- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Massa Trump Serbu Capitol, Mengapa Sistem Keamanan Gagal Cegah Perusuh?


TS
samsol...
Massa Trump Serbu Capitol, Mengapa Sistem Keamanan Gagal Cegah Perusuh?

Banyak yang beranggapan itu tidak mungkin.
Namun faktanya, ribuan pendukung pro-Trump memaksa masuk ke dalam salah satu bangunan paling penting secara historis dan politik di negara itu, terutama di saat anggota parlemen terpilih sedang berkumpul untuk mengesahkan kemenangan Joe Biden di pemilihan presiden.
Foto-foto dan rekaman menunjukkan bagaimana massa berkeliaran di dalam.
Puluhan pendukung Trump terlihat mengambil foto dan melakukan siaran langsung aksi mereka sambil melakukan penjarahan dan perusakan simbol demokrasi AS.
Saat kejadian itu disiarkan secara daring melalui sosial media dan jaringan berita di seluruh dunia, muncul pertanyaan, di mana, bagaimana kesiapan dan respons Kepolisian Capitol AS - terdiri dari sekitar 2.000 petugas yang tugasnya melindung gedung dan pekarangannya?
Tindakan pelanggaran itu menyebabkan beberapa anggota parlemen terpaksa berlindung di lantai sebelum dievakuasi ke tempat aman dengan mengenakan masker gas.
Kemudian butuh waktu berjam-jam untuk membersihkan kompleks dari para perusuh dan dinyatakan aman.
Dan terlepas dari tingkat keparahan dan skala kekacauan yang ditimbulkan oleh massa, ternyata relatif sedikit penangkapan para perusuh yang dilakukan pada Rabu malam.
Dugaan kegagalan keamanan

Seorang pengunjuk rasa melompat dari balkon untuk mencapai lantai Senat. (Getty Images)
Kritikan yang muncul berpusat pada tuduhan kurangnya kesiapan para petugas dalam menjaga keamanan melihat besarnya skala pelanggaran yang tak terbantahkan pada Rabu kemarin.
Hal itu ditunjukkan dalam video-video di media sosial yang memperlihatkan barisan polisi yang lemah dapat dengan cepat dijebol dan dibanjiri oleh kerumunan. Beberapa dari polisi mengenakan pelindung besi, mengacungkan senjata dan semprotan kimia.
Bahkan dalam satu video yang viral tampak polisi di satu lokasi membuka penghalang yang memungkinkan pendukung pro-Trump untuk berdatangan masuk ke gedung.
Berjam-jam setelah kekerasan, beberapa pengunjuk rasa difilmkan sedang dikawal atau dipandu keluar gedung tanpa penangkapan - bahkan tampak dibantu menuruni tangga Capitol dan pintu dibiarkan terbuka bagi mereka untuk keluar.
Klip viral lainnya menunjukkan seorang petugas polisi berpose untuk selfie dengan seorang pria di dalam gedung.
Nick Ochs, anggota terkenal dari kelompok sayap kanan Proud Boys, men-twit selfie dirinya di dalam dan kemudian mengatakan kepada CNN, "Ada ribuan orang di sana - mereka tidak bisa mengendalikan situasi. Saya tidak dihentikan atau ditanya. "

Polisi menghalau perusuh pro-Trump di samping patung Abraham Lincoln di dalam Gedung Capitol. (Getty Images)
Banyak gambar-gambar kerusuhan di dalam simbol pemerintah itu yang kini menjadi catatan buruk dalam sejarah AS.
Seperti tergambar seorang perusuh yang wajahnya tidak tertutup sedang tersenyum dan mengangkat kakinya di atas meja Ketua DPR Nancy Pelosi sebelum keluar untuk memamerkan surat yang tampaknya dicurinya dari kantornya.
Lalu, sebuah bendera Konfederasi diarak di atas bahu seorang pria tak bermasker dan seorang ahli teori konspirasi terkenal - memakai tanduk, bulu dan cat wajah - terlihat berpose di kursi Senat yang ditempati oleh Wakil Presiden Mike Pence beberapa jam sebelumnya.

Richard Barnett, 60 tahun, mengangkat kakinya dengan 'tidak hormat' di atas meja yang merupakan pusat kekuasaan di Kongres. (AFP)
Sekarang sejumlah anggota parlemen AS angkat bicara tentang kegagalan serius keamanan ini dan meminta dilakukannya investigasi mendalam atas kegagalan polisi.
Anggota Kongres AS dari Demokrat dan mantan kepala polisi sendiri, Val Demings, mengatakan "sangat jelas" bahwa polisi Capitol tidak siap dan tampak kekurangan staf serta tidak ada rencana operasional yang jelas.
Bahkan ketika kekerasan meningkat, terjadi kebingungan untuk meminta bantuan dari pasukan keamanan lain.
Beberapa media AS, mengutip sumber pejabat senior, menyebut Wakil Presiden Mike Pence adalah orang yang menyetujui mobilisasi Pengawal Nasional DC setelah Presiden Donald Trump diduga menunjukkan keengganan awal.
Jika benar, ini sangat kontras dengan unjuk kekuatan yang sangat terlihat yang diserukan presiden tahun lalu ketika protes Black Lives Matter (BLM) menyebar ke seluruh negeri - ketika pengunjuk rasa dan penjarah bertemu dengan rentetan gas air mata dan peluru karet.
Gordon Corera, wartawan bidang keamanan BBC, mengatakan, kejadian ini menekankan bagaimana keputusan keamanan tampaknya telah dipolitisasi di bawah pemerintahan Trump.
Profesor Clifford Stott, seorang spesialis ilmu kepolisian yang bekerja sebagai penasihat pemerintah Inggris, mengatakan pertanyaan penting yang akan berkembang adalah "kegagalan polisi yang signifikan dan sangat memalukan" yang terlihat di Washington DC pada hari Rabu.
Stott menambahkan ada kurangnya persiapan dalam merespons eskalasi pendukung Trump.
"Informasi itu sudah tersedia bahwa ada kemungkinan besar upaya untuk masuk ke Capitol ," katanya kepada BBC.
"Tapi kegagalan untuk meramalkan itulah yang membuat mereka tidak cukup siap ketika hal itu benar-benar terjadi."
Tantangan presiden terpilih AS Joe Biden 'mirip' dengan situasi di Indonesia
Dia melanjutkan, "Ini bukan hanya tentang kompleksitas respon polisi, tapi juga tentang buruknya penilaian risiko terkait bagaimana mereka memahami apakah sumber daya mungkin diperlukan pada awalnya."
Pada Kamis kemarin, kepala Kepolisian Capitol AS mengkonfirmasi lebih dari 50 aparat keamanan terluka dan menggambarkan bahwa pasukan dan petugas lain telah bekerja "dengan gagah berani" dalam menghadapi ribuan.
"Serangan kekerasan di Gedung Capitol tidak seperti yang pernah saya alami selama 30 tahun bertugas di sini di Washington DC," kata Kepala Steven Sund dalam sebuah pernyataan yang mengonfirmasi bahwa Polisi Capitol sedang melakukan peninjauan menyeluruh terhadap peristiwa - termasuk prosedur perencanaan keamanan mereka.
Apa yang diketahui sebelum terjadinya kekerasan?

Gas air mata digunakan untuk membubarkan pengunjuk rasa di Gedung Capitol. (Reuters)
Tindakan demonstrasi para pendukung Trump, yang dilakukan untuk mencegah Kongres mengesahkan hasil pemilu, bukanlah spontanitas.
Protes itu telah direncanakan sebelumnya yang disertai retorika berbulan-bulan Presiden Trump dan beberapa sekutu Republiknya yang berusaha untuk merusak hasil pemilu.
Profesor Stott, yang terkenal dengan penelitiannya tentang psikologi kekerasan kelompok dan hooliganisme, mengatakan kepada BBC bahwa terdapat satu hal yang menarik dari peristiwa itu yaitu adanya suasana "kegembiraan" di antara para perusuh yang secara terbuka melakukan kejahatan.
"Ada tujuan yang sangat jelas bagi kerumunan itu dan itu didorong oleh gagasan bahwa tindakan mereka sah, mengingat persepsi mereka bahwa presiden mereka - sebagai panglima tertinggi - telah memberi persetujuan untuk pergi dan melakukan ini," katanya.
"Dan perasaan bahwa Capitol Hill sendiri telah diambil alih oleh [para politisi yang] korup."
Pada hari-hari dan memang berminggu-minggu dan berbulan-bulan sebelum serangan itu, orang-orang yang mengikuti sarana media sosial yang digunakan pendukung ekstrem Trump dan kelompok sayap kanan telah mewacanakan tindakan kekerasan di Capitol, termasuk terhadap anggota parlemen hingga hasil pemilu.
Beberapa pendukung Trump di Washington DC bahkan terlihat mengenakan pakaian yang dibuat khusus untuk aksi tersebut dengan bertuliskan "MAGA: CIVIL WAR" beserta tanggal 6 Januari 2021.
Kejadian ini bisa jauh lebih serius jika ada anggota Kongres luka atau disandera, kata wartawan bidang keamanan BBC Gordon Corera, dan foto-foto itu akan meningkatkan kekhawatiran lebih lanjut tentang keamanan untuk pelantikan Joe Biden pada 20 Januari.
Akankah perusuh dihukum?

Massa pro-Trump menerobos Capitol AS pada 6 Januari 2021 di Washington, DC. (Getty Images)
Wakil Presiden Mike Pence termasuk di antara mereka yang menyerukan agar para perusuh diproses secara hukum.
Ditambah lagi, terdapat banyak bukti-bukti seperti video dan foto yang beredar - yang dapat digunakan oleh jaksa.
Facebook sedang berupaya untuk menghapus video berisi hasutan dan kekerasan dalam kejadian itu.
Sementara, beberapa investigator meminta orang-orang untuk menyimpan bukti-bukti guna identifikasi dan penyelidikan - walaupun banyak yang sudah mengetahui gambar-gambar viral itu berisi tokoh-tokoh kelompok sayap kanan dan QAnon, serta jaringan konspirasi terkait.
Polisi Capitol pada Kamis (07/01) mengkonfirmasi bahwa mereka sedang meninjau pengawasan dan materi lainnya untuk mengidentifikasi orang-orang "yang mungkin dikenakan tuntutan pidana".
Channing Phillips, mantan pengacara AS untuk wilayah Columbia, mengatakan bahwa jaksa dapat mengenakan berbagai tuduhan lokal dan federal terhadap penghasut dan perusuh - dalam segala hal mulai dari perusakan properti pemerintah hingga penyerangan.
Para pakar hukum juga berspekulasi bahwa beberapa dari mereka yang terlibat dapat menghadapi tuduhan serius dan konspirasi yang menghasut - kejahatan federal dengan hukuman 20 tahun penjara.
https://news.detik.com/bbc-world/d-5...rom=wpm_nhl_10
Iyaa juga sih...

Mank ada pembiaran kayaknya







cPOP dan 2 lainnya memberi reputasi
3
544
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan