MEDAN - Pengungsi asal Afganistan tewas gantung diri di kamar Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kota Medan.

Belum diketahui sampai dengan saat ini, apa motif pengungsi asal Afganistan bernama Qasem meninggal gantung diri.

Saat dikonfirmasi melalui via WhatsApp, Kepala Rudenim Medan, Vencentius Purwo Hendratmoko memilih bungkam dan tidak memberikan informasi apapun terkait meninggalnya pengungsi itu.

Kuat dugaan, Rudenim Medan sengaja menutup kasus kematian pengungsi yang nekad gantung diri tersebut.

"Saya lagi di Jakarta," kata dia, dengan singkat, Sabtu (12/12/2020).

Kemudian, Tribun Medan mencoba untuk mengkonfirmasi lebih lanjut mengenai peristiwa ini, namun ia tak menggubris.

Pada Senin, 26 Oktober 2020, Qasem ditemukan tewas gantung diri di dalam Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kota Medan.

Diketahui, Qasem sudah menetap di Kota Medan, selama enam tahun lebih kurang.

Berdasarkan kronologis dari pihak Rudenim Medan, Qasem ditemukan tewas dalam keadaan tergantung sekitar pukul 10.00 WIB.

Sebelum ditemukan gantung diri, melalui CCTV pihak Rudenim melihat Qasem terlibat perkelahian antara sesama pengungsi asal Afghanistan bernama Amir di rumah penampungan para pencari suaka di My Mansion, Jalan Dr Mansyur, Kota Medan.

Jafar yang merupakan sepupu dari Qasem mengatakan, bahwa Qasem pernah bilang kepalanya sakit, lantaran mendapat pukulan dari Amir saat berkelahi.

Namun, pihak Rudenim tak menggubris keluhan Qasem tersebut.

“Dari CCTV, Amir terlihat menyerang dan meninju kepala Qasem lima hingga enam kali. Kemudian, penjaga My Mansion memanggil pihak imigrasi. Petugas imigrasi datang tanpa memeriksa CCTV, dan langsung membawa Qasem dan Amir. Qasem tiga kali berkata kepada petugas imigrasi bahwa kepalanya sakit, tapi mereka mengabaikannya,” katanya.

Sementara itu, pengungsi lainnya, Khan (bukan nama sebenarnya) mengatakan, bahwa pihak Rudenim sempat meminta uang kepada Qasem.

Uang itu, nantinya akan menjamin kehidupan Qasem saat berada di dalam Rudenim.

Ia menegaskan, bahwa pengungsi lainnya juga bebrapa kali mendapatkan siksaan dari petugas Rudenim, yang tidak mendapat upeti.

Jika tidak diberikan uang, nasib untuk hidup sejahtera para pengungsi, dikatakannya amat terancam.

“Petugas Rudenim minta Qasem menyerahkan uang Rp 1 juta. Habis itu, Qasem menyuruh temannya untuk datang membawa uang untuk bisa keluar. Tapi pas hari Senin pagi teman Qasem datang dan melihat ia sudah berada di dalam ambulan dengan tidak bernyawa," ungkapnya.

Khan kemudian beranggapan, bahwa Qasem bukan tewas bunuh diri, kuat dugaan karena mendapatkan penyiksaan dari petugas.

Menurutnya, tidak akan mungkin Qasem bunuh diri, karena pribadinya adalah anak yang baik. Bahkan, seluruh pengungsi begitu dekat dengan Qasem.

“Kami tidak percaya dia bunuh diri. Semua pengungsi di sini tahu bagaimana pribadinya, dia anak baik, dia tidak punya masalah. Dia tidak mungkin bunuh diri," katanya, dengan bahasa Inggris.

https://medan.tribunnews.com/2020/12...tugas?page=all
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Upeti itu halal hukumnya dalam Islam mazhab fefek0nt0lanjeng khas sumut, maka nya bayar, pandai2 membawa diri kaya cimed, situ kan mazhab afghan alias minoritas

dulu ada ustad petach yang ngemeng agama Islam itu diturunkan lewat bangsa Arab karena nenek moyang bangsa Arab itu sangat biadab

Lah, kalau nenek moyang bangsa Arab yang paling biadab, lantas nenek moyang dia sendiri bagaimana ? bangsa kanibal berperadaban tinggi, berbudaya tinggi, berfilosofi tinggi, yang lari2 gembira di hutan tanpa sehelai benang pun kaya anak cucu Adam Hawa di surga ?

banyak foto2 hitam putih nenek moyang bangso petak yang selfie bersama explorer2 asing yang musti disensor karena tak pakai celana dan t3t3k nya kemana2

BINATANG BERIMAN DAN BERTAKWA KHAS SUMUT