Baru-baru ini Presiden Joko widodo telah mengumumkan 6 nama menteri yang baru. Dari 6 nama yang diumumkan Presiden ada nama Sandiaga Uno atau biasa dipanggil Bang Sandi. Publik cukup dikejutkan, pasalnya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 lalu, Bang Sandi menjadi rival sengit Jokowi.  Pertarungan Pilpres lalu masih tidak bisa dilupakan kedua pendukung. Pertarungan sengit bukan hanya di dunia nyata namun di dunia maya. Saking sengitnya pertarungan sampai ada sebutan untuk masing-masing pendukung Kardun dan Cebong.

Mundur ke tahun 2019 saat sebelum Pilres. Kedua pendukung sudah ramai di media sosial. Padahal belum masuk pendaftaran calon presiden di KPU. Kedua kubu saling sindir di media masa. Link berita yang diterbitkan langsung diposting di media sosial. Parahnya berita tersebut menjadi bahan sindiran. Dampaknya kedua kubu berperang di media sosial. Konten-konten yang berisi adu domba dan saling menjelekan berterbangan di media sosial. Dampaknya sangat terasa di masyarakat. Ada yang dulunya berteman jadi bermusuhan, ada yang bersaudara menjadi pertengkaran dan sebagianya. Prihatin memang kondisi saat itu. Sampai-sampai pemerintah menyuarakan untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Bahkan KPU meminta Pilpres adalah ajang kompetisi, ada yang menang da nada yang kalah. Yang menang tidak jumawa dan yang kalah harus menerima. Nyatanya apa yang disampaikan KPU tidak berlaku bagi mereka yang hatinya diselimuti kebencian.

Ternyata kondisi semakin panas sejak KPU menetapkan Joko Widodo berpasangan dengan Ma’ruf Amin akan melawan Prabowo Subiakto berpasangan dengan Sandiaga Uno. Kedua pendukung semakin massif saling menjelekan, saling fitnah, penggiringan opini sampai saling hasut. Pemerintah mulai kewalahan dengan ketegangan kedua kubu tersebut. Pasalnya kedua pendukung memiliki ciri khusus. Pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin saat bersuwa foto identik dengan  menunjukan angka satu menggunakan jari sementara rivalnya menunjukan angka dua menggunakan jari. Bagi para abdi Negara ini cukup berat, karena mereka boleh memilih saat Pilres namun tidak boleh mendukung salah satu calon. Kenyatannya banyak masyarakat yang menyombongkan diri dengan indentitas tersebut.

Ketegangan semakin nyata saat kubu Prabowo-Sandi kalah Pilres. Opini miring digulirkan oleh kedua pendukung. Opini yang dimainkan seputar kecurangan. Endingnya harus berujung di sidang Mahkamah Konstitusi (MK). Sidang disiarkan langsung tv swasta, sampai-sampai live sampai jam 5 subuh dari jam 9 pagi. Tapi akhirnya MK memutuskan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin terpilih menjadi Presiden yang kedua kalinya.

rekonsiliasi mulai dibangun. Capres Joko Widodo menggandeng rivalnya Prabowo untuk gabung dengan pemerintah. Pertemuan keduanya dilakukan di stasiun MRT dan makan bareng di salah satu restoran. Sayangnya masih ada pendukung yang masih diselimuti kebencian menebar fitnah. Sampai-sampai gambar wayang yang ada di belakang kedua calon makan bersama menjadi korban fitnah. Adalah istilah TOGOG lah dan sebagainya. Opini mengadu domba yang masih membeci terus disuarakan, meski kedua calon sudah bersatu.

Usai dilantik, Presiden Joko Widodo langsung melantik para menteri yang baru. Prabowo kembali menyita publik, karena diangkat menjadi menteri pertahanan (Menhan). Rival yang dulu bertarung sengit akhirnya bersatu.

Kesimpulan yang bisa diambil dari politik pada tahun 2019 lalu adalah, jangan baperan kalau terjun ke politik tidak ada rival abadi, yang bermusuhan akhirnya berteman, yang bertikai akhirnya berkawan. Apa yang ada di media merupakan sebagai bagian kecil yang kita lihat. Aslinya mereka adalah putra terbaik bangsa yang ingin memajukan bangsa Indonesia.

Jadi kalau Pemilu nanti, mending tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Saling menghormati dan saling menghargai atas keyakinan pemimpin yang mereka percayai. Jangan mudah terhasut oleh orang yang sengaja merusak dan menghancurkan bangsa. INGAT JANGAN BAPERAN KALAU TERJUN KE POLITIK.