Menurutku, seorang ibu itu selalu berproses, untuk belajar dan pelajarannya tidak akan pernah usai, selama dia masih bernapas. Itulah bedanya dengan seorang anak, yang hanya menghasilkan tangis di mata ibu kemudian memainkan kasihnya sampai tak terbatas.

Ibu adalah malaikat penjaga yang bekerja sedari anaknya melihat dunia sampai dia menutup mata.



Kenangan bersama ibu;

Yang paling berkesan ketika bersama ibu adalah saat pergi ke mall, ibu tidak pernah membiarkan mata para lelaki memandangiku, dia pastinya lebih menjaga dari segala macam gangguan yang akan membuat aku khilaf baik untuk berbelanja maupun hal yang lainnya.

Kadang aku sebel ketika semua yang kuinginkan tidak diperbolehkannya, namun pada akhirnya aku mengetahui maksudnya melarangku untuk membeli aneka barang-barang yang tidak begitu diperlukan.

Ibu selalu berkata, "jadilah wanita yang bijaksana dalam memilih kebutuhan, bukan seorang wanita yang hanya bisa menghambur-hamburkan uang dengan segala kebutuhan yang tidak terlampau dibutuhkan."

Ibu juga selalu bijak memberi arahan agar aku tidak selalu mengalami "gila belanja" seperti yang selama ini kulakukan.

Ibu juga mengajarkan aku untuk lebih menikmati hidup dengan kadar kecukupan. Mempelajari bahwa pengeluaran tidak boleh melebihi dari pendapatan, sebab nantinya akan terjebak dengan banyaknya lilitan hutang piutang, yang akan membawa nama kebahagiaan itu menjadi jurangnya kehancuran yang paling hancur.



Sebenarnya kebahagiaan itu sederhana, hanya saja jika kita bisa menempatkan diri, kepada keadaan yang seharusnya. Sebab sejatinya manusia itu tidak akan pernah merasakan kekenyangan, apalagi melihat gemerlapnya dunia. Selalu merasa haus dan dahaga tanpa batas. Tidak pernah merasakan cukup dan menikmati apa yang sudah Allah berikan.

So kenangan di mall inilah, yang mulai merubahku untuk menjadi lebih bijak, apalagi dalam menghargai arti sebuah kata hasil dari jerih payah kita yang merupakan pendapatan untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik lagi.



Jika di berikan satu hari saja untuk bersama-sama dengan ibu yang aku lakukan adalah:

Mungkin aku akan menjadi petani, lagipula menanam adalah pekerjaan yang menghasilkan banyak uang dan kesenangan.



Makan mie dengan sayur mayuran yang ditanam dikebun misalnya. Kegiatan yang jarang dilakukan bersama-sama, tersebab selama ini ibu hanya mengurusiku tanpa pernah kuurusi. Jadi sudah waktunya aku mulai memperhatikan dirinya.



Selain bisa sambil belajar dari ilmu menaman, aku juga bisa lebih dekat dengan ibu. Karena hanya didekatnya saja, aku bisa membuat banyak keuntungan. Mempelajari bagaimana menciptakan halaman hijau asri, yang mana berguna untuk memberikan kadar oksigen lebih banyak, sehingga sirkulasi udara bisa membuat napas lebih sehat.

Juga menimba ilmu dunia yang jarang sekali aku dapatkan di kota besar. Sebab hidup dengan ayah hanya bisa menikmati dunia kerja saja.



Surat untuk ibu:





Harapanku untuk ibu adalah selalu berbahagia, karena memang sudah seharusnya membahagiakan ibu, sebab dirinya adalah malaikat yang benar-benar di kirimkan Allah untuk menjadi sosok bidadari yang tak tergantikan, maka dari itulah, sudah termasuk kewajiban anak untuk membahagiakannya, bukan?