Kaskus

News

JustMe10Avatar border
TS
JustMe10
Epidemiolog soal Corona: 10 Bulan Masih Ribut Data, Malu Kita
Epidemiolog soal Corona: 10 Bulan Masih Ribut Data, Malu Kita

Jakarta, CNN Indonesia -- 

Pernyataan pemerintah mengenai belum optimalnya pelaporan data Covid-19 Indonesia sehingga mengakibatkan lonjakan kasus dinilai sebagai argumen tak masuk akal. Kesangsian ini diungkapkan Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane.

Pasalnya menurut Masdalina, pandemi telah berlangsung selama hampir 10 bulan sejak Maret 2020. Dengan dalih itu, ia pun jadi mempertanyakan kinerja pemerintah, baik Kementerian Kesehatan maupun Satgas Covid-19 dalam mengendalikan laju penyebaran virus corona.

Lihat juga: Update Corona RI: Kasus Covid Bertambah 50 Ribu dalam 10 Hari

"Masa sudah 10 bulan masih bicara data ya, kalau untuk data itu mestinya bisa diselesaikan sejak bulan pertama pandemi, kalau sudah 10 bulan masih bicara data itu kan ga masuk akal juga menurut saya. Jadi kemarin-kemarin ngapain aja," kata Masdalina saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (4/12).


"Kalau memang pusat merasa masalahnya di data, ya benerin lah, masa sudah sekian bulan datanya nggak bener, itu kan malu kita," imbuh dia.

Alih-alih memperkarakan data, Masdalina menyinggung soal kemungkinan penularan atau transmisi virus corona yang memang masih masif di masyarakat. Sehingga, lonjakan kasus positif terus bermunculan. Apalagi mengingat positivity rate Indonesia yang tinggi.

"Kalau penyebaran banyak kan kita bisa pakai positivity rate, kalau positivity rate lebih dari 5 persen artinya laju penyebaran masih tinggi di masyarakat, kasus 8.369 kemarin bukan cuman [masalah] pencatatan," terang Masdalina.

Positivity rate berguna untuk mengukur sejauh mana penularan Covid-19 di satu daerah berdasar pada hasil testing. Semakin tinggi angka positivity rate maka bisa jadi kian banyak pula penularan.

Lihat juga: Satgas Akui Positivity Rate Covid RI Jauh dari Standar WHO

Sementara berdasarkan laporan harian Satgas Covid-19 pada Kamis (4/12) diketahui positivity rate mencapai 14,1 persen. Angka ini hampir tiga kali lebih tinggi dari standar ketetapan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni di bawah 5 persen.

Kendati begitu, Masdalina tidak memungkiri kemungkinan kekeliruan dalam pencatatan data Covid-19 di beberapa daerah. Meskipun, ia juga tidak mengetahui pasti di mana letak ketidaksinkronan pendataan tersebut.

"Saya nggak terlalu mengerti, keterlambatan data itu terlambat melaporkan, atau terlambat mencatat, atau terlambat saat periksa laboratorium, jadi itu yang harus dipastikan, [bukan] cuman menyalahkan daerah saja yang terlambat melaporkan," ia menyarankan.

Perihal tersebut, Masdalina meminta Pusdatin Kemenkes untuk memberikan klarifikasi kejelasan laporan data. Pasalnya, laporan data Covid-19 harian diolah dan diverifikasi oleh Kemenkes setiap harinya.

"Data itu kan dari Kemenkes, kalau ada keterlambatan mestinya Kemenkes yang membuat statemen itu dan bukan satgas," tuturnya.

Infografis Waspada Corona Menggila. (Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian)
Epidemiolog soal Corona: 10 Bulan Masih Ribut Data, Malu Kita

Sebelumnya, tambahan kasus positif Covid-19 kembali pecah rekor pada Kamis (3/12) sebanyak 8.369 kasus. Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, lonjakan kasus tersebut disebabkan sistem pelaporan data yang belum optimal.

"Angka yang sangat tinggi ini salah satunya disebabkan karena sistem yang belum optimal untuk mengakomodasi pencatatan, pelaporan dan validasi data dari provinsi secara real time," kata Wiku saat memberikan keterangan di kanal Sekretariat Presiden di Youtube, Kamis (3/12).

Beberapa provinsi belakangan ini juga mencatatkan rekor penambahan kasus di daerahnya. Seperti DKI Jakarta yang mencatat tambahan 1.579 kasus, pada Sabtu (21/11) lalu, angka ini merupakan yang tertinggi selama catatan pandemi di Jakarta.

Lihat juga: 77 Persen, Keterisian RS Covid-19 di Jabar Tertinggi Nasional

Kemudian rekor di daerah juga terjadi di Jawa Tengah sebanyak 2.036 kasus pada Minggu (29/11). Lalu rekor di Papua sebanyak 1.755 kasus pada Kamis (3/12).

Akan tetapi beberapa daerah disebut melaporkan data yang keliru sehingga terlihat mengalami lonjakan kasus positif.

Berdasarkan data Satgas Covid-19 Kamis (4/12), akumulasi kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 557.887 orang. Sebanyak 462.553 dinyatakan sembuh, dan 17.355 kasus meninggal dunia.

sumur

Ga ush malu Pak. Karena Negara sebesar ini dipimpin oleh walikota. emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia
areszzjayAvatar border
areszzjay memberi reputasi
1
930
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan