Kaskus

Story

tettettowetAvatar border
TS
tettettowet
Rama-ku Kembali Untuk Orang Lain
Rama-ku Kembali Untuk Orang Lain




Kenangan Part 2



*****




Aku tau, bangku taman yang dulu itu sudah tentu lapuk di makan waktu. Sehingga tempat yang menjadi saksi bisu cerita cinta kita tak lagi di sana. Pun, tak lagi menjadi tempat favorit bagi pasangan kekasih lainnya. Bukan juga perpustakaan yang kuyakin sekarang sudah berubah banyak, tempat di mana dulu aku sering terkekeh malu menghadapi tingkahmu yang terus saja menggangguku.



Dalam keramaian ini, sama seperti dirimu, dulu. Nyatanya aku sulit menghadapi ini sendiri. Kita mempunyai persamaan yang serupa sehingga pernah dalam kurun waktu dua tahun itu sedikit banyaknya membuatku berharap.


Kita berjodoh.


Selain penyuka syair dan segala hal yang berhubungan dengan sastra, kita salah satu dua manusia yang sedikit payah menghadapi keramaian.


Lalu, dengan keadaan sekarang ini membuatku sedikit heran. Apa mungkin persamaan itu sudah kau hadapi semenjak tak memberiku kabar selama ini?


Entahlah. Aku tak mau berteka-teki dengan kiasan kata dulu. Karena saat ini masa kita berbeda. Berbeda dalam makna kalau kita sudah begitu jauh.Juga, kita bukan lagi dua jiwa yang hendak melepaskan rindu.Meski sedikit banyaknya, sisa harapan masa itu masih melekat dalam hatiku.



"Apa kabar, Puja?"



Semesta begitu kejam. Ia memberiku hatimu dengan genggam harapan yang begitu besar, seolah kita ditakdirkan bersama untuk masa sekarang ini. Nyatanya kini, ia berteriak lantang kalau kita memang dua peraduan yang tak lagi menyatu.


Asing.



Ragu mendera kala tanganmu melayang menanti jabat tanganku di sana. Kurasa tak akan mampu menyatukan lagi genggam ini dengan tanganmu yang kala itu begitu tak ingin kulepaskan.


Sapamu kubalas anggukan pelan. Seraya menggerakkan tangan mempersilahkanmu duduk. Manis, masih seperti dulu, dirimu. Meski lingkaran hitam di sekitar mata juga tubuhmu yang seakan hanya tersisa kulit pembalut tulang.


Suasana di sini seketika berubah senyap ketika kita saling menatap, lama. Bibirmu mengukir senyum dengan mata coklat yang berbinar begitu senang.


Inikah Rama-ku, Tuhan?


Rama dengan cintanya yang begitu sulit kulepaskan?


Rama dengan tingkahnya yang begitu payah hilang dari ingatan?


Jikapun ia Rama yang selalu kupinta kepada-Mu, namun mengapa senyumnya ini begitu menyakitkanku?


"Puja, aku tau salahku padamu begitu besar."


Mataku menilisik pada semua pengunjung caffe, ramai. Jika dulu pertemuan denganmu begitu kuinginkan, pertemuan kali ini sedikit membuatku gamang. Sehingga, detik saat mulutmu berucap menyebut namaku, keramaian yang dulu begitu ingin kujauhi seolah menjadi penyemangat sekarang. Karena aku tahu atas apa yang akan kau katakan.




*****




Jauh sebelum pertemuan menyakitkan itu, aku yakin jika hati kita memang sudah begitu jauh. Tiada lagi harap menggapai mimpi bersama, pun mengukir kenangan untuk jadi cerita masa depan.

Kita berdua. Di masa tua.


Tahun ketiga sejak kepergianmu, tepatnya sengaja meninggalkanku, hadirmu masih kusambut dengan cinta yang sama. Tak berubah, tak berbeda. Bahkan selama itu, aku mencintaimu, Rama.


Pilu.


Harapan bodoh yang selalu kusemai itu jatuh berantakan. Hancur bukan hanya sebatas retak.


Elusan sayang yang selalu kurasakan dulu itu kini berpindah tempat. Kini, untuknya. Perempuan yang sering kulihat bersamamu. Yang dengan manja menggamit lengan serta menyandar di bahumu.


Sakit, kuakui dengan jelas. Karena kepergianmu membawa separuh jiwaku. Kosong, hampa, pilu. Menantimu yang dulu kukira pria setia penuh tanggung jawab untuk menepati janji pada Bapak.
Meski dalam masa itu, aku berbohong padanya dengan kepergianmu karena beberapa sebab.


Nyatanya, kamu kembali untuk membawa luka. Menghapus paksa kenangan yang beberapa tahun ini sedang kucoba menata ulang. Namun, untuk menangis, air mata sudah cukup banyak kukeluarkan untukmu.


Dulu, satu pernyataanmu sedang kau ajukan kepada Tuhan, begitu ucapanmu saat itu. Yang bersikeras tak berniat memberi tahuku.


Masa itu, pernyataan yang sedang kau panjatkan itu membuatku juga senantiasa meminta pada Yang Kuasa. Kita akan terus bersama menabung harapan demi harapan. Lalu memetiknya saat satu persatu harapan itu kita wujudkan.


Nyatanya diri ini salah berangan, perempuan berbadan sintal dengan perut membengkak itu menjadi pilihanmu sekarang.


Kau pergi, namun tak memberi kabar jika akan kembali bukan untuk diriku.





****



Rama, cintaku masih tersimpan di dalam hati meski mata tak lagi memberi cahayanya. Bahkan sampai kisahmu ini kuurai, hatiku masih belum berbeda. Aku sadar, kita memang jauh berbeda.


Tak ada lagi rasa, pun sama sekali tiada sisa cinta, di hatimu.
Meski begitu satu hal yang perlu kau tau.


Walau pertemuan kita begitu menyakitkan untuk hari ini, cintaku masih begitu besar untukmu melebihi diri sendiri.



wanitatangguh93Avatar border
khodzimzzAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
349
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan