rinto100Avatar border
TS
rinto100
Secangkir Kopi Menyimpan Candu Patah Hati
Bukan.
Ini bukan tentang patah hati dan lelaki yang minum kopi sambil sesenggukan bertanya-tanya soal apa yang salah dengan caranya mencinta.
Bukan.

Merayakan tahun ketigaku mengenal kopi, hari ini aku mau cerita sedikit tentang bagaimana minuman pahit ini menjadi hal yang kini kugemari. Seperti jebakan perasaan yang terlalu nyaman untuk ditinggalkan, aku memilih untuk menari dan menikmati tiap tegukan rasa dari segelas kopi yang kuminum.

Percayalah, judul di atas beberapa kali berubah, hanya karena aku ingat, apa yang selalu membuatku ingin minum kopi lalu merasa candu, patah hati.

Iya, cakapku saja lah ini soal patah hati. Tapi akhirnya, minum kopi bukan lagi soal menyesap rasa pahit yang lalu diejawantahkan sebagai getirnya hidup, atau sakitnya lukamu saat hati yang begitu kau jaga justru memilih untuk pergi begitu saja.
Bukan, kopi tidak secengeng itu.

2017 menjadi tahun pertamaku benar-benar naksir pada kopi. Dulu, waktu masih kuliah, aku dan kawanku sebut saja Dika sering duduk di kantin perpustakaan, sambil minum segelas cappuccino hangat. Kalian tau, cappuccino kemasan sachet yang harganya sekarang Rp 2.000 sebungkus itu pernah jadi minuman mewah untuk kami. Dulu harganya masih Rp 5.000, enggak tau sekarang berapa.

Di kantin perpustakaan itu pula aku dan kawan-kawan lain sering berdiskusi kelompok, atau kadang, sekadar mengerjakan tugas kuliah. Kalau sudah selesai, kami akan beralih dengan obrolan-obrolan yang cenderung absurd, walau sebagian lebih banyak realitanya. Ditemani cappuccino yang ternyata lebih enak disajikan dingin, begitu banyak ide-ide dan mimpi yang pernah kami bicarakan. Aku malah ingat satu tema yang paling jarang kami bicarakan saat minum kopi waktu itu, soal hati, cinta, atau apapun itu sebutannya. Mungkin saat itu, persoalan hati belum terlalu penting untuk dibicarakan dengan ditemani secangkir kopi.

Setelah lulus dan bekerja di kota besar yang mempunyai banyak sebutan,aku mulai menjajal banyak hal baru yang belum pernah kualami. Bertemu orang baru, hobi baru, dan perasaan-perasaan baru adalah hal-hal yang begitu luar biasa waktu itu. Tahun itu pula, aku mulai merasakan enaknya kopi tanpa gula. Bukan lagi kopi sachet yang sudah bercampur dengan gula dan perasa, tapi benar-benar kopi hitam dengan rasa pahit yang anehnya, nikmat di lidah.

Kopi hitam pertama yang kuminum waktu itu adalah Kopi Gayo, Aku juga gak tau kenapa aku lebih memilih biji kopi itu dibandingkan kopi lainnya. Itu sebabnya, untuk beberapa kesempatan yang kunikmati sendiri, aku lebih memilih menyeruput kopi Gayo. Rasanya seperti sebuah kenangan manis.


Bersambung.. ..
Diubah oleh rinto100 26-01-2021 06:15
tyankunikAvatar border
tyankunik memberi reputasi
1
242
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan