Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sangatamvanAvatar border
TS
sangatamvan
Surat Undangan untuk Rumah Tak Berpenghuni
Hari itu pukul 2 siang saya yang seorang driver ojek online sedang duduk-duduk di pos sembari menunggu notifikasi orderan masuk,meski di masa pandemi seperti ini jarang sekali ada orderan masuk atau bahkan bisa saja seharian tanpa orderan.

Di jam-jam siang seperti ini yang paling membuat saya malas adalah karena cuaca panasnya yang menyengat ke setiap bagian badan. bahagianya saya karena berdiam di pos ini yang memiliki ubin sedingin udara kulkas, jadi sembari menunggu notifikasi pesanan masuk saya bisa tidur-tiduran terlebih dahulu.

Kemudian ada suara seseorang yang sedang menyebut-nyebut nama saya dan saya pun terbangun. eh ternyata si Hakim, dia meminta saya untuk mengantarkannya ke tempat pemesanan catering,saya menyalakan dan mengegas motor.

Di jalan, kita ngobrol-ngobrol tentang siapa yang akan menikah. daripada tidak ada kerjaan jadi saya juga bertanya apa ada pekerjaan lain yang bisa saya kerjakan dan dia menjawab ada. pekerjaannya itu menyebar undangan, lalu dia melanjutkan pembicaraannya "nanti saja bahas undangannya di rumah. sekarang saya mau pesan dulu, kamu tunggu disini ya", lalu saya mengiyakan ucapan dia.

Selesai dengan urusan Cateringnya, kita pulang ke rumah Hakim. di rumahnya saya langsung diberi uang ongkos ojek berserta kartu undangan yang harus disebarkan, "nanti soal honor sebar undangan dibayar setelah kamu menyelesaikan ini" dia bilang begitu dan saya sepakat dengan itu.

Ada sekitar 125 undangan yang harus saya sebarkan. beberapa undangan di awal jarak rumahnya dekat,masih tergolong tetangga si Hakim. lama-kelamaan undangan itu ada yang mengharuskan saya untuk pergi keluar desa atau bahkan kecamatan.

Dari rumah ke rumah, desa ke desa, dan kecamatan ke kecamatan saya tempuh untuk menyebar undangan, sampai undangan ini hanya tersisa 2 lagi. waktu itu menunjukan pukul 6 sore, matahari juga sudah tak nampak. 1 dari 2 undangan ini saya antar terlebih dahulu dikarenakan dekat dengan jarak dari rumah terakhir yang saya beri undangan.



Sesampainya di lokasi, rumahnya paling besar diantara rumah sekitar. depan rumahnya kebun, entah kebun siapa itu. saya memanggil yang punya rumah "punteun..., punteun...." sampai beberapa kali. punteun itu bahasa sunda yang artinya permisi. karena gerbang terbuka lebar dan tidak ada yang menyahut, jadi saya masuk dengan maksud untuk menaruh undangan di teras. namun dari depan teras untuk terakhir kalinya saya memanggil yang punya rumah "punteun..2x" dan akhirnya ada yang menjawab. saya tunggu orang itu keluar, tapi lama sekali. saya yang kesal karena harus di menyebar sisa undangan, menyimpan kartu undangan itu di lantai dan saya pun pergi. baru saja beberapa langkah kaki, ada suara orang yang sedang membuka pintu, lalu ada suara "Pak, ini undangan apa?, ternyata suara itu berasal dari anak yang punya rumah, dia sambil mengucek-ngucek matanya dan saya pikir dia baru saja bangun tidur. saya kembali ke teras rumah itu dan menjawab "iya dek itu undangan, nanti kasihin saja ke orang tua kamu ya".saya yang sedang berbicara agak kaget pada orang yang ada didalam rumah tersebut. perawakannya besar dan tinggi, pakai baju putih dan mata melotot ke arah saya, itulah yang membuat benak saya bertanya-tanya dan menjadikan agak gugup. saya cepat cepat menyelesaikan pembicaraan dan pergi dari tempat itu.

saya melihat ada warung,tepat disamping kebun depan rumah yang tadi saya sambangi. saya membeli minuman dan rokok untuk beristirahat sejenak, lalu si tukang warungnya bertanya pada saya "tadi kamu dari rumah itu, ngapain?", saya jawab "biasa pak, ngirim surat undangan", dia lanjut dengan pertanyaan seperti "memang ada orang disana?" saya menjawab "ada dong pak, tadi yang menerima undangan itu anak kecil". dia lalu menjelaskan bahwa sebenarnya rumah itu sudah tidak ada yang menempati sejak 2 bulan yang lalu, seluruh anggota keluarganya mengalami kecelakaan di salah satu tol dan tidak ada yang selamat. saya yang mendengar itu sontak terkejut dan tidak menerima keyataan kemudian bertanya "ah masa sih pak? jangan nakut-nakutin saya lah pak" sambil tersenyum-senyum. tukang warung itu membalas "yaudah kalau tidak percaya, coba tanya saja yang lain", dia melanjutkan "kemarin juga ada warga yang lewat situ jalan kaki dipanggil-panggil namanya, tapi tidak ada orang yang memanggil padahal suaranya terdengar kencang oleh orang lewat situ. ada juga orang yang melihat lampu mobil tua yang ada disamping rumah itu tiba-tiba menyala, padahal warga sini tahu kalau yang pegang mobil itu sudah tidak ada dan masih banyak cerita lagi lah" kata si bapak tukang warung. itu semakin membuat saya terkejut dan tidak percaya atas apa yang telah saya alami. saya coba WA(What's App) Hakim, untuk menanyakan tentang rumah itu. hanya centang satu yang artinya Hakim sedang offline, tapi nanti sajalah membicarakan kejadian ini, pikirku. saya melanjutkan menyebarkan undangan yang hanya tersisa 1 lagi.

Urusan surat undangan selesai, saatnya pulang ke rumah Hakim sekalian ingin bertanya tentang rumah itu. di rumah Hakim saya bertanya pada dia apakah dia tahu tentang rumah tersebut, namun dia menjawab tidak tahu apa-apa karena itu adalah teman dari istri saudaranya. tapi ya sudahlah saya tidak ingin ambil pusing karena itu, yang penring pekerjaannya sudah selesai.
Diubah oleh sangatamvan 12-12-2020 13:44
0
368
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan