Kaskus

Entertainment

iskrimAvatar border
TS
iskrim
Sisi Lain Penulis yang Pembaca Tidak Pahami, Kami Juga Manusia
Sisi Lain Penulis yang Pembaca Tidak Pahami, Kami Juga Manusia

Hobi menulis bagi sebagian orang adalah sebuah anugerah yang harus disyukuri, menulis adalah sebuah pekerjaan lewat pikiran lalu dituangkan dalam bentuk tulisan yang penuh makna, dan bagian dari nikmatnya sebuah pekerjaan sambilan yang bisa menghasilkan.

Menulis adalah sebuah keharusan bagi mereka yang terbiasa hidup dalam konsep ekonomi industrialis seperti saya; jika tidak menulis kamu tidak akan mendapatkan 'bayaran', dan menulis adalah buah pikiran yang hanya ada jika penulisnya itu sendiri merasakan momen yang tepat.

Jadi secara garis besar menulis menurut saya terbagi dua; menulis sesuai target dan menulis secara terstruktur tapi idealis.

Sisi Lain Penulis yang Pembaca Tidak Pahami, Kami Juga Manusia

Pernah beberapa tahun lalu saya sempat adu argumen dengan sesama Kaskuser disini, mereka tidak setuju kalau menulis itu harus dipaksakan, padahal kalau mereka berada diposisi saya menulis adalah cara saya agar tetap bisa bertahan.

Mungkin saya salah menyampaikan maksud 'pesan' tersebut karena dulu saya masih terlalu hijau untuk memperdebatkan dengan mereka yang murni dan bangga sebagai penulis yang idealis, dan bukan masalah besar buat saya karena kita melihat perkerjaan menulis dari sudut profesi yang berbeda.

Karena dunia kerja saya lebih berkecimpung di media cetak yang sibuk dengan jadwal deadline, maka secara tidak sadar saya mengikuti arus etos kerja; memiliki gaya menulis industrialis.

Apa-apa harus cepat, apa-apa harus akurat tak boleh satupun pekerjaan terlewatkan. Seiring waktu ketika media digital mulai merambah maka kesibukan pekerjaan utama saya di bagian design cetak perlahan mulai 'slow down'.

Yang membuat saya sekarang merasa agak rancu terhadap posisi saya sekarang ini adalah saya seperti berada di antara keduanya. Bagai berada di dua sisi mata uang.

Terkadang menulis begitu cepat dalam hitungan menit selesai, terkadang muncul ego idealisme saya yang tinggi (seperti awal-awal kuliah, masuk jurusan yang sangat membanggakan).

Sisi Lain Penulis yang Pembaca Tidak Pahami, Kami Juga Manusia

Berada di posisi di dua sisi ini sebenarnya memberikan saya keuntungan. Disaat saya ingin nge-gas tulisan maka jadilah, di saat ingin santai bisa-bisa saja, terlebih sekarang ini semenjak WFH waktu senggang saya jadi lebih banyak dan saya sempatkan untuk menulis artikel di beberapa tempat sekaligus.

Jujur dan terang-terangan saja disini, saya tidak munafik; menulis adalah salah satu cara saya untuk menambah pundi-pundi pemasukan keuangan dibalik pekerjaan utama saya. Menulis saya lebih berorientasi bisnis.Titik.

Saya bukanlah penulis, tapi lebih ke hobi menulis, saya juga bukan contoh yang baik karena saya hanya me-rewritetulisan tapi ditambah pengembangan kreativitas dan pengalaman saya, dan saya juga tidak perlu membanggakan diri kecuali keluarga saya karena secara tidak langsung mereka ikut merasakan hasil jerih payah dari hasil kerja dan menulis. Hehe.

Memiliki background pendidikan sekolah desain grafis, awalnya saya itu benar-benar idealis sekali, bahkan sangat-sangat idealis dan ciri ini umumnya biasa dilakukan oleh mahasiswa baru atau mahasiswa abadi yang gagal move onketika menghadapi tuntutan zaman.

Mereka cenderung memiliki keyakinan dan keputusan yang kuat atas apa yang telah mereka buat, padahal kenyataan di lapangan kerja seringkali berbenturan. Dan ketika sudah terjun di dunia kerja maka idealisme itu perlahan tapi pasti mulai menyesuaikan keinginan pasar. Sok idealis di dunia pekerjaan? Bisa bertahan berapa lama?

Pernah saat saya masih di posisi art director, sangat bangga dengan ilmu dan pengalaman yang saya miliki dari sekolah dan kerja, bak superhero, sekelas big boss pun saya hadapi dengan keputusan idealisme saya. Saya dulu seringkali berapi-api ketika harus mempresentasikan setiap hasil kerja saya dan mereka pun (terpaksa) setuju.

Waktu pun berjalan, ternyata pasar tidak merespon karya saya, penjualan menurun, big boss memanggil saya dan mulai balik menyerang. Disini saya di serang membabi buta dengan cecaran pertanyaan, serasa muka dan kantung ikut bonyok karena pada akhirnya saya dikeluarkan dari pekerjaan saya.

Begitupun seterusnya ketika saya ngantor di beberapa tempat. Keluar dan masuk, masuk... eh keluar lagi. Pengecualian. Bulshit, pastinya kalau bisa bertahan dengan idealisme, kecuali usaha itu memang milikmu sendiri, itu pun pada akhirnya akan tetap mengikuti pasar juga.

Jika kamu mau mempertahankan idealisme, nanti mau makan pakai apa, mau gaji karyawan pakai apa, apa lagi di situasi pandemi seperti ini.

Idealisme bisa kamu pertahankan jika kamu bisa mengedukasi pasar betapa penting dan sempurnanya idealisme mu itu buat mereka. Bersyukurlah jika usahamu masih bisa bertahan dan bisa menggaji full karyawan.

Sisi Lain Penulis yang Pembaca Tidak Pahami, Kami Juga Manusia

Saya juga manusia, ada sisi dimana menulis itu begitu berenergi tapi juga kadang 'low batt'. Tentu saja ini jadi berpengaruh pada kualitas tulisan saya (ups, tulisan berkualitas itu seperti apa ya, wong tulisan saya aja banyak yang typo dan dangkal, hehe).

Minta bukti? Cobalah berkunjung di profil saya, dari 1100 sekian artikel/ thread yang pernah saya buat dan sekitar 600an HT di Kaskus paling bisa dihitung dengan jari, mana yang bagus dan sisanya, yah hanya re-write, kemudian tampang saya pun hanya sepersekian detik saja muncul di deretan Kreator Ngetop.

Buat saya ini bukan akhir dan bukan kebanggaan terbesar dari karir menulis saya, tapi bagaimana hobi saya menyampaikan pesan kebaikan lewat tulisan bisa tersalurkan. Saya, bukanlah siapa-siapa, tapi saya adalah bagian dari kebahagiaan keluarga sempurna yang saya miliki.

Sedihnya kadang ada pembaca yang tidak menyadari kondisi penulisnya, dengan entengnya dia tinggal bilang tulisannya jelek, tulisannya dangkal, clickbait, sumbernya ece-ece, de el el, de el el...

Please, deh tolong pahami, style saya bukanlah seorang penulis, tapi lebih ke hobi menulis yang mengarah industrial yang mana lebih ke oriented bisnis. Bagus jelek biar pasar yang menilai. Mau baca atau tidak terserah anda. Sesimpel itu bagi saya.

Sisi Lain Penulis yang Pembaca Tidak Pahami, Kami Juga Manusia

Jika tulisan saya dianggap bagus, ya saya harus bersyukur, tulisan saya dianggap jelek ya sudah saya akan terima. Bagaimanapun kritik adalah bukti kalau mereka peduli dengan saya, saya butuh uang maka saya akan coba perbaiki tulisan saya sesuai dengan keinginan dan waktu senggang saya. Seleseeiii.



Referensi.sebuah opini
Img.google img



Sisi Lain Penulis yang Pembaca Tidak Pahami, Kami Juga Manusia

Sisi Lain Penulis yang Pembaca Tidak Pahami, Kami Juga Manusia
Copyright © 2016 - 2020 iskrim
All Rights Reserved | Member of Thread Creator Gen. 1 - KASKUS


Diubah oleh iskrim 19-12-2020 21:22
Kruingputih4Avatar border
tien212700Avatar border
telah.ditipuAvatar border
telah.ditipu dan 3 lainnya memberi reputasi
4
516
16
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan