

TS
Papa.T.Bob
Surat untuk Jibril

*****
Quote:
Surat untuk Jibril
Quote:
Wahai Jibril¹,
aku memang tidak bisa menyaksikan kehadiranmu secara kasat, tapi aku percaya bahwa kaulah yang mengendalikan sepasukan angin semilir untuk merontokkan dedaunan kering², lalu membuat proses jatuhnya daun-daun itu terlihat begitu indah di mata para penyair yang sedang menengadahkan kepala, untuk kemudian mengabadikannya menjadi kata-kata permata dalam puisi-puisi cinta mereka.
Dan aku yakin, kau jugalah yang mengendalikan desir-desir angin untuk membelai wajah dan leherku di atas kuda besi, serta membuat ide-ide itu bercipratan sedemikian derasnya ketika aku tengah asyik menandaskan aspal basah jalan raya.
Jibril,
demi apapun aku rela menghentikan kendaraanku, untuk bisa mencatat apa-apa yang kau sampaikan lewat belaian angin itu, yang sayangnya tidak pernah benar-benar aku lakukan.
Sesampainya di tempat berteduh, hanya ada sesal, ketika ilham yang tercurah saat di jalan tadi seakan mampat, dibuntu (oleh) rapatnya dinding dan atap³.
Jibril,
jika kuingat-ingat, bisingnya suara pesawat yang membelah udara di atas sana tadi juga seketika membuatku mendongakkan kepala, untuk kemudian memuji indahnya langit, serta jejak asap putih panjang yang mengekor di buntut pesawat itu.
Wahai Jibril,
aku jadi menerka-nerka, barangkali sepoi angin pulalah yang mengilhami
para pelaut untuk melakukan ekspedisi mengarungi samudra tanpa peta,
juga pendekar-pendekar yang membabat alas dan menyusuri gurun luas
untuk menemukan teritori-teritori baru,
juga pencinta rupa
dan pencinta nada,
untuk mencipta neka rupa dan reka nada dengan syahdu.
Wahai Jibril,
betapa dari dalam tempat yang pengap ini aku ingin keluar menyambutmu, kalau perlu mengejarmu⁴, yang berarti aku harus beraksi berkali lipat lebih nekat dari apa yang dilakukan oleh para pencumbu adrenalin ketika mereka hendak melampaui catatan rekornya sendiri sampai koyak.
Jibril,
meskipun kalimat-kalimat dalam surat ini toh tak jua mampu "menjaringmu",
tapi, ketahuilah, wahai Jibril,
tidak ada kata selain cinta yang bisa menggambarkan betapa aku mengagumi caramu bekerja, diam dan penuh rahasia.
Dan jika memang salah satu unsur iman adalah cinta, maka aku hanya ingin mengimanimu,
dengan cara mencintai makhluk ciptaan-Nya yang begitu indah,
wahai Jibril.
aku memang tidak bisa menyaksikan kehadiranmu secara kasat, tapi aku percaya bahwa kaulah yang mengendalikan sepasukan angin semilir untuk merontokkan dedaunan kering², lalu membuat proses jatuhnya daun-daun itu terlihat begitu indah di mata para penyair yang sedang menengadahkan kepala, untuk kemudian mengabadikannya menjadi kata-kata permata dalam puisi-puisi cinta mereka.
Dan aku yakin, kau jugalah yang mengendalikan desir-desir angin untuk membelai wajah dan leherku di atas kuda besi, serta membuat ide-ide itu bercipratan sedemikian derasnya ketika aku tengah asyik menandaskan aspal basah jalan raya.
Jibril,
demi apapun aku rela menghentikan kendaraanku, untuk bisa mencatat apa-apa yang kau sampaikan lewat belaian angin itu, yang sayangnya tidak pernah benar-benar aku lakukan.
Sesampainya di tempat berteduh, hanya ada sesal, ketika ilham yang tercurah saat di jalan tadi seakan mampat, dibuntu (oleh) rapatnya dinding dan atap³.
*****
Jibril,
jika kuingat-ingat, bisingnya suara pesawat yang membelah udara di atas sana tadi juga seketika membuatku mendongakkan kepala, untuk kemudian memuji indahnya langit, serta jejak asap putih panjang yang mengekor di buntut pesawat itu.
Wahai Jibril,
aku jadi menerka-nerka, barangkali sepoi angin pulalah yang mengilhami
para pelaut untuk melakukan ekspedisi mengarungi samudra tanpa peta,
juga pendekar-pendekar yang membabat alas dan menyusuri gurun luas
untuk menemukan teritori-teritori baru,
juga pencinta rupa
dan pencinta nada,
untuk mencipta neka rupa dan reka nada dengan syahdu.
*****
Wahai Jibril,
betapa dari dalam tempat yang pengap ini aku ingin keluar menyambutmu, kalau perlu mengejarmu⁴, yang berarti aku harus beraksi berkali lipat lebih nekat dari apa yang dilakukan oleh para pencumbu adrenalin ketika mereka hendak melampaui catatan rekornya sendiri sampai koyak.
*****
Jibril,
meskipun kalimat-kalimat dalam surat ini toh tak jua mampu "menjaringmu",
tapi, ketahuilah, wahai Jibril,
tidak ada kata selain cinta yang bisa menggambarkan betapa aku mengagumi caramu bekerja, diam dan penuh rahasia.
Dan jika memang salah satu unsur iman adalah cinta, maka aku hanya ingin mengimanimu,
dengan cara mencintai makhluk ciptaan-Nya yang begitu indah,
wahai Jibril.
Bob, 6 Februari 2021
Spoiler for Referensi:
Referensi:
[1]Mereka toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat
[2] Setelah Wahyu Tak Turun Lagi, Apakah Tugas Jibril?
[3] Malaikat Tidak Masuk Rumah yang Ada Gambar dan Anjing
[4] Kecepatan Malaikat Samai Lima Puluh Kali Kecepatan Cahaya
[1]Mereka toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat
[2] Setelah Wahyu Tak Turun Lagi, Apakah Tugas Jibril?
[3] Malaikat Tidak Masuk Rumah yang Ada Gambar dan Anjing
[4] Kecepatan Malaikat Samai Lima Puluh Kali Kecepatan Cahaya
Diubah oleh Papa.T.Bob 16-02-2021 13:20






tien212700 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
898
Kutip
10
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan