Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Mantan Petinggi Intelijen Sebut Seaglider di Selayar Bukan Mata-mata China
Mantan Petinggi Intelijen Sebut Seaglider di Selayar Bukan Mata-mata China

Blak-blakan Laksda (Purn) Soleman B. Ponto
Mantan Petinggi Intelijen Sebut Seaglider di Selayar Bukan Mata-mata China


Mantan Petinggi Intelijen Sebut Seaglider di Selayar Bukan Mata-mata China

Jakarta - Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Laksamana Muda (Purn) Soleman B. Ponto menepis kemungkinan seaglider di perairan Selayar sebagai alat spionase China. Sebab 'Negeri Tirai Bambu' itu sudah memiliki kerja sama penelitian bidang kelautan dengan LIPI, juga Kementerian Kelautan dan Perikanan.

"Menyebut seaglider sebagai sebagai alat mata-mata itu berlebihan, karena China bisa mendapatkan semua data kelautan secara legal lewat kerja sama dengan LIPI dan KKP," kata Soleman kepada detikcom, Kamis (7/1/2021) malam.


Soleman bercerita, kisah penjualan data kelautan memang pernah terjadi pada sekitar tahun 1984. Pelakunya Letkol Susdaryanto yang bertugas pada Dinas Pemetaan Angkatan Laut. Kala itu dia bermaksud menjual data-data kelautan kepada Alexander Pavlovich Finenko dan Asisten Atase Rusia di Indonesia, Letkol Sergei Egarov. Keduanya dari dinas rahasia Rusia, KGB.

Mantan Petinggi Intelijen Sebut Seaglider di Selayar Bukan Mata-mata China

Namun ketika dua rol film yang dikemas dalam bungkus pasta gigi akan diserahkan kepada Egarov di sebuah rumah makan di Jakarta Timur, Badan Koordinasi Intelijen Negara (kini BIN) menangkapnya.

"Sejak saat itu tidak ada lagi penjualan data-data kelautan. Tapi bukan berarti upaya ilegal itu berhenti. Tapi mereka melakukan dengan cara resmi yakni dengan kerjasama penelitian," terang Soleman.

Sebelumnya kerja sama penelitian berada di bawah kendali Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidros), TNI - AL. Namun selanjutnya dipecah keenam lembaga seperti Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional), Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI).

"Waktu di bawah Pushidros, setiap kegiatan survei bawah laut yang dilakukan pihak luar harus ada pengawasan intelijen. Saya pernah ikut terlibat.
Namun sejak kewenangan survei dikerjakan oleh lembaga-lembaga lain kegiatan tersebut berjalan sendiri-sendiri," paparnya.

Kembali ke soal seaglider yang ditemukan di Selayar, Soleman menduga ada kemungkinan milik China yang dipakai di Laut China Selatan. Tapi karena rusak kemudian terbawa arus hingga ke perairan Indonesia.Soal anggapan alat tersebut digunakan untuk memata-matai Indonesia dia tetap menepisnya. Alat itu sudah menjadi barang rongsokan sehingga tidak diambil lagi oleh pemiliknya.

"Buat apa memata-matai laut kita wong kita sudah telanjang bulat kok. Lagi pula data yang didapat dari survei bawah laut itu hanya berupa kedalaman laut, kadar garam, serta posisi ikan saja. Tidak seperti di daratan," ujarnya.


Untuk diketahui, seaglider di Pulau Selayar ditemukan oleh nelayan, Saeruddin (60), akhir Desember lalu. Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah sempat menyebutnya sebagai alat mata-mata. Dari gambar-gambar yang dimilikinya, Nurdin menyebut seaglider tersebut mirip dengan produk China.

"Itu mata-mata, kita sudah koordinasi dengan Danlantamal (Lantamal VI Makassar)," ujarnya. Tapi belakangan dia meralatnya dan menyerahkan kepada TNI AL untuk mengusutnya.

sumber

******

Masih menyangsikan pernyataan dari pakarnya langsung? Mantan intelijen bicara blak-blakan, bahwa Indonesia dan China sudah ada kerjasama bidang kelautan.

Coba deh buka di mesin pencarian Google dengan pilihan Gambar, lalu cari dengan kata Sea Wing, maka akan terdapat gambar Sea Glider, lalu klik. Ternyata China memang mengerahkan 12 Sea Wing di Samudera Hindia. Samudera Hindia memang dekat dengan wilayah Indonesia, terletak di sebelah kiri peta Indonesia.

Dan yang menakjubkan, ternyata Sea Wing yang dilepas ke Samudera Hindia adalah produk rumahan, dibuat oleh para pemuda negeri Tirai Bambu itu. Dan bahkan 'drone laut' buatan mereka telah sukses memgarungi lautan Arktik sedalam 1000 meter!

Ini berbanding terbalik dengan para pemuda Indonesia yang lebih mengedepankan keriuhan di sosial media dunia maya. Untuk urusan nyinyir, membuat hoax, mengejar amal semu serta menghina negara lain, mungkin kita bisa dianggap terdepan.

Padahal para pemuda Indonesia yang cerdas tidak kurang di negeri ini. Namun mungkin mereka tak mendapatkan akses penuh untuk berkiprah dalam bidang teknologi. Dan semuanya bermuara pada tersedianya dana untuk riset. Untuk urusan riset, pemerintah Indonesia memang tergolong pelit, sejak dulu.

Entah kenapa, jika segala hal yang bersinggungan dengan negeri Tirai Bambu, rakyat Garuda ini cepat sekali bereaksi berlebihan. Padahal didepan mata kita, ada beberapa negara yang punya itikat buruk untuk memecah belah bangsa ini, menguasai sumber daya alam, memakai proxy yang diperbudak disini, mengipas-ngipas isu sektarian, agar nantinya mereka bisa menghisap sumber daya seperti Timor Leste yang kini menuju negara gagal.

Mereka selalu menghina dan mencaci maki. Menghina barang produksi negeri itu, tetapi disini, selalu mencari barang yang murah, dan pilihannya, barang dari negeri itu. Ini aneh, sekaligus menggelikan.

Entah sampai kapan akan seperti ini. Mungkin butuh 100 tahun lagi agar pola pikir bangsa ini bersih dari segala macam indoktrinasi yang ditanam oleh rezim Orde Baru, yang kaki tangannya serta antek-antek keturunannya merasa tersisihkan sehingga sampai kini tak ingin melihat Indonesia damai, dengan selalu menjadi dalang dibelakang layar atas segala keonaran di negeri ini.



nowbitoolAvatar border
wisudajuniAvatar border
iwan.agusAvatar border
iwan.agus dan 12 lainnya memberi reputasi
13
3.3K
86
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan