Imbas adanya covid-19 ke segala lapisan masyarakat. Baik kalangan atas sampai bawah pun tak luput terdampak pandemi. Bahkan harus meregang nyawa disaat virus telah merasuk ke dalam tubuh disebabkan imunitas tubuh yang kurang memadai.

Yang lebih kentara lagi yakni dampaknya pada sendi perekonomian. Pasar dan toko dibatasi durasi bertransaksinya. Karyawan, buruh, pegawai pabrik, diliburkan disebabkan daya produksi pabrik yang menurun.



Tak gencar-gencar pemerintah melakukan kebijakan untuk mengendalikan dan memutus rantai penyebaran virus pandemi. Lockdown, PSBB, dan protokol kesehatan dengan gerakan 3M; mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan pun digiatkan dalam masyarakat.

Bukan hanya segi ekonomi yang terdampak, segi pendidikan pun kena imbas dari pandemi ini. Pun berbagai kebijakan diberlakukan pada sektor pendidikan.



Nah, membicarakan efek pandemi di dunia pendidikan berikut adalah thread ane yang membahas hal tersebut, "Serba-serbi dunia pendidikan di masa pandemi, jangan menyerah, ayo sekolah!"

Kalau menilik ke belakang, sebelum adanya pandemi bersekolah seperti biasa. Datang ke sekolah, belajar bersama-sama dengan bertatap muka antara siswa dengan guru.

Semenjak adanya pandemi hal itu tidak mungkin terjadi karena akan melanggar protokol kesehatan. Maka dari itu, sistem pendidikan pun dirubah menjadi sekolah secara daring(dalam jaringan), BDR (belajar dari rumah) misal, PJJ (pembelajaran jarak jauh) bisa dengan memanfaat GCR (google classroom), zoom meeting, dll.



Masa pandemi, kerja pengajar dan pendidik ane rasa semakin berat. Waktu mengajar pun seakan seharian, setiap waktu, tiap jam bahkan sampai malam hari ada saja siswa yang tanya perihal tugas dan materi pelajaran lewat whastApp atau telepon. Belum lagi kudu bikin materi, bikin tugas di aplikasi google clasroom. Lebih nyaman dan praktis sekolah tatap muka, pendidik tinggal kasih materi di depan kelas.

Apakah cara daring dan BDR dapat berjalan secara efektif? Tentu saja kurang maksimal menurut ane, dengan banyak kendala yang harus dihadapi. Misalnya, daya beli internet antar wali siswa tidak sama, daya serap pelajaran murid yang tidak terpenuhi karena jam mengajar berkurang, kualitas penyampaian materi yang tidak maksimal, aktifitas banyak di rumah otomatis siswa lebih banyak bermain daripada belajar, dll.

Untuk memaksimalkan fungsi belajar mengajar, ada kebijakan baru dilakukan dari dinas dalam sistem belajar yakni dengan sistem shif/bergantian. Cara shif dapat mengurangi kerumunan, siswa dibatasi masuk sekolah. Tentu saja dengan melaksanakan protokol kesehatan plus faceshield.



Siswa masuk kelas, maksimal hanya 10 siswa, durasi belajar hanya 1-2 jam. Tujuannya agar siswa tidak bosan belajar secara daring. Biasanya diisi pemberian materi secara singkat dan dilanjut bincang-bincang dan pendekatan persuasif, sharing, curhat, bicara hati ke hati dari siswa selama belajar di rumah sebab pandemi.

Sudah hampir setahun, siswa belajar di rumah. Situasi yang kurang nyaman sebab adanya pandemi. Semoga pandemi segera berakhir, dan kita bisa hidup normal kembali. Belajar di sekolah lagi sebab tempat belajar yang paling nyaman adalah sekolah.



Sekian thread dari ane tentang dunia pendidikan di masa pandemi. Bila ada hal-hal kurang mohon dilengkapi di kolom komentar. Sampai bertemu di thread ane selanjutnya. Bye!

Sumber tulisan: opini pribadi
Ilustrasi; dokumen pribadi.