Merah itu keburukan karena dipimpin oleh seseorang yang bersembunyi dibalik bayang-bayang sekaligus mempunyai peran cukup kuat untuk berbicara di podium baik podium formal ataupun non formal. Bayang-bayang itu kuat namun sikap transparansinya juga tersedia jadi kekuatan itu bisa terjadi akibat sifat bayang-bayang yang transparan. Bayang-bayang itu mengajarkan banyak hal sampai-sampai dominitaris sudah dikuasainya. Saat ini dia berjuang untuk membentuk dominitarisnya sendiri untuk mempersiapkan akhir buku yang berjudul diriku dan orang-orang judul yang kurang lebih sama dengan judulnya. Merahnya memburuk karena ada orang lain yang tidak suka melihat dominansi warna merah dalam kehidupannya, sehingga ada rasa ketegangan. Persaudaraan menjadi kacau sesuai ramalan-ramalan peramal, persaudaraan menjadi sangat berat karena ada dominitaris. Persaudaraan akan kembali erat hanya dengan hilangnya dominitaris, tetapi pasti mustahil melepas begitu saja dominitaris. Begitu berharga bagi seseorang yang sudah berkuasa lalu membuat dominitaris untuk bisa mengontrol semua pergerakan sistem. Yang paling dikhawatirkan adalah dominitaris menghalangi satu sistem kebaikan terganti sistem yang buruk rupa. Sistem kebaikan sudah mendengung tetapi dipangkas begitu saja dengan tindakan yang aneh yang membuat jantung berdetak lebih cepat bahkan sampai beberapa dari orang yang tidak sabar menjadi emosional dan emosional itu ditunjukkan secara berlebihan.

Persaudaraan dengan cara emosional yang berlebihan akan membuat kegaduhan yang luar biasa bahkan kegilaan muncul akibat dari perselisihan persaudaraan yang dipelihara secara emosional. Emosional-emosional menumpuk di kepala lalu menggerakkan pergelangan tangan untuk melakukan tindak pidana maka tindakan itu sudah mencapai puncak emosional tertinggi sehingga dia harus mendapat penanganan emosional pidana. Konsep kebaikan bisa bias terjadi saat emosional sedang naik di kepala. Emosional itu menghancurkan kebaikan yang seharusnya muncul dalam takaran sederhana. Kebaikan akan dimuntahkan karena sudah terludahi sebuah piring yang ada hidangannya dengan ludah emosional tak tertimbang.