Porsinya sangat cukup sebagai pengganjal perut saat keroncongan.
Saya coba mencicip sesuap, rasa manisnya pas, tidak berlebihan. Gula merahnya terasa, ditambah guyuran santan dan bulatan putih dari tepung dan kelapa. Hmmm ... gurih bercampur manis, sangat sedap. Seperti inilah rasa otentik bubur campur tempo dulu. Tambahan ketan hitam melengkapi rasa makanan jadul ini. Grendul/biji salak yang terbuat dari tepung ketan dan dibentuk bulat - bulat tak ketinggalan nangkring di bagian dalam bubur. Mengunyahnya seperti mendapatkan kejutan. Lembut, agak kenyal, manis dan gurih. Tapioka dalam saus gula merah menambah efek "melar" (seperti keju pada pizza).
Seporsi bubur ini dihargai Rp. 5.000 aja lho, gansist! Sangat murah di tahun 2021 ini. Kalau gansist berencana main ke kota Malang setelah pandemi usai nanti, boleh nih dijadikan referensi bagi pecinta makanan manis.

Sumber foto dan video : dokumen pribadi
Menjelajahi jajaran pertokoan di Jalan Kyai Tamin Malang, saya menemukan satu pemandangan yang menarik di pojokan jalan itu, yakni seorang wanita paruh baya yang sibuk mengisi plastik di atas panci - panci besar. Dia dikelilingi banyak orang yang menginginkan sesuatu di dalam panci itu. Saya pun mendekat. Di depan toko kerupuk Subur Jl. Kyai Tamin Malang, yang saya sendiri juga lupa nomor berapa karena tidak terlalu melihat alamat tepatnya. Saya merunduk ke bawah untuk menggugurkan rasa penasaran yang sedari tadi telah membuncah di batin.
Ternyata panci - panci besar itu berisi bubur beraneka ragam. Ada bubur sumsum, bubur grendul (di Jawa Barat biasa disebut biji salak), bubur ketan hitam, santan dan adonan tapioka kental yang sudah dicampur dengan gula merah. "Pas banget nih", batin saya. Kan saya lagi pengen yang manis dan hangat.

Suasana gerimis rintik - rintik di siang hari membuat keinginan saya untuk mencicipi bubur ini semakin menggelora. Apalagi antrian orang - orang yang mau membeli bubur ini, membuat saya yakin bahwa rasanya pasti enak. Saya memesan 1 porsi bubur campur dengan cita rasa asli tempo dulu. Diletakkan di piring kecil cekung dan nampak terisi penuh.

Tangan wanita itu sangat cekatan, melayani para pembelinya. Satu per satu plastik dia isi sesuai dengan permintaan pembeli. Ukurannya sudah dihafal di luar kepala. Ketika saya memesan pun, dia dengan cepat mengambil adonan bubur ke dalam piring pesanan saya. Porsinya sangat cukup sebagai pengganjal perut saat keroncongan.
Saya coba mencicip sesuap, rasa manisnya pas, tidak berlebihan. Gula merahnya terasa, ditambah guyuran santan dan bulatan putih dari tepung dan kelapa. Hmmm ... gurih bercampur manis, sangat sedap. Seperti inilah rasa otentik bubur campur tempo dulu. Tambahan ketan hitam melengkapi rasa makanan jadul ini. Grendul/biji salak yang terbuat dari tepung ketan dan dibentuk bulat - bulat tak ketinggalan nangkring di bagian dalam bubur. Mengunyahnya seperti mendapatkan kejutan. Lembut, agak kenyal, manis dan gurih. Tapioka dalam saus gula merah menambah efek "melar" (seperti keju pada pizza).
Seporsi bubur ini dihargai Rp. 5.000 aja lho, gansist! Sangat murah di tahun 2021 ini. Kalau gansist berencana main ke kota Malang setelah pandemi usai nanti, boleh nih dijadikan referensi bagi pecinta makanan manis.

Sumber foto dan video : dokumen pribadi






tien212700 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
2.5K
74


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan