Suatu catatan menarik tentang masa kejayaan AC Milan yang tidak lekang oleh waktu dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi klub dan pendukungnya.

Hai Agan Sista football lovers

Banyak yang menilai dalam 2 dekade terakhir kiblat sepak bola mengarah ke daratan Inggris. Utamanya klub-klub besar liga Inggris tiada hentinya menyajikan jalannya kompetisi yang seru dan mampu mengundang animo pecinta sepak bola dunia. Akan tetapi perlu diketahui, sebelumnya terdapat suatu kompetisi sepak bola yang tak kalah menariknya yaitu Serie A.
Serie A merupakan level kompetisi tertinggi di bawah naungan federasi sepak bola Italia (FIGC). Mempunyai deretan klub elite yang biasa dikenal dengan sebutan “The Big Seven” mampu menorehkan prestasi dalam negeri maupun dunia. Salah satu klub dari the big seven tersebut adalah AC Milan.

Suatu catatan menarik tentang masa kejayaan AC Milan yang tidak lekang oleh waktu dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi klub dan pendukungnya. Memang klub yang berjuluk Rossoneri ini pernah berjaya pada dekade 50an. Seiring berjalannya waktu dan sepak bola semakin modern, AC Milan juga berkembang dan mampu mencapai puncak kejayaan kembali dari periode akhir 80an sampai 90an.

AC Milan pada musim 1989/1990
Quote:
Quote:
Quote:
AC Milan mampu menunjukkan tajinya kembali di perhelatan kompetisi domestik Serie A pada musim 1987/1988. Pada musim ini AC Milan meraih Scudetto setelah kurang lebih 10 musim berpuasa gelar Serie A. Bisa disebut juga musim tersebut merupakan awal kebangkitan masa kejayaan klub yang bermarkas di Stadion San Siro ini.
Sempat 2 kali menjadi runner up pada musim 1989/1990 dan 1990/1991, AC Milan kembali merasakan kampium Serie A selama 3 musim berturut yaitu 1991/1992, 1992/1993, 1993/1994. Dan masih di era 90an, AC Milan sukses meraih scudetto pada musim 1995/1996dan 1998/1999.
Quote:
Quote:
Quote:
Kompetisi ini menghadirkan klub juara Serie A melawan juara Coppa Italia. AC Milan sebagai wakil juara Serie A mampu mengalahkan lawan-lawannya sebanyak 4 kali pada periode 80an dan 90an. Diantaranya musim 1988/1989, 1992/1993, 1993/1994, dan 1994/1995. Sementara total ada 7 kali AC Milan menjuarai Super Cup yang 4 juaranya terjadi pada periode tersebut.
Quote:
Quote:
Quote:
Pertarungan jajaran klub elite benua Eropa tersaji pada kompetisi Liga Champions. Begitu juga dengan AC Milan tidak lepas untuk mencicipi gelar trofi si kuping besar ini. Selama 7 musim berturut yaitu 1988/1989 sampai 1993/1994, Rossoneri tampil menjadi finalis sebanyak 5 kali, 3 kali diantaranya menjadi juara yaitu musim 1988/1989, 1989/1990, dan 1993/1994. Sementara menjadi runner up sebanyak 2 kali pada musim 1992/1993 dan 1994/1995 yang saat itu dikalahkan oleh Marseille dan Ajax.
Quote:
Quote:
Quote:
Kompetisi Eropa juga menggelar pertandingan yang mempertemukan juara Liga Champions melawan juara Piala Winner. Tercatat sempat gagal karena kalah agregat gol 1-2 oleh klub senegara Parma pada musim 1993/1994. Pundi-pundi trofi Super Cup UEFA berhasil dipinang oleh AC Milan sebanyak 3 kali pada periode 80an dan 90an.
Kemenangan AC Milan di atas masing-masing terdiri dari musim 1989/1990(menang 2-1 lawan Barcelona), 1990/1991 (menang 3-1 lawan Sampdoria), dan 1994/1995 (menang 2-0 lawan Arsenal).
Quote:
Quote:
Juara Piala Interkontinental
Quote:
Kompetisi ini melibatkan antar 2 benua yang berbeda yaitu pertandingan antara juara Liga Champions (Eropa) melawan juara Piala Libertadores (Amerika Latin). Sebagai wakil dari benua biru, AC Milan sukses menjadi juara kompetisi ini sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 1989 mengalahkan Atletico Nacional (Kolombia) dengan skor 1-0 dan tahun 1990mengalahkan Olimpia (Paraguay) dengan skor meyakinkan 3-0.
Beberapa aspek dari masa keemasan klub yang berdiri tahun 1899 ini tidak lepas oleh peran penting para pemainnya. Sederet pemain kelas dunia pernah berlabuh di klub berseragam merah hitam AC Milan.
Para pemain di semua lini bahu-membahu untuk menunjukkan kualitas dan skill mereka demi meraih supremasi AC Milan di berbagai kompetisi. Pada khususnya era 80an dan 90an, AC Milan dikenal juga sebagai klub bertabur bintang baik pemain lokalnya maupun asing. Berikut pilihan para pemain yang berprestasi dan menyumbangkan gelar untuk AC Milan:
Quote:
Quote:
Quote:

Pemain AC Milan yang lahir pada tanggal 8 Mei 1960 ini pantas disebut sebagai legendanya Rossoneri. Bermain pada posisi sweeper, Baresi melakukan debut bersama AC Milan pada karir seniornya tahun 1977 saat usianya masih 17 tahun.
Baresi mengenakan pertama kalinya ban kapten pada tahun 1982. Dimana saat itu AC Milan sedang terpuruk dan bermain di Serie B. Namun sang Capitano mampu membawa Rossoneri promosi ke Serie A pada satu tahun berikutnya. Sampai akhirnya gelar scudetto untuk kedua kalinya bagi Baresi bersama AC Milan berhasil ia dapatkan pada musim 1987/1988. Koleksi trofi AC Milan di berbagai kompetisi tidak luput dari olahan si kulit bundar Baresi. Total ada 18 trofi kompetisi tertinggi ia persembahkan untuk Rossoneri.
Seiring prestasi bersama AC Milan, Baresi juga terpilih menjadi pemain kedua terbaik dunia versi Ballon d’Or pada tahun 1989. Mempunyai julukan Piscinin (si kecil) pensiun sebagai pemain AC Milan pada tahun 1997. Baresi selama karirnya sebagai pemain sepak bola hanya bermain di satu klub yaitu AC Milan. Adapun prestasi pribadi yang patut dibanggakan adalah saat Baresi terpilih sebagai pemain terbaik AC Milan abad ini pada tahun 1999.
Quote:
Quote:
Quote:

Pemain berkebangsaan Belanda ini datang dari Ajax Amsterdam ke San Siro pada tahun 1987. Di usianya yang menginjak 23 tahun dan tampil perdana di Serie A, Van Basten langsung mempersembahkan gelar scudetto untuk AC Milan pada musim 1987/1988. Adapun total 11 trofi dari striker AC Milan bertinggi badan 188 cm ini selama karirnya berseragam merah hitam.
Sebagai pemain andalan dan mampu menorehkan gol-gol penting bagi AC Milan, Van Basten juga bersinar sebagai pemain sarat prestasi secara pribadi. Tercatat 2 kali menjadi pencetak gol terbanyak Serie A (Capocacannoniere) yaitu musim 1989/1990 sebanyak 19 gol dan musim 1991/1992 dengan 25 gol. Tidak hanya itu Van Basten mendapatkan penghargaan pribadi sebagai pemain terbaik dunia pada masanya bersama AC Milan, yaitu 3 kali penghargaan ballon d’Or (1988, 1989, 1992) dan 1 kali penghargaan terbaik FIFA pada tahun 1992.
Namun sayang, pada usia 28 tahun Van Basten menerima takdir memilukan untuk karirnya. Sering mendekap cedera beberapa tahun sampai akhirnya karir sebagai pemain sepak bola berakhir di AC Milan pada tahun 1995.
Peran penting lainnya pada kesuksesan klub sepak bola adalah pelatih. Khususnya di Italia, nama pelatih akrab disebut sebagai alllenatore. Tentunya dibalik masa kejayaan AC Milan era 80an dan 90 an tak lepas dari racikan strategi pelatihnya. Berikut 2 nama allenatore AC Milan yang termahsyur pada masa tersebut:
Quote:
Quote:
Quote:

Tidak ada yang menyangka keputusan presiden AC Milan Silvio Berlusconi pada tahun 1987 menunjuk Sacchi sebagai allenatore. Pasalnya Sacchi merupakan pelatih yang tidak cukup berpengalaman dan tidak pernah menjadi pemain sepak bola profesional, bahkan sebelumnya Sacchi adalah seorang pedagang sepatu.
Berlusconi menginginkan suatu revolusi besar-besaran di klubnya. Sacchi pun mampu menepis keraguan dari berbagai pihak. Salah satu kesuksesan strategi Sacchi adalah mengubah gaya permainan bertahan AC Milan yang juga banyak dipakai semua klub Italia menjadi gaya permainan menyerang. Perubahan fenomenal tersebut menghadirkan AC Milan bak singa menakutkan yang bangun dari tidurnya.
Pola agresif dari Sacchi ditambah kedatangan dua striker bertalenta Marco Van Basten dan Ruud Gullit mampu menciptakan gelar scudetto AC Milan pada musim 1987/1988. Auman keras AC Milan bersama Sacchi menghasilkan deretan trofi bergengsi dengan total sebanyak 8 kali juara, antara lain Serie A (1987/1988), Super Cup Italia (1988/1989), Liga Champions (1988/1989 & 1989/1990), Super Cup UEFA (1989/1990 & 1990/1991) dan Piala Interkontinental (1989 & 1990).
Atas kepiawaiannya, pelatih kelahiran tahun 1946 tersebut setuju akan tawaran untuk melatih timnas Italia setelah musim 1990/1991 berakhir bersama AC Milan.
Quote:
Quote:
Quote:

Capello merupakan pelatih yang menggantikan Arrigo Sacchi pada musim 1991/1992. Berbeda dengan Sacchi, Capello pernah menekuni sebagai pemain sepak bola profesional dengan posisi sebagai seorang gelandang. Kegiatan menggocek bolanya pun berakhir di AC Milan pada tahun 1980.
Setelah pensiun Capello tetap berkarir di AC Milan, tepatnya mulai tahun 1982 ditunjuk menjadi pelatih primavera AC Milan. Gaya permainan menyerang ala racikan Sacchi juga diterapkan oleh Capello pada awal-awal melatih tim senior AC Milan. Gelar scudetto bagi Capello pun tercipta di musim pertamanya melatih AC Milan. Dominasi AC Milan tak terbendung tatkala Capello bersama Trio Belanda mampu meraih scudetto musim keduanya bahkan ketiganya secara berturut-turut.
Bermain agak ke dalam sisi pertahanan, gaya permainan AC Milan agak mulai berubah di musim ketiganya Capello melatih Rossoneri. Namun begitu, koleksi trofi bergengsi masih berlanjut untuk di bawa pulang ke San Siro.
Sempat mendatangkan pemain kelas dunia seperti Zvonimir Boban dan Marcel Desaily, Capello memiliki total trofi sebanyak 9 gelar. Selengkapnya antara lain: Serie A (1991/1992, 1992/1993, 1993/1994, 1995/1996), Super Cup Italia (1992/1993, 1993/1994, 1994/1995), Liga Champions (1993/1994), dan Super Cup UEFA (1994/1995).
Sementara itu karir cemerlang Fabio Capello sebagai allenatore AC Milan berakhir tahun 1996 dan segera berlabuh ke klub raksasa Spanyol, Real Madrid.
*****
Sebenarnya masih banyak lagi pemain AC Milan yang belum ane sebutkan di atas dan sangat berjasa dalam meraih trofi pada era akhir 80an dan awal 90an. Pemain hebat seperti Paolo Maldini, Alessandro Costacurta, Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, Daniele Massaro, Frank Rijkaard, dan Mauro Tassotti adalah sederet kecil para pemain yang pernah mencicipi masa kejayaan Rossoneri tersebut. Pencapaian yang sangat luar biasa bagi AC Milan.
Demikian thread dari ane. Semoga bisa menambah wawasan dan pengetahuan Agan Sista football lovers khususnya Milanisti.
Terima kasih sudah membaca.
