Kaskus

Story

Rebek22Avatar border
TS
Rebek22
Mars : Takdir, Cinta, Api Dan Ledakan
Quote:





Prolog : The fallen angel, love, and the origin of venus

Bagi manusia, setiap keputusan langit memang selalu nampak layaknya misteri. Tidak ada yang mampu menebaknya sekalipun itu insan yang di karuniai kecerdasan terhebat. Terkadang keputusan itu terlihat begitu tidak adil. Sering kali orang baik lah yang menemui ajal di usia muda, sehingga apa yang orang tersebut beri kepada dunia ini nampak begitu kecil dan nyaris tidak memeiliki arti. Sementara sosok yang jahat malah seperti terus di tangguhkan usianya hingga dapat memperluas kerusakan yang di akibatkan ulahnya.

Keputusan-keputusan itu sering kita sebut sebagai takdir. Benang merah tak kasat mata yang mengikat setiap raga manusia. Sesekali benang-benang itu akan mengencang, hingga raga yang terikat olehnya mau tidak mau mengikuti ke arah dimana nantinya benang tersebut akan mengendur, walau pun artinya meninggalkan sosok yang tengah di kasihi, menubruk mereka yang sedang di sayangi, mendekatkan pada yang mereka benci, dan menjauh kan sosok yang tengah di cintai.
Memang di balik tarikan benang merah itu selalu ada makna yang dapat di ambil, namun untuk meraihnya tak jarang kita harus menjumpai badai yang teramat dasyat, seolah terus menggoyahkan hati, hingga banyak yang pasrah dan membiarkan hembusan badai itu membawa raga mereka. Hanya sedikit mata yang mampu melihat cahaya hikmah dari balik kelamnya badai itu, sehingga banyak manusia yang memilih untuk membencinya sebelum menuai hikmah yang terkandung di baliknya.

Begitu juga diriku. Alur kehidupanku baru saja di jungkir balikan olehnya, begitu cepat dia mensirnahkan keceriaanku hingga senyum yang tadinya aku ukir di wajah ini, seketika berganti menjadi tangis hanya dalam hitungan detik.

Kesadaranku sirnah, karena hidung ini begitu banyak menghirus gas. Padahal saat ini aku ada dalam keadaan yang serius. Hanya dua pilihan yang di sodorkan langit kepadaku, yaitu hidup atau mati. Mall di mana aku magang terpilih sebagai sasaran aksi terorisme segerombolan penjahat. Begitu banyak bom yang mereka tanam di tiap sisi bagunan seluas dua hektar ini, singgah dalam sekejab mata tempat ini mampu berubah menjadi lautan api.

Ledakan demi ledakan terus terjadi, membuat para pengunjung kian panik. Satu persatu dari mereka mulai merenggang nyawa, terkena radiasi ledakan, tertimba matrial yang terbakar, atau terpanggang hidup-hidup di kobaran api yang menjalar dengan begitu cepatnya.

Entah apa yang para penjahat itu pikirkan? Dalih apa yang membuat mereka begitu teganya merenggut nyawa ratusan orang yang tidak berdosa. Semua mereka rencanakan begitu rapih hingga aksi terorisme ini layak di sebut pembantaian masal. Semua orang seakan di giring ke arah dimana bom akan meledak. Jalan untuk melarikan diri mereka ubah menjadi jalur maut. Lift, eskalator, bahkan tangga darurat mereka tanamkan begitu banyak bom, sehingga bukan kata selamat yang para pengunjung itu temui, melainkan ajal.

Aku berhasil mencapai lantai satu, tempat dimana aku magang berada di lantai tiga, tempat dimana bom pertama meledak. Aku berhasil turun ke lantai satu tanpa melalui tangga darurat yang kini telah menjadi miniatur neraka.

Owner tempatku magang tau jalur melarikan diri yang kemungkinan besar tidak di ketahui para penjahat itu, yaitu melalui ventilasi udara yang langsung terhubung ke lantai satu. Aku, keponakan sangat owner dan sang owner itu sendiri lari melalui saluran udara tersebut, dan berhasil sampai di lantai satu.

Soalnya aksi ledakan beruntung itu bukan lah klimaks dari pertunjukan pembantaian itu. Penjahat itu membuat lantai satu di penuhi gas, sehingga ledakan terakhir akan benar-benar membumi hanguskan tempat ini.

" Kita akan berlari keluar, dengar aku akan membuat aturan untuk kita bertiga. Lari lah tanpa memperhatikan sekitar, abaikan mereka yang tumbang karena bau gas ini, bahkan jika itu salah satu dari kita. Ingat, penting kan nyawa kalian sendiri. Abaikan siapapun, karena ketika kalian bimbang antara menolong atau tidak, di sanalah semuanya akan berakhir " Ujar ibu Mawar,owner tempat aku magang yang kala itu membuat aturan kejam untuk kami bertiga.

Ucapannya benar. Bimbang lah yang akan membuat kita semua mati, maka dari itu bersikap kejam adalah sesuatu yang tepat untuk di lakukan saat ini. Aku, bu Mawar dan mbak Lily si keponakan sang owner bersiap untuk lari dengan menerapkan aturan tadi.

" Venus " Kak Lily memanggil namaku, akupun menoleh kebarahnya dan mendapati raut tegang di wajahnya. " Jangan sampai roboh, karena aku tidak mau kau mati dan diriku menyesal di kemudian hari karena tidak menolongmu "

" Baiklah, tapi itu berlaku juga untukmu " Ujarku yang juga merasakan hal yang sama kalau itu.

" Lari " Bu Mawar pun memeberikan aba-aba untuk berlari.

Kami bertiga pun berlari ke arah pintu keluar. Hatiku berdetup kencang karena bagaimanapun aku berada di keadaan antara hidup dan mati. Telingaku tidak henti-hentinya mendengar teriakan minta tolong dari mereka yang gagal mencapai lantai satu.

" Maafkan aku " Bisikku dalam hati, aku harus mengabaikan mereka, agar benih bimbang tidak tumbuh dalam hatiku. " Maafkan aku "

Jarak antara aku dan pintu keluar hanya berkisar lima puluh meter lagi. Kak Lily sudah melesat jauh di depanku, sementara bu Mawar mungkin ada di belakangku karena dirinya tidak ada di depan. Perlahan nafasku mulai tidak beraturan, aku tidak biasa berolahraga, sehingga berlari kencang terasa begitu berat bagiku. Perlahan aku mulai kehabisan nafas, sehingga hidung ini mulai menghirup gas yang para penjahat itu tebar. Kepala inipun mulai terasa pusing dan pandanganku perlahan kabur. Lajuku mulai melambat karena kesadaran ini sedikit demi sedikit hilang, sepertinya ini lah akhir dari riwayatku.

Mati saat masih SMA di tangan para penjahat rasanya adalah cara mati yang sangat buruk. Maka dari itu aku terus berusaha menjaga kesadaran ini. Aku tidak mau mati, bagaimanapun caranya aku harus hidup. Namun takdir seolah tidak mengizinkan hal itu, benang tak kasat mata itu seolah menarik alur kehidupanku ini ke arah maut. Kesadaran ku semakin hilang, hingga pada akhirnya semua nampak gelap. Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri, yang jelas saat mata ini terbuka, aku sudah di bopong oleh ibu Mawar.

" Sepertinya kau yang tumbang " Ujarnya
" Bukan kah kau yang bilang untuk mengabaikan orang lain agar dapat selamat? Mengapa kau malah memperdulikan ku? "

" Mana ada seorang ibu yang meninggalkan anaknya. Walau kau hanya sesaat menjadi bawahanku, kau tetap lah bagian dari keluarga yang aku buat. Maka dari itu aku tidak mungkin abaikan dirimu "

" Bukan kah tindakanmu malah akan membuat kita tewas? Aku yakin sebentar lagi penjahat itu akan meledakan bom yang mereka persiapkan sebagai penutup "

" Kita berdua tidak akan mati Venus, percaya lah kata-kataku "Ujarnya sambil mendudukanku di sebuah tiang tepat di depan sebuah toko alat-alat keamanan.

" Kau punya rencana? "

" Tentu "

Bu Mawar masuk ketoko tersebut, lalu menjatuhkan sebuah berangkas raksasa ke atas lantai, dia pun kembali ke arahku dan mulai kembali bempongku mendekati berangkad tersebut.

" Sialnya toko ini hanya memiliki satu berangkas anti api " Ujarnya sambil membuka pintu berangkas tersebut dan memasukan tu buku kedalamnya.

" Apa maksud Anda? " Tanyaku yang bingung dengan tindakannya. Kenapa dia memasukanku kedalam berangkas? Tunggu, anti api? Dia mau menyelamatkanku dari ledakan dengan memasukanku kedalam lemari besi anti api ini? " Bagaimana denganmu? Kau bilang tidak ada berangkas anti api lain di toko ini? "

" Sudah ku bilang kan, kita berdua tidak akan mati. Kau akan selamat " Dia pun menutup pintu berangkas tersebut. Aku sempat mencoba membuka kembali pintu berangkas itu, namun gagal, ada sesuatu yang menahannya. Mungkin kah itu bu Mawar? Dia tidak mau aku berbuat nekat, sehingga dia menggunakan tubuhnya agar aku tidak bisa membuka pintu berangkas ini?

" Bu Mawar, kenapa tidak kau saja yang menyelamatkan diri. Karyawanmu pasti akan sedih karena kehilangan dirimu. sementara jika aku yang mati, mungkin hanya ayahku yang akan merasa kehilangan. Aku mohon, abaikan diriku, selamatkan lah dirimu sendiri tidak perlu memikirkanku "

" Venus, apa kau tau mengapa aku menerimamu magang di tempatku ? " Bu Mawar melontarkan pertanyaan kepadaku.

" Tidak "

" Aku sempat penasaran. Siapa yang memberimu nama itu, apa kau tau? "

" Mendiang ibuku lah yang memberikan nama itu "

" Apa kau tau makna dari namamu itu? "

" Planet terdekat kedua dari matahari dalam sistem tata surya kita " Ujarku yang hanya mampu menjawab seadanya. Karena memang papah tidak pernah membahas makna dari nama yang mamah berikan kepadaku.

" Hanya segitu yang kau tau? Dasar patah " Bu Mawar mencemooh ketidak tahuanku.

" Aku tidak pernah bertanya pada papah tentang makna dari nama ini "

" Kau tau, Venus adalah nama salah satu dewi dalam mitologi Romawi. Dewi cinta dan kasih sayang yang jika di bawa kedalam mitiologi Yunani akan berubah bernama Aprodite "

Aku baru tau jika dewi kecantikan Yunani memiliki versi Romawi yang mana bernama sama dengan namaku, Venus. Selama ini yang aku tau Venus adalah nama salah satu Planet yang ada di sistem tata surya ini.

" Jika dalam astronomi, Venus di juluki Bintang fajar. Cahaya yang di pantulkan planet itu begitu terang hingga wujudnya nyaris di anggap seperti bintang yang nampak saat fajar " Bu Mawar menjelaskan makna lain dari namaku yang sekali lagi benar-benar aku baru aku ketahui.

" Apa ada lagi makna indah yang mengandung unsur namaku? " Ujarku yang mulai penasaran. Seketika aku melupakan kondisi genting yang tengah aku alami saat ini.

" Ada sebuah cerita tragis yang menjelaskan tentang muasal planet Venus "
" Tragis? "

" Ya. Al kisah, ada dua orang malaikat bertanya kepada tuhan, tentang penyebab dirinya begitu mencintai manusia, sekalipun mahluk ciptaannya itu sering kali membuat kerusakan di bumi " Bu Mawar mulai menceritakan kisah yang dia maksud tadi

" Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Tuhan memberikan tantangan kepada malaikat. Yaitu membuat kedua malaikat tersebut memiliki Hasrat dan cinta lalu menurunkan mereka ke bumi sebagai laki-laki. Sebagai mana yang kita tau, malaikat itu di ciptakan tanpa hasrat, dan hanya mampu menjalankan perintah Tuhan. Setibanya di bumi, Mereka di minta untuk tidak memberi tahu kan rahasia langit kepada siapapun yang mereka temui nantinya "

" Hasrat dan cinta? "

" Singkat cerita, setelah lama hidup di bumi. Salah satu dari malaikat itu jatuh hati pada seorang wanita. Hingga pada akhirnya cintapun tumbuh di antara keduanya hingga mereka menjadi sepasang kekasih. Suatu hari Tuhan memanggil kembali kedua malaikat itu ke langit. Namun, karena salah satu dari malaikat itu tidak mau meninggalkan kekasihnya dan takut akan murka penciptanya, dia mengajarkan kekasihnya cara terbang agar mereka bisa bertemu di langit. Tanpa sadar malaikat itu memberi tahu kan rahasia langit pada sangat kekasih, yang artinya peraturan yang Tuhan berikan telah dirinya langgar. Sang kekasih akhirnya bisa terbang, namun karena melanggar peraturan, perempuan itupun di kutuk dan berubah menjadi sebuah planet, yaitu Venus, karena itulah nama dari sangat perempuan. Sementara sangat malaikat di ubah kembali ke wujud semulanya yaitu cahaya, dan di sandingkan dengan Venus, maka dari itu Venus lah Planet yang paling terang di tata Surya "
Sungguh cerita yang tragis, ya Walaupun pada akhirnya mereka dapat bersama, tapi bukan dengan wujud manusia. Aku baru tau kalau ada kisah seperti itu di balik namaku. Apa karena kisah itu juga Venus si dewi Romawi di juluki dewi cinta?

" Sungguh kisah yang tragis" Ujarku menanggapi kisah yang baru saja bu Mawar ceritakan.

" Apa kau tau, hikmah yang bisa di petik dari kisah itu? "

" Jangat melanggar perintah Tuhan? "

" Haha, dasar anak-anak. Ya itu memang termasuk, tapi secara garis besar, kisah itu mengajarkan kita, bahwa cinta adalah sesuatu yang luar biasa. Mampu membuat kita melakukan apapun, sekalipun itu tindakan yang sangat nekat "

" Ya, sungguh hikmah yang sangat dalam "

" Oleh karena itulah aku melakukan hal ini " Ujarnya yang membuatku tersadar jika nyawa bu Mawar dalam bahaya. " Venus. Kau adalah bawahanku, aku selalu menganggap semua bawahanku adalah keluarga, dan aku sangat mencintai keluargaku, maka dari itu, aku tidak mau salah satu dari mereka mati. Aku telah gagal menyelamatkan banyak anggota keluarga kita. Karyawan salonku nyaris semuanya terjebak di lantai tiga. Aku tidak tau apa mereka masih hidup, atau sudah teroanggang oleh kobaran api. Sekarang yang bisa aku lakukan adalah menyelamatkan mereka yang masih bisa aku raih, seperti kau. Aku yakin Lily sudah tiba di pintu depan, artinya tinggal dirimu yang harus aku jamin keselamatannya. Berjanjilah padaku untuk tetap hidup, setelah ledakan besar nanti, segera lah keluar dari berangkas ini dan lari menuju pintu keluar. Apa kau paham? "

" Mengapa kau rela mengorbankan nyawa sendiri, hanya demi diriku? Aku bukan karyawanmu. Aku hanya anak SMA yang sedang magang di tempatmu,apa itu layak di sebut begaia bagian dari keluargamu? " Ujarku sambil berusaha mendorong pintu berangkas ini agar terbuka

" Ya. Setiap yang pernah singgah di tempat ku adalah keluarga, maka dari itu. Setelah aku tiada, jangan pernah merasa bersalah. Aku melakukan semua ini atas dasar cinta, maka dari itu maklumi lah kenekatan yang aku lakukan. Tolong dampingi Lily, tolong tetap lah hidup, jangan pernah berfikir untuk mengakhiri nyawamu sendiri karena merasa bersalah. Percaya lah, aku sendiri yang ingin melindungimu bahkan dengan nyawa ini sendiri "

Tiba-tiba suara dentuman keras, Ledakan akhir itu telah terjadi, bom pemungkas telah di aktifkan dan memicu ledakan maha dasyat karena api menjalar dengan begitu cepat melaui gas yang sengaja di kumpulkan di lantai satu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan di luar saat ini, apa bu Mawar masih memiliki kesempatan untuk hidup? Beliau pasti kesakitan karena tubuhnya terpanggang hidup-hidup. Bagaimana caranya aku tidak merasa bersalah jika seperti ini? Orang lain merelakan nyawanya demi diriku.
Air mataku mengalir deras karena tau salah satu orang yang aku kenal sedang merenggang nyawa dengan cara paling tragis di luar sana. Apa nyawaku seberharga itu? Kenapa dia rela menukar nyawanya untukku yang bahkan bukan bawahan resminya? Apa yang harus aku katakan pada Kak Lily setibanya di luar nanti? Apa dia akan membenciku? Apa mentorku itu akan dendam kepadaku, karena demi diri ini, bibinya rela terpanggang hidup-hidup.

Beberapa detik pun berlalu, seketika suasana menjadi sunyi. Apa ledakan dasyat itu telah usai? Apa aku sudah selamat? Bagaimana dengan ibu Mawar? Aku pun mendorong pintu brangkas tersebut, kali ini tidak ada lagi yang menahan pintu tersebut, sehingga aku bisa membukanya dengan begitu mudah.

Akupun bangkit dan mengamati keadaan sekitar. Apa yang tergambar di hadapanku saat ini adalah sesuatu yang sangat mengerikan, mall ini telah berubah menjadi miniatur neraka. Api nampak layaknya pepohonan yang memenuhi hutan, asap tebal memenuhi bangunan seluas dua hektar ini, bau gosong dari daging-daging para pengunjung yang terbakar hidup-hidup semakin tercium oleh hidungku.
Aku menoleh ke arah samping, dan mendapati tubuh seseorang yang telah menghitam karena hangus termakan api tergeletak tepat di samping brankas anti api yang tadi melindungiku dari ledakan. Walau sudah tidak berbentuk, aku mengetahui jika itu adalah jasad bu Mawar.

Siapa yang dapat menyangka jika wanita baik hati sepertinya akan berakhir dengan begitu tragis seperti ini. Akupun bangkit dan beranjak mendekatinya, air mataku masih bercucuran, sangat sulit rasanya untuk meredam tangisku ini. Rasa bersalah dalam hati ini tentu tidak akan sirna dalam waktu singkat, bagaimanapun nyawaku dapat tetap merekat pada raga karena seseorang mengorbankan nyawanya demi diriku. Apa aku sanggup untuk menjalani sisa hidup dengan menyandang rasa bersalah sebesar ini?

Aku duduk di samping jasad bu Mawar, memandangi tubuhnya yang sudah tak bernyawa sambil merapalkan beberapa doa untuknya. Semoga langit menempatkanmu di surga, dan jika para malaikat membutuhkan saksi atas semua kebaikanmu. Maka aku siap mengutarakan semuanya kepada mereka. Aku sudah berjanji padanya untuk selamat dari tragedi ini, maka akan aku tepati janji yang satu itu. Namun untuk tidak merasa bersalah, rasanya itu butuh proses yang teramat panjang. Maka dari itu sekarang aku hanya mampu berkata " Tunggulah hingga aku mampu mensirnahkan rasa bersalah ini "
Akupun bangkit dan mulai berjalan menuju pintu keluar. Pintu keluar pasti sudah dekat, aku harus segera meraih kata selamat, bertemu kak Lily, lalu melakukan apapun agar dia memaafkanku. Ya, aku harus tetap hidup, bu mawar telah mengorbankan nyawanya demi diriku, maka aku tidak boleh menyia-nyiakannya.

Langkah demi langkah aku emban, tidak jarang mata ini menjumpai jasad yang tergeletak di lantai dengan tubuh yang sempurna menghitam. Lelah, pusing dan mual seolah tidak mengenal kata henti ketika mereka menerjang tubuhku, bernafas di tempat yang penuh dengan asap ini sangat sulit, sehingga sekali lagi pandanganku kabur. Aku bertekat untuk tidak roboh lagi, karena jika aku roboh, maka semua akan berakhir.

Sialnya, langit seolah tidak mau membiarkanku selamat. Di hadapanku ada tumpukan matrial yang menggunung dan di selimuti api. Aku yakin ini ulah para penjahat itu juga, menutup jalan keluar agar mereka yang selamat dari ledakan tetap tidak bisa menyelamatkan diri. Bagaimana ini? Aku yakin pintu keluar ada di balik tumpukan material ini.

Apa kah aku tidak memiliki harapan lagi? Tubuhku pun roboh dan menghantam lantai, rasa lelah dan pusing tidak lagi dapat aku bendung. Hidungku sudah terlalu banyak menghisap asap sehingga rasa pusing benar-benar terasa di kepalaku. Rasa putus asa membuat lelah yang bergelantungan di tubuhku semakin menjadi. Ini kah akhir dari hidupku?

" Maafkan aku bu Mawar, sepertinya aku juga akan menyusulmu "

Setelah itu semua menjadi gelap, kesadaranku telah hilang dan aku terkapar di atas lantai sebuah bangunan yang sedikit lagi akan musnah terbakar oleh api. Mati di usia muda ya? Sungguh jelek sekali nasipku ini...

0
273
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan