Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

anggorofffAvatar border
TS
anggorofff
Kelas Tambahan di Malam Gerimis

pexels

Hai Useless People!!! Selamat menikmati gerimis. Bersama kenangan dengannya yang kian terkikis. Aishhh, langsung aja~
 


Cerita ini bermula kala gerimis mengendap dibalik malam. Saya memutar kunci motor menuju rumah sahabat untuk menitipkan lamaran kerja. Percayalah. Orang dalam itu meningkatkan persentase kita untuk diterima kerja. Tak peduli kita berada di daerah khatulistiwa atau di kutub utara. Itu sepertinya sudah menjadi kesepakatan seluruh penduduk bumi bahwa akan lebih mudah diterima kerja kalo punya orang dalam.

Lanjut. Sebagai teman yang baik dan berbudi pekerti luhur, saya muter-muter dulu untuk membeli makanan sebagai teman ngobrol. Ya, walaupun tak mahal dan saya emang gak mau beli yang mahal, tapi sangat efektif untuk menghangatkan suasana. Apalagi kami sama-sama bukan perokok, jadi makanan adalah opsi terbaik. 

Motor saya berhenti di depan KFC dengan kearifan lokal. Di depannya ada penjual sempol, makanan yang masih berkerabat dengan pentol. Beberapa ribu rupiah berpindah tangan dengan begitu lancar. Sang seller begitu lihai menyalakan kompor dan bersiap untuk menggoreng tusukan sempol.

Karena cuaca sedang gerimis manis, saya putuskan untuk berteduh di teras KFC dengan kearifan lokal tadi. Bukan hanya bersama bayangan saya saja, ada juga seorang bapak berperawakan gemuk dan berambut keriting serta memakai masker (sangat menaati ‘pritikil kisihitin) yang sedang berteduh. Apa mungkin beliau tukang parkir? Ah sudahlah, itu bukan urusan saya. Tak ada angin tak ada hujan, adanya gerimis seperti saya tegaskan di awal. Beliau melancarkan sebuah pertanyaan ke saya untuk memecahkan keheningan malam. 


Bapak “sampean kuliah, mas?”
Wah, deduksi bapak ini bagus sekali. Bisa tau saya seorang mahasiswa. Padahal malam itu raga saya dibungkus celana abu-abu SMA+hoodie abu-abu yang sudah usang. Apa beliau seorang sherlockian???
“Nggeh, Pak” balas saya


Bapak “Ooo, kuliah dimana? Kediri?”
Saya ”Di Jakarta, Pak. Soalnya sebelumnya saya kerja di Jakarta. Pulang gara-gara corona”


Bapak “Jakarta sebelah mana?”
Saya yakin beliau cuma basa-basi, paling kalau saya sebutkan beliau juga gak tau, wkwkwkwk.
Saya “Anu Pak. Di Tangerang sebenarnya”


Bapak “Oalah. Hati-hati mas disana. Jangan sampe salah pergaulan. Sekarang banyak aliran Islam yang keras”
Ah, pasti beliau habis nonton berita di TV perihal kasus ormas dan polisi itu. Pasti. Saya bisa pastikan deduksi saya gak meleset.
Saya “Ooo, Nggeh Pak”


Bapak “Jangan sampe ikut-ikutan Islam yang keras mas. Jadi merusak citra Islam, mengesankan Islam itu agama yang penuh kekerasan. Padahal Islam kan gak kayak gitu. Islam itu Rahmatan lil alamin, rahmat untuk alam semesta” menghela napas sejenak “Nabi aja kalo dihina dan dijahati gak pernah membalas jahat. Malah dibalas dengan kebaikan, mendoakan. Nabi dakwah dengan merangkul mas, bukan memukul”
Saya “Nggeh Pak. Saya juga sering denger cerita itu”


Bapak “Biasanya kelompok-kelompok Islam yang keras itu melihat hadist dari sudut pandang yang salah. Cuma membaca secara tekstual. Hadist itu ibarat buah mas, perlu dikupas dulu untuk dimakan. Perlu dikaji dulu apa maknanya, apa kandungannya. Jangan main makan aja”
Saya “Nggeh, Pak”

Akhirnya plastik berisi sempol panas tersodor pada saya. Menandakan jika sudah waktunya saya beranjak. Namun, saya putuskan untuk tinggal sedikit lebih lama.  

Saya “ Saya biasanya kalo ceramah-ceramah gitu nontonnya Gus Baha”
Yaaa, pendosa juga boleh ikut ngaji kan? Kan tujuan dakwah membuat orang menjadi lebih dekat dengan Tuhan, kan?
Bapak “Nah, itu lebih bagus mas. Kalo saya suka Gus Miftah, soalnya ya itu tadi. Dia kalo dakwah merangkul, gak memukul. Ngajak ngomong baik-baik, gak pake kekerasan”


Saya “Nggeh Pak. Yang pasti saya kalo ceramah agama mesti nonton Gus Baha, Gus Miftah sama Anwar Zahid itu”
Bapak “Sebenarnya sih gak masalah dari siapa aja. Cuma ya harus bisa memfilter. Pokoknya yang mengajak untuk cinta sesama, cinta tanah air, gak keras dan radikal. Karena balik lagi mas, Islam itu rahmatan lil alamin”


Saya “Nggeh pak. Saya tak pamit dulu pak, udah ditunggu temen”
Bapak ”Nggeh mas. Yang penting hati-hati mas. Karena kalo mas ikut yang keras, yang kena imbasnya gak cuma mas aja. Keluarga mas sedikit banyak pasti kena.  Jadi, jaga diri baik-baik mas”


Saya beranjak ke atas jok motor yang sudah pasrah kebasahan. Mengenakan helm karena saya adalah pelopor keselamatan berlalu lintas. Saya starter motor yang entah kenapa tak mau nyala. Ah, ternyata belum saya onkan. Gas saya tarik dengan perlahan, motor masih diam. Ah, saya lupa jika ini motor manual. Akhirnya roda bergelinding, nyala lampu berusaha menembus kabut yang begitu cepat hadir selepas gerimis.

Malam itu sepertinya adalah kelas tambahan bagi saya. Saya menemukan sebuah kelas yang tak bisa rencanakan untuk saya ikuti. Juga dosen yang memberikan mata kuliah yang tak jelas apa namanya. Namun pesannya saya tangkap begitu jelas. Tak elok menegakkan kebaikan dengan cara yang tidak baik.

Begitulah, bagi saya semua tempat bisa menjadi ruang kelas. Semua tempat bisa menjadi tempat untuk belajar. Semua orang bisa menjadi guru bagi sesamanya. Tinggal kita mau menurunkan ego untuk mendengarkan atau tidak. Untuk mengosongkan sedikit gelas kita.
NB: 'Nggeh' itu artinya 'Iya'


Jadi ingat pesan Gus Dur - Tidak penting apapun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu. 


KEEP READ AND SOUND





Diubah oleh anggorofff 12-12-2020 12:42
telah.ditipuAvatar border
tien212700Avatar border
nurbaguslAvatar border
nurbagusl dan 2 lainnya memberi reputasi
3
584
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan