- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Catatan Perjalanan OANC
Pendakian Gunung Sumbing Via Bowongso. Jangan Pernah Bilang Capek, Jauh, dan Dingin


TS
lapar.bang
Pendakian Gunung Sumbing Via Bowongso. Jangan Pernah Bilang Capek, Jauh, dan Dingin





Halo para warga kaskuser sekalian, sebagaimana warga kaskuser yang berbudiman jangan lupa untuk





SELAMAT MEMBACA


udahmales banget nih badan rebahan mulu
hawa hawanya pengen liburan
Halo-halo gan/sis, akhirnya setelah sekian purnama kita bisa bertemu lagi di thread jalan-jalannya lapar.bang ya
Kali ini saya mau sedikit berbagi cerita keseruan saat mendaki gunung di jawa tengah nih.
"loh bree.. udah main di jawa tengah aja nih?"
"Iya gan, pengen nyoba mendaki diluar jatim nih"
Bhluaarrrr.. untuk pertama kalinya saya bisa keluar jatim setelah beberapa tahun muterrrrrr aja di sini. Dan tanpa berlama-lama yuk langsung simak ceritanya


Pendakian ini adalah pendakian pertama saya di jawa tengah. Dan perjalanan dimulai dari Terminal Giwangan Jogja.
Dari jogja kita menaiki bus Eka dengan jurusan Terminal Giwangan (Jogja) - Terminal Mendolo (Wonosobo) dengan harga 60k, tapi saya lebih memilih ngecer naik minibus 2x dari Terminal Giwangan - Terminal Boyolali, dan Terminal Boyolali - Terminal Mendolo Wonosobo yang lebih murah 10k, mayan lah ya 10k bisa buat beli udud
"Lah kenapa lu bilang naik bus, kalo ujung ujungnya naik minibus
"
"Cuma ngasih tau aja bre rutenya kalo naik bus sekalian sama harganya. Berhubung lebih murah ngecer, yaudah ngecer aja
"
FYI:


Setelah menginap di basecamp semalam, Mbak Yuni akhirnya sampai juga. Semua persiapan sudah siap. Saatnya kita melakukan simaksi (surat ijin masuk kawasan konservasi). dengan harga 25k/orang.
Sebelum naik kita dibreafing terlebih dahulu mengenai SOP pendakian karena belakangan ini gunung sumbing sering terjadi kebakaran. Kita juga dikasih bungkus plastik yang berisi cairan santan dan kopi.
Disini sebenarnya ada ojek yang bisa mengantar kita ke parkiran swadas dengan harga 15k/org, berhubung waktu itu duit lagi nipis banget jadi saya tidak menggunakan jasa ojek tersebut, pun dengan Wahyu dan Mbak Yuni yang lebih memilih untuk jalan kaki.
Perjalanan dari basecamp menuju parkiran swadas memakan waktu 1.5 jam dengan jalan makadam, kanan-kiri full kebun tembakau. Yaa kalian tau sendiri lah gan/sis kalau Karesidenan Kedu ini rata-rata warganya berprofesi menjadi petani tembakau. Wahh pokoknya kanan-kiri tembakau semua deh
Kita juga sering dikejar sama ojek yang merayu untuk menggunakan jasanya. Tapi saya dan kawan-kawan tetap menolak dengan tegas. Sebenernya sih mau banget pake ojek, tapi ya gimana lagi, duit nipis. Kalau naik ojek paling cuma 15 menit doangan kok
Di parkiran swadas (parkiran para petani tembakau/batas terakhir motor) kita beristirahat sejenak. Bukan sejenak sih, agak lama deh kayaknya. Ngerokok, ngobrol, sambil nyemil kacang yang dibeli Mbak Yuni. Pokoknya Mbak Yuni waktu itu yang nanggung logistik kita semua, baik banget kan ya orangnya
Setelah dirasa cukup akhirnya kita melanjutkan perjalanan menuju pos gardu pandang. Jalanan setelah melewati parkiran swadas langsung berubah jadi tanah berdebu. Apalagi kalau naiknya pas musim kemarau. Saya jamin bakal mandi debu deh. Itu kantong mata kalian bakalan punya kantong mata lagi yang berwarna coklat dari bekas debu-debu di jalur
Behh.. pokoknya parah udah kalau kemarau, dan kebetulan saya ini mendaki disaat musim kemarau
Baca juga: Pendakian Arjuno Welirang Edisi Ngerjain Dan Dikerjain Jin Gunung
Pendakian kali ini bisa saya sebut pendakian yang sangat-sangat santai. Pokoknya santai aja udah. Banyak berhentinya, karena kami mensiasati pantangan yang ada digunung ini "jangan bilang capek" jadi kita sering-sering beristirahat biar gak capek
Logis kan ya
Saking lamanya kita beristirahat, kita sampai disalip pendaki lain. Bodo amat udah biar mereka duluan, kita mah santuy borr. Padahal dari parkiran swadas menuju pos gardu pandang cuma 15 menit, tapi istirahatnya bisa 30 menit lebih
Angin sepoi-sepoi bawaannya pengen tidur aja, duuhhhh. Kalau kelamaan bakalan mager nih, akhirnya kita melanjutkan perjalanan menuju pos selanjutnya. Yaitu pos 1 taman asmara.
Jalur masih didominasi oleh trek tanah berdebu, semakin keatas trek semakin mengecil. Khas jalan setapak. Bisa saya bilang jalur gunung sumbing via bowongso ini masih enak, masih manusiawi lah, ada tanjakan ada bonusnya juga jalan landai
Untuk vegetasi gunung sumbing sendiri terutama untuk awal-awal didominasi pohon-pohon besar. Saya tidak menemukan pohon cemara, yaa mungkin karena masih berada dibawah. Masih banyak kebun warga juga disini. Ditengah jalan kalian bakal nemuin kebun terong, tapi terong belanda. Bentuknya oval, berwarna hijau, kalau mateng berwarna merah. Pas saya coba gigit.. peehhhh.. paiiitttt
Padahal udah lumayan banyak loh nyarinya. Tapi gak jadi dibawa deh. Gak ngerti cara ngelolanya
Setelah nyoba-nyoba makan terong belanda.. (saya sih gak tau kenapa dikasih nama terong belanda, mungkin yang bawa masuk ke Indonesia orang belanda kali ya..) kita sampai juga di pos 1. Pos Taman Asmara.


Pos 1 gan/sis. Poto rombongan lain yang nyalip kita tadi. Namanya pos taman asmara. Sumpah kalian jangan tanya saya kenapa dikasih nama taman asmara
Gimana kalau kita berasumsi aja?
"Mungkin yang berhenti disini bakalan dapet jodoh kali."
"Mungkin juga kalau yang kesini sama orang yang disuka bakal jadian."
"Ataaaauu dulu disini banyak orang pacaran?"
"Apa jangan jangan..."



Ini sih bukan asumsi, tapi berimajinasi, parah
Pos 1 ini kondisinya agak tertutup, jadi gak bisa lihat apa-apa selain pepohonan. Hanya sedikit sela-sela saja yang terbuka, pinter-pinternya kita nyari spot buat poto-poto. Pohonnya lumayan rindang sih jadi enak bisa menghalangi teriknya panas matahari.


Sebat dulu sebatang sambil istirahat. Pokoknya jangan sampe bilang capek, nikmati aja udah
Setelah habis sebatang dan menyiram kerongkongan dengan air mineral, mari kita lanjut lagi
Jalanan sudah mulai kembali menanjak, tanjakan demi tanjakan sudah menanti didepan. Kadang belok kanan, kadang juga belok kiri. Beneran deh, kalau ke gunung itu cuma ada dua tanda, kalau gak belok kanan ya belok kiri. Jadi kalau ada yang tanya "puncak masih jauh gak?" jawab aja "tinggal dua belokan lagi kok."
Bener kan ya
Setapak demi setapak terlewati, jalur masih didominasi tanah berdebu. Kanan kiri didominasi semak belukar dan pohon cemara, kadang pohon cemara itu mengeluarkan suara saat diterpa angin, kondisi angin juga lumayan kenceng sih kemaren. Naik, naik, dan terus naik. Kini view gunung sindoro sudah mulai terlihat walaupun sedikit samar tapi setengah badannya tertutup oleh lautan awan, hal ini sering kali membuat saya berhenti hanya unntuk ingin melihat seperti apa gunung sindoro saat ditutupi lautan awan. Maklum saja baru pertama kesini
Masih sempet-sempetnyaaaa minta poto, tapi gapapa sih itung-itung ambil nafas. Masa gass mulu gak istirahat. Kan ca...
Eh.. gak boleh ngomong capek disini
Setelah poto-poto kita melanjutkan kembali perjalanan ini. Hanya saja kali ini vegetasi sudah mulai sedikit berubah gan/sis. Vegetasi cemara sudah agak berkurang dan mulai berganti pohon pete-petean, kayaknya sih pohon lamtoro ya. Batangnya kecil, tapi gak ada daunnya, seperti bekas kebakar, kayak hutan mati lah pokoknya.
Baca juga: Drama Pendakian Gunung Semeru Yang Bikin Ngelus Dada
Tanjakan yang menyiksa dari pos 1 kini sudah mulai berkurang, perlahan jalan mulai landai dan yang terlihat hanya ilalang atau sabana. Ah gilaaaaa.. gak boleh bilang capek, pokoknya setiap ngerasa capek saya pasti akan bilang "kuat.. kuat.. kuat.." rupanya hal tersebut sangat ampuh. Saya tiba-tiba merasa kuat. Katanya sih itu adalah sebuah sugesti yang bakalan mempengaruhi alam bawah sadar. Tapi emang iya sih mendadak kuat
Setelah jalan selama 3 jam dengan sangat-sangat santai sekali. Akhirnya pos 2 sudah terlihat. Ada 2 tenda yang sudah berdiri. Waktu saya samperin ternyata tenda pendaki lain, kirain tendanya si Wahyu


Pos bogel namanya. Kata si Wahyu jangan camp di pohon-pohon, soalnya banyak kejadian janggal. Saya dan Mbak Yuni pun nurut dan memilih camp diatasnya dikit. Ditempat saya mempoto ini
Kondisi musim kemarau, tapi mendadak gerimis, kemudian panas, kemudian gerimis lagi, kemudian panas lagi. Labil pokoknya, angin juga lumayan kencang. Akhirnya kita segera membagun tenda disini. Sebenernya bisa camp diatasnya lagi, yaitu di pos gajahan. Mengingat waktu sudah semakin sore dan langit sudah mulai gerimis gak menentu. Kita pun memutuskan untuk mendirikan tenda di pos 2. Kata si Wahyu juga di pos gajahan, tapi lebih kenceng anginnya karena gak ada pohon sama sekali alias terbuka.
Sebenernya enak camp dideket pohon-pohon sana sih agak kebawahan dikit. Angin bisa terhalang, tapi yasudahlah, kita nurut sama akamsinya aja. Untungnya kita juga bawa flysheat, jadi terpaan angin lumayan lah bisa sedikit tertahan. Toh viewnya lebih terbuka kalau disini
Si Wahyu pun mencoba untuk turun ke sumber mata air. Ternyata sumber tersebut juga sedang kering karena musim kemarau. Beruntung saja kita gak bergantung ke sumber mata air, jadi ya aman-aman aja sih
Pokoknya kalau musim kemarau mending bawa air dari basecamp saja. Apalagi gunung daerah jawa tengah terkenal dengan gunung tanpa sumber mata air. Beda dengan di jawa timur yang sangat melimpah disetiap jalurnya.
Setelah tenda berdiri, barang-barang pun kita masukkan dan selanjutnya kita poto poto


Pose santai aja hehehe, disini juga ada bangku kok. Emang sengaja kali ya buat spot poto. Lumayan kece sih
Beda pose saya beda juga pose Wahyu.


"Akamsi mah bebas ya boooosssss
"
Begitulah kelakuan si Wahyu, manjat-manjat pohon gak karuan, serasa gunungnya sendiri. Ehh.. tapi iya sih gunungnya sendiri, kan orang Wonosobo dianya, kita naik juga dari wonosobo
Beda saya dan Wahyu, beda juga Mbak Yuni. Posenya kali ini lebih kalem dari kita semua


Khas cewek banget lah, hayo siapa yang mau duduk disebelahnya
Yap, hari sudah semakin sore, dan cuaca juga semamin dingin. Kita pun memutuskan untuk bercengkrama didalam tenda sambil masak-masak dan juga sambil nyemilan nyepuluh nyebelas, hallah.. nyemil maksudnya
Tapi sebelum masuk saya nyoba mengabadikan kembali poto-poto di gunung sumbing. Kali ini nyoba ngefoto puncaknya. Dan inilah jadinya.



Gunung sumbing via bowongso ini terkenal dengan keindahan sabananya, selain itu jalur ini juga menjadi jalur tercepat menuju puncak dari beberapa jalur yang ada digunung ini gan/sis.
Sisa sore itu kita habisnkan untuk bercengkrama, dan masak masak pastinya
Saya, Wahyu, dan Mbak Yuni saling bertukar pengalaman selama melakukan perjalanan di gunung-gunung lain. Sangat seru cerita mereka berdua, saya juga menyimak dengan sangat antusias, benar-benar pengalaman yang luar biasa.
Terlepas dari itu semua, matahari sudah mulai pudar, warna biru dilangit-langit berubah menjadi agak kehitaman yang menandahkan hari sudah mulai gelap. Pun dengan kondisi cuaca sekitar, suda sangat sepi, ditambah gerimis, lengkap sudah kita bertiga hanya diam didalam tenda saja

LANJUTAN ADA DIBAWAH

hawa hawanya pengen liburan
Halo-halo gan/sis, akhirnya setelah sekian purnama kita bisa bertemu lagi di thread jalan-jalannya lapar.bang ya

Kali ini saya mau sedikit berbagi cerita keseruan saat mendaki gunung di jawa tengah nih.
"loh bree.. udah main di jawa tengah aja nih?"
"Iya gan, pengen nyoba mendaki diluar jatim nih"
Bhluaarrrr.. untuk pertama kalinya saya bisa keluar jatim setelah beberapa tahun muterrrrrr aja di sini. Dan tanpa berlama-lama yuk langsung simak ceritanya



Pendakian ini adalah pendakian pertama saya di jawa tengah. Dan perjalanan dimulai dari Terminal Giwangan Jogja.
Dari jogja kita menaiki bus Eka dengan jurusan Terminal Giwangan (Jogja) - Terminal Mendolo (Wonosobo) dengan harga 60k, tapi saya lebih memilih ngecer naik minibus 2x dari Terminal Giwangan - Terminal Boyolali, dan Terminal Boyolali - Terminal Mendolo Wonosobo yang lebih murah 10k, mayan lah ya 10k bisa buat beli udud

"Lah kenapa lu bilang naik bus, kalo ujung ujungnya naik minibus

"Cuma ngasih tau aja bre rutenya kalo naik bus sekalian sama harganya. Berhubung lebih murah ngecer, yaudah ngecer aja

FYI:
Quote:


Setelah menginap di basecamp semalam, Mbak Yuni akhirnya sampai juga. Semua persiapan sudah siap. Saatnya kita melakukan simaksi (surat ijin masuk kawasan konservasi). dengan harga 25k/orang.
Sebelum naik kita dibreafing terlebih dahulu mengenai SOP pendakian karena belakangan ini gunung sumbing sering terjadi kebakaran. Kita juga dikasih bungkus plastik yang berisi cairan santan dan kopi.
Quote:
Disini sebenarnya ada ojek yang bisa mengantar kita ke parkiran swadas dengan harga 15k/org, berhubung waktu itu duit lagi nipis banget jadi saya tidak menggunakan jasa ojek tersebut, pun dengan Wahyu dan Mbak Yuni yang lebih memilih untuk jalan kaki.
Perjalanan dari basecamp menuju parkiran swadas memakan waktu 1.5 jam dengan jalan makadam, kanan-kiri full kebun tembakau. Yaa kalian tau sendiri lah gan/sis kalau Karesidenan Kedu ini rata-rata warganya berprofesi menjadi petani tembakau. Wahh pokoknya kanan-kiri tembakau semua deh

Kita juga sering dikejar sama ojek yang merayu untuk menggunakan jasanya. Tapi saya dan kawan-kawan tetap menolak dengan tegas. Sebenernya sih mau banget pake ojek, tapi ya gimana lagi, duit nipis. Kalau naik ojek paling cuma 15 menit doangan kok

Di parkiran swadas (parkiran para petani tembakau/batas terakhir motor) kita beristirahat sejenak. Bukan sejenak sih, agak lama deh kayaknya. Ngerokok, ngobrol, sambil nyemil kacang yang dibeli Mbak Yuni. Pokoknya Mbak Yuni waktu itu yang nanggung logistik kita semua, baik banget kan ya orangnya

Setelah dirasa cukup akhirnya kita melanjutkan perjalanan menuju pos gardu pandang. Jalanan setelah melewati parkiran swadas langsung berubah jadi tanah berdebu. Apalagi kalau naiknya pas musim kemarau. Saya jamin bakal mandi debu deh. Itu kantong mata kalian bakalan punya kantong mata lagi yang berwarna coklat dari bekas debu-debu di jalur

Behh.. pokoknya parah udah kalau kemarau, dan kebetulan saya ini mendaki disaat musim kemarau

Baca juga: Pendakian Arjuno Welirang Edisi Ngerjain Dan Dikerjain Jin Gunung
Pendakian kali ini bisa saya sebut pendakian yang sangat-sangat santai. Pokoknya santai aja udah. Banyak berhentinya, karena kami mensiasati pantangan yang ada digunung ini "jangan bilang capek" jadi kita sering-sering beristirahat biar gak capek

Logis kan ya

Saking lamanya kita beristirahat, kita sampai disalip pendaki lain. Bodo amat udah biar mereka duluan, kita mah santuy borr. Padahal dari parkiran swadas menuju pos gardu pandang cuma 15 menit, tapi istirahatnya bisa 30 menit lebih

Angin sepoi-sepoi bawaannya pengen tidur aja, duuhhhh. Kalau kelamaan bakalan mager nih, akhirnya kita melanjutkan perjalanan menuju pos selanjutnya. Yaitu pos 1 taman asmara.
Jalur masih didominasi oleh trek tanah berdebu, semakin keatas trek semakin mengecil. Khas jalan setapak. Bisa saya bilang jalur gunung sumbing via bowongso ini masih enak, masih manusiawi lah, ada tanjakan ada bonusnya juga jalan landai

Untuk vegetasi gunung sumbing sendiri terutama untuk awal-awal didominasi pohon-pohon besar. Saya tidak menemukan pohon cemara, yaa mungkin karena masih berada dibawah. Masih banyak kebun warga juga disini. Ditengah jalan kalian bakal nemuin kebun terong, tapi terong belanda. Bentuknya oval, berwarna hijau, kalau mateng berwarna merah. Pas saya coba gigit.. peehhhh.. paiiitttt

Quote:
Padahal udah lumayan banyak loh nyarinya. Tapi gak jadi dibawa deh. Gak ngerti cara ngelolanya

Setelah nyoba-nyoba makan terong belanda.. (saya sih gak tau kenapa dikasih nama terong belanda, mungkin yang bawa masuk ke Indonesia orang belanda kali ya..) kita sampai juga di pos 1. Pos Taman Asmara.


Pos 1 gan/sis. Poto rombongan lain yang nyalip kita tadi. Namanya pos taman asmara. Sumpah kalian jangan tanya saya kenapa dikasih nama taman asmara

Gimana kalau kita berasumsi aja?
"Mungkin yang berhenti disini bakalan dapet jodoh kali."
"Mungkin juga kalau yang kesini sama orang yang disuka bakal jadian."
"Ataaaauu dulu disini banyak orang pacaran?"
"Apa jangan jangan..."



Ini sih bukan asumsi, tapi berimajinasi, parah

Pos 1 ini kondisinya agak tertutup, jadi gak bisa lihat apa-apa selain pepohonan. Hanya sedikit sela-sela saja yang terbuka, pinter-pinternya kita nyari spot buat poto-poto. Pohonnya lumayan rindang sih jadi enak bisa menghalangi teriknya panas matahari.


Sebat dulu sebatang sambil istirahat. Pokoknya jangan sampe bilang capek, nikmati aja udah

Setelah habis sebatang dan menyiram kerongkongan dengan air mineral, mari kita lanjut lagi

Jalanan sudah mulai kembali menanjak, tanjakan demi tanjakan sudah menanti didepan. Kadang belok kanan, kadang juga belok kiri. Beneran deh, kalau ke gunung itu cuma ada dua tanda, kalau gak belok kanan ya belok kiri. Jadi kalau ada yang tanya "puncak masih jauh gak?" jawab aja "tinggal dua belokan lagi kok."

Bener kan ya

Setapak demi setapak terlewati, jalur masih didominasi tanah berdebu. Kanan kiri didominasi semak belukar dan pohon cemara, kadang pohon cemara itu mengeluarkan suara saat diterpa angin, kondisi angin juga lumayan kenceng sih kemaren. Naik, naik, dan terus naik. Kini view gunung sindoro sudah mulai terlihat walaupun sedikit samar tapi setengah badannya tertutup oleh lautan awan, hal ini sering kali membuat saya berhenti hanya unntuk ingin melihat seperti apa gunung sindoro saat ditutupi lautan awan. Maklum saja baru pertama kesini

Quote:
Masih sempet-sempetnyaaaa minta poto, tapi gapapa sih itung-itung ambil nafas. Masa gass mulu gak istirahat. Kan ca...

Eh.. gak boleh ngomong capek disini

Setelah poto-poto kita melanjutkan kembali perjalanan ini. Hanya saja kali ini vegetasi sudah mulai sedikit berubah gan/sis. Vegetasi cemara sudah agak berkurang dan mulai berganti pohon pete-petean, kayaknya sih pohon lamtoro ya. Batangnya kecil, tapi gak ada daunnya, seperti bekas kebakar, kayak hutan mati lah pokoknya.
Baca juga: Drama Pendakian Gunung Semeru Yang Bikin Ngelus Dada
Tanjakan yang menyiksa dari pos 1 kini sudah mulai berkurang, perlahan jalan mulai landai dan yang terlihat hanya ilalang atau sabana. Ah gilaaaaa.. gak boleh bilang capek, pokoknya setiap ngerasa capek saya pasti akan bilang "kuat.. kuat.. kuat.." rupanya hal tersebut sangat ampuh. Saya tiba-tiba merasa kuat. Katanya sih itu adalah sebuah sugesti yang bakalan mempengaruhi alam bawah sadar. Tapi emang iya sih mendadak kuat

Setelah jalan selama 3 jam dengan sangat-sangat santai sekali. Akhirnya pos 2 sudah terlihat. Ada 2 tenda yang sudah berdiri. Waktu saya samperin ternyata tenda pendaki lain, kirain tendanya si Wahyu



Pos bogel namanya. Kata si Wahyu jangan camp di pohon-pohon, soalnya banyak kejadian janggal. Saya dan Mbak Yuni pun nurut dan memilih camp diatasnya dikit. Ditempat saya mempoto ini

Kondisi musim kemarau, tapi mendadak gerimis, kemudian panas, kemudian gerimis lagi, kemudian panas lagi. Labil pokoknya, angin juga lumayan kencang. Akhirnya kita segera membagun tenda disini. Sebenernya bisa camp diatasnya lagi, yaitu di pos gajahan. Mengingat waktu sudah semakin sore dan langit sudah mulai gerimis gak menentu. Kita pun memutuskan untuk mendirikan tenda di pos 2. Kata si Wahyu juga di pos gajahan, tapi lebih kenceng anginnya karena gak ada pohon sama sekali alias terbuka.
Sebenernya enak camp dideket pohon-pohon sana sih agak kebawahan dikit. Angin bisa terhalang, tapi yasudahlah, kita nurut sama akamsinya aja. Untungnya kita juga bawa flysheat, jadi terpaan angin lumayan lah bisa sedikit tertahan. Toh viewnya lebih terbuka kalau disini

Si Wahyu pun mencoba untuk turun ke sumber mata air. Ternyata sumber tersebut juga sedang kering karena musim kemarau. Beruntung saja kita gak bergantung ke sumber mata air, jadi ya aman-aman aja sih

Pokoknya kalau musim kemarau mending bawa air dari basecamp saja. Apalagi gunung daerah jawa tengah terkenal dengan gunung tanpa sumber mata air. Beda dengan di jawa timur yang sangat melimpah disetiap jalurnya.
Setelah tenda berdiri, barang-barang pun kita masukkan dan selanjutnya kita poto poto



Pose santai aja hehehe, disini juga ada bangku kok. Emang sengaja kali ya buat spot poto. Lumayan kece sih

Beda pose saya beda juga pose Wahyu.


"Akamsi mah bebas ya boooosssss

Begitulah kelakuan si Wahyu, manjat-manjat pohon gak karuan, serasa gunungnya sendiri. Ehh.. tapi iya sih gunungnya sendiri, kan orang Wonosobo dianya, kita naik juga dari wonosobo

Beda saya dan Wahyu, beda juga Mbak Yuni. Posenya kali ini lebih kalem dari kita semua



Khas cewek banget lah, hayo siapa yang mau duduk disebelahnya

Yap, hari sudah semakin sore, dan cuaca juga semamin dingin. Kita pun memutuskan untuk bercengkrama didalam tenda sambil masak-masak dan juga sambil nyemilan nyepuluh nyebelas, hallah.. nyemil maksudnya

Tapi sebelum masuk saya nyoba mengabadikan kembali poto-poto di gunung sumbing. Kali ini nyoba ngefoto puncaknya. Dan inilah jadinya.



Gunung sumbing via bowongso ini terkenal dengan keindahan sabananya, selain itu jalur ini juga menjadi jalur tercepat menuju puncak dari beberapa jalur yang ada digunung ini gan/sis.
Sisa sore itu kita habisnkan untuk bercengkrama, dan masak masak pastinya

Saya, Wahyu, dan Mbak Yuni saling bertukar pengalaman selama melakukan perjalanan di gunung-gunung lain. Sangat seru cerita mereka berdua, saya juga menyimak dengan sangat antusias, benar-benar pengalaman yang luar biasa.
Terlepas dari itu semua, matahari sudah mulai pudar, warna biru dilangit-langit berubah menjadi agak kehitaman yang menandahkan hari sudah mulai gelap. Pun dengan kondisi cuaca sekitar, suda sangat sepi, ditambah gerimis, lengkap sudah kita bertiga hanya diam didalam tenda saja


LANJUTAN ADA DIBAWAH

Diubah oleh lapar.bang 08-01-2021 19:31






shinichindo dan 53 lainnya memberi reputasi
54
8.5K
154


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan