Kaskus

News

industry.co.idAvatar border
TS
industry.co.id
Halo Pak Nadiem! Ini Kisah Pilu yang Dialami Para Siswa,Orang Tua dan Guru Selama PJJ
Halo Pak Nadiem! Ini Kisah Pilu yang Dialami Para Siswa,Orang Tua dan Guru Selama PJJ

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akibat dampak pandemi covid-19 telah memunculkan banyak cerita pilu. 

Ya, 10 bulan PJJ berlangsung berbagai kisah menyayat hati yang dialami para siswa terkuak diberbagai daerah.

Di Garut Jawa Barat, ada cerita seorang anak muda, namanya Ahmad Teguh (34), yang mendapat kabar bahwa handphone ayahnya hilang dicuri orang.

Lewat aplikasi pelacakan, ia lantas menemukan di mana lokasi keberadaan handphone milik ayahnya. Lokasi itu sendiri ternyata tak jauh dari rumahnya.
Namun ketika disambangi, didalam rumah yang tak layak atau bisa disebut gubuk tersebut, Ahmad tertegun.

Ia tak berdaya menyaksikan salah satu anak dari lima penghuni gubuk tersebut tengah memakai handphone milik ayahnya untuk belajar secara online. 

Menurut pengakuan sang orang tua yang mencuri tersebut, ia terpaksa mengambil handphone sang ayahnya agar bisa anaknya tetap mengikuti belajar secara daring.

Mendengar itu, Ahmad tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Ia bersama ayahnya lantas memaafkan orang tua tersebut yang mencuri handphone demi anaknya ikut pembelajaran jarak jauh.

Cerita pilu PJJ lainnya, terkait persoalan ketersediaan perangkat seperti HP bukan hanya dialami mereka yang di daerah, bahkan seorang siswa yang tinggal tak jauh dari Istana Merdeka, atau tepatnya di kawasan Keagungan, Tamansari, Jakarta Pusat juga mengalami kesulitan.

Syahrul, siswa kelas 4 SD terpaksa meminjam handphone milik temannya atau bergantian dengan temannya agar bisa mengikuti PJJ setiap hari.

Yeni, orang tua Syahrul mengatakan kesulitan anaknya itu sudah dialami sejak awal sekolah online diberlakukan 10 April lalu, ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibu Kota Jakarta.

Tak beda nasib dengan Syahrul, siswa di SMP 286 Tomang, Jakarta Barat bernama Aditya malah terpaksa mendapat nilai nol selama satu semester gara-gara tak bisa mengikuti PJJ karena tak punya handphone.

Hal tersebut terungkap lantaran sang ayah kehilangan pekerjaan atau di PHK akibat dampak Covid-19. 

Sementara sang kakaknya juga tak bisa membantu banyak karena kondisi menganggur dan belum mendapat pekerjaan selama pandmei Covid-19.

Namun kesedihan Adtya terobati, pihak sekolah akhirnya memberikannya sebuah telepon pintar untuk membantunya mendapatkan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Selain itu, cerita tak enak dari PJJ juga dialami seorang guru SMP Harianto Andi Ma'tu. 

Ia mengaku tak mengenali para muridnya dan telah salah mengajar disekolah lain hingga tiga bulan lamanya.

"Efek BDR (Belajar Dari Rumah-red) guru dan siswa kesasar setelah hampir 3 bulan baru sadar ternyata kami berbeda sekolah," tulis Harianto dalam tautan di laman Facebook pribadinya dikutip redaksi Industry.co.id pada Senin (1/2/2021).
Berbagai kisah pilu tersebut hanya sedikit dari sekian cerita di masa PJJ.

Adapun Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim beberapa waktu lalu menegaskan bahwa konsep PJJ bukan menjadi kebijakan yang diinginkan pihaknya. 
Menurutnya, konsep PJJ hanya dilakukan sementara waktu sampai kondisi betul-betul aman untuk kembali ke sekolah.

"Pertama prinsip dasarnya sedikit ada miss persepsi di masyarakat seolah PJJ jadi apa yang kita inginkan. Ini bukan yang kita inginkan. Kita ingin kembali ke sekolah secepat mungkin," kata Nadiem.

Menurut Nadiem, PJJ juga memunculkan risiko kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar pada siswa atau lost learning. 

Untuk itu, Ia berharap pemerintah daerah khususnya yag berada didaerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T) yang tak bisa menjalankan PJJ agar segera membuka sekolah tatap muka.

"Jadi kami akan mendampingi pemerintahan daerah yang mungkin banyak dari mereka yang mungkin pelan-pelan di tempat-tempat 3T (testing, tracing, treatment) kita akan dorong untuk membantu memfasilitasi tersebut," kata Nadiem.

Selain itu, Nadiem juga mengaku kalau learning lost atau menurunkan krmamouan siswa itu menjadi sesuatu hal yang sangat sulit dihindari dalam situasi PJJ. 

Jalannya PJJ juga dipahami Nadiem menjadi suatu proses yang sulit dan menimbulkan banyak sekali skenario situasi yang kurang optimal. 

"Saya setuju dengan semua masukan semua kesulitan PJJ ini. Kita tidak akan lakukan, tapi karena kondisi seperti ini paling aman untuk mengembalikan anak dengan protokol kesehatan yang baik," jelasnya.

Baca Berita Selengkapnya:
https://www.industry.co.id/read/8035...elama-10-bulan

0
827
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan