🌻WELCOME TO MY THREAD🌻

Tingkat pencemaran udara, terutama di kota-kota besar di negeri kita ini, patut menjadi perhatian yang serius, Gansis. Berbagai dampak negatif pasti kita rasakan jika terus-terusan terpapar asap kendaraan. Sedangkan kebutuhan mobilitas kita sehari-hari pastilah tak bisa lepas dari kendaraan bermotor. Dampak secara luas dari polusi udara ini adalah peningkatan suhu dan perubahan iklim.

Mobil listrik digadang-gadang bisa menjadi solusi kendaraan yang ramah lingkungan, karena tidak menghasilkan emisi karbon. Selain itu juga bisa memangkas anggaran negara untuk impor bahan bakar minyak. Apalagi presiden Jokowi telah mengeluarkan Perpres no. 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. Ini sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk meningkatkan efisiensi energi, ketahanan energi, konservasi energi sektor transpotasi, dan terwujudnya energi dan kualitas udara bersih. Serta komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca.

Sebelum melangkah ke sana, tentu saja ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan, nih, Gansis. Apa saja?

1. Ketersediaan listrik yang memadai

Baterai sebagai sumber energi mobil listrik, tentunya perlu pengecasan. Seberapa besar daya listrik yang diperlukan? Misalnya jika pengisian dilakukan di rumah, maka perlu investasi untuk menaikkan daya listrik rumah tangga bagi pemilik mobil. Jangan lupa dengan bengkaknya tagihan listrik yang harus dibayar setiap bulannya.



Kemudian selama pemakaian di jalan raya, tentunya dibutuhkan juga stasiun pengisian kendaraan listrik umum, SPKLU. Seberapa banyak SPKLU yang harus disediakan untuk menggantikan SPBU? Mengingat luasnya negara kita, ketersediaan tersebut harus memadai di setiap jalan raya dan jalan tol.

PLN juga harus memenuhi kebutuhan daya listrik yang lebih besar lagi. Jika komitmennya tadi untuk ramah lingkungan, maka pembangkit listrik tenaga surya atau pembangkit listrik tenaga bayu harus dominan. Selama ini ketersediaan listrik di negara kita masih dipasok dari pembangkit listrik tenaga uap yang notabene masih membutuhkan BBM.

2. Daur ulang

Keberadaan mobil listrik nantinya akan menggeser mobil konvesional. Lantas, akan dikemanakan mobil-mobil yang sudah tidak terpakai tersebut?



Demikian pula dengan baterai mobil listriknya yang perlu diganti setiap tiga sampai lima tahun sekali. Ini juga membutuhkan daur ulang karena baterai bekas menjadi limbah.

3. Kondisi geografis



Negara kita ini tidak hanya dataran rendah saja. Ada juga daerah-daerah di dataran tinggi yang juga membutuhkan alat transportasi. Keberadaan mobil listrik juga harus menyesuaikan dengan kondisi geografis negara kita.

Ketiga hal inilah yang terbersit di benak ane, ketika membayangkan mobil listrik membanjiri negara kita. Mungkin untuk saat ini, negara kita memang di posisi sedang merintis. Siapa tahu, sepuluh atau dua puluh tahun mendatang kita bisa menikmati jalan-jalan ke pasar dengan mengendarai mobil listrik. Semoga saja ya, Gansis.

Malang, 29 Januari 2021

Penulis : @InaSendry

Sumber bacaan & gambar
link[URL=https://akuraS E N S O Rid-1157400-read-plus-minus-membeli-mobil-listrik]link[/URL] link link link