Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kartu.prakerjaAvatar border
TS
kartu.prakerja
Denny Siregar: Sayang Najwa Shihab, Padahal Anda Sebenarnya Pintar
Denny Siregar: Sayang Najwa Shihab, Padahal Anda Sebenarnya Pintar



Kronologi penembakan


Senin siang, 28 Desember 2020, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM melakukan konferensi pers terkait penyelidikan mereka tentang matinya 6 laskar FPI di tangan polisi. Saya jujur menunggu kesimpulan dari Komnas HAM, tapi Komnas HAM sama sekali tidak mengambil kesimpulan apa pun selain mengumpulkan bukti-bukti proyektil dan rekaman CCTV dari Jasa Marga pada saat kejadian.

Hanya, dari penjelasan Komnas HAM kita bisa melihat peristiwa penembakan 6 laskar FPI ini penuh dengan narasi hoaks dari pihak simpatisan FPI sendiri. Sebagai contoh, ada berita yang disebarkan oleh mereka kalau 6 orang laskar yang mati itu disiksa dulu oleh polisi di suatu tempat.

Kalau kejadian itu benar, tentu Komnas HAM akan berteriak mempertanyakan kepada polisi tentang kronologisnya. Tapi ternyata tidak, karena memang Komnas HAM tidak mendapatkan petunjuk yang mengarah ke penyiksaan.


Dan dari bukti proyektil itu jelas kalau memang pada saat kejadian terjadi tembak-menembak antara polisi dan laskar FPI, sehingga seharusnya apa yang dilakukan polisi sudah benar, yaitu mereka melakukan pembelaan diri dengan menembak mati orang yang membawa senjata api.

Selama ini FPI selalu mendapat panggung untuk memelintir narasi kalau polisi menembak mati laskar FPI yang tidak bersenjata. Bahkan Munarman dengan pintarnya memanfaatkan Najwa Shihab di acara Mata Najwa untuk menyebarkan opininya dengan memutarkan voice note yang diklaim direkam waktu kejadian. Padahal saya dengar, voice note itu isinya percakapan para laskar FPI yang jauh dari kejadian. 

Seperti kita tahu, waktu kejadian para laskar FPI itu ada di dalam delapan mobil beriringan. Nah, laskar yang ditembak mati itu ada di salah satu mobil saja, sedangkan mobil sisanya kabur semua. Jadi, itu percakapan antarmereka, para laskar, yang jauh dari tempat kejadian. Yang kedua, lucu saja buat saya seorang Najwa Shihab, jurnalis profesional, memutarkan sebuah rekaman yang disebarkan oleh akun anonim bernama Opposite.

Sebagai catatan, si akun Opposite inilah yang bulan Juli 2020 menyebarkan data pribadi saya ke publik, hasil kongkalikongnya dengan customer service Telkomsel yang sudah ditangkap polisi. Orang di balik akun Opposite ini sekarang sudah masuk daftar pencarian orang sebagai kriminal.

Bagaimana bisa seorang Najwa Shihab kepleset menyebarkan voice note dari seorang kriminal? Jawabannya sederhana. Mirip kasus dr Terawan dulu. Semuanya demi konten. Biar ada penontonnya, jadi bombastiskan saja beritanya.

Najwa, Najwa. Sayang sekali, padahal Anda sebenarnya pintar.

Pihak kepolisian sendiri sudah berlaku gentleman, dengan menghadiri undangan Komnas HAM untuk klarifikasi. Bahkan yang datang adalah Kapolda Metro Jaya sendiri, Inspektur Jenderal Fadil Imran. Pihak kepolisian juga sudah melakukan rekonstruksi kejadian dan mengundang banyak orang termasuk dari lembaga Kontras dan Komnas HAM, tapi mereka tidak hadir.

Pertanyaannya apakah tim Mata Najwa diundang melihat rekonstruksi sehingga mereka bisa, minimallah, punya gambaran apa yang terjadi di lokasi? Kalau tidak datang, ya jangan bikin asumsi sendiri atau memelintir berita seolah FPI adalah korban kejahatan, tanpa melihat bahwa yang dilakukan 6 orang laskar itu mengancam jiwa polisi yang sedang bertugas.

Narasi playing victim atau berlaku seolah-olah korban adalah pola standar ormas-ormas seperti FPI ini. Mereka berlaku seolah orang yang tidak berdosa, bahkan menyebarkan berita bahwa FPI tidak pernah membawa senjata tajam dan senjata api. Padahal jejak digital kekerasan FPI ada di mana-mana. FPI lewat Munarman, bahkan terus mencoba membawa kasus ini supaya sampai ke internasional.

Yang terakhir, akhirnya terbongkar kalau seorang diplomat Jerman datang ke markas FPI dengan sembunyi-sembunyi. Kemungkinan ada kerja sama antara Munarman dan diplomat Jerman itu untuk mempolitisasi isu matinya 6 laskar FPI ini. Kabar yang saya dengar, diplomat Jerman yang berkunjung ke markas FPI itu sudah dipulangkan oleh Kedubes Jerman karena dapat teguran keras dari Menteri Luar Negeri.

Sebenarnya, kalau Komnas HAM akhirnya mengambil kesimpulan berdasarkan bukti dan saksi yang mereka dapat di lokasi bahwa polisi sudah benar dengan tindakan menyelamatkan diri, orang seperti Munarman dan beberapa orang lain yang terus-menerus memelintir berita untuk membelokkan persepsi, harus ditangkap karena mereka membuat suasana terus-menerus keruh dengan framing-framing yang mereka ciptakan.

Saya percaya kepada Kepolisian Republik Indonesia. Dan saya tidak percaya 100 persen apa pun yang dikatakan FPI, apalagi oleh seorang Munarman, yang bicaranya mau revolusi akhlak, tapi akhlaknya sendiri harus diperbaiki karena dengan enaknya menyiram teh dalam cangkir dalam siaran langsung di televisi.

Yang percaya Polri, mari kita angkat cangkir kopinya. 

https://www.tagar.id/denny-siregar-s...enarnya-pintar

Penjahat efpei tukang demo rusuh hoaks koq dipercaya, malah 40 orang alumni efpei jadi teroris. Ormas malah nyusun kekuatan laskar pembela islam bersenjata. Tebas pak pol dan pak dudung!

Denny Siregar: Sayang Najwa Shihab, Padahal Anda Sebenarnya Pintar


Denny Siregar: Sayang Najwa Shihab, Padahal Anda Sebenarnya Pintar

Denny Siregar: Sayang Najwa Shihab, Padahal Anda Sebenarnya Pintar

emoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Gan
Diubah oleh kartu.prakerja 29-12-2020 12:51
ss78Avatar border
free_useAvatar border
ikkeh2kimochiAvatar border
ikkeh2kimochi dan 10 lainnya memberi reputasi
9
6.6K
61
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan