Warteg Gourmet. (Foto: Instagram/@warteggourmet)



Di Wikipedia dijelaskan bahwa,


Nah, bagaimana jika kedua istilah ini berada dalam satu tempat?
Warteg Gourmet didirikan oleh Dade Akbar, yang menyajikan makanan kelas menengah ke bawah dengan cara gourmet supaya terlihat mewah dan menarik. Dialah yang pertama kali ‘setting’ atau mengatur/menata makanan biasa atau sehari-hari ala gourmet. Ide darinya itu memberikan nuansa yang berbeda untuk makanan biasa atau sehari-hari di kuliner Indonesia. Contoh seperti pada gambar makanan di atas adalah makanan yang sudah disajikan dengan cara gourmet olehnya.

Nah, cuma melihat gambarnya saja sudah menarik bukan. Dapat mengubah suasana hati yang buruk (bad mood) menjadi baik (good mood) kembali. Atau mungkin timbul keinginan untuk mencoba ‘setting’ atau menata masakan buatan sendiri ala gourmet di rumah jika kurang puas.

Bagi para ibu yang gemar memasak, bisa setting/menata masakan yang dibuat sehari-hari di rumah ala gourmet. Tujuannya supaya bisa mengajak anaknya yang gemar makan jajanan di luar rumah beralih ke makanan yang ada di dalam rumah. Jadi tidak perlu khawatir lagi memikirkan tentang memilih-milih tempat makanan jajanan mana yang aman atau tidak di luar rumah untuk anaknya. Dengan demikian, anak-anak terhindar dari makanan jajanan di luar rumah yang belum tentu bahannya higienis atau aman untuk kesehatannya. Misal, makanan jajanan yang menggunakan minyak sayur ‘oplosan’, saus atau kecap ‘oplosan’, dan bahkan tak jarang dari makanan tersebut menggunakan bahan sampah alias busuk yang di-’rekondisi’, sebagaimana yang sudah diberitakan di acara Reportase Investigasi yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta. Jadi dalam hal masakan bukan hanya cita rasa saja, tapi juga representasikan masakan agar terlihat menarik di mata anak. Dengan demikian anak akan terlatih, jika makanan tidak bagus/menarik penampilannya maka tidak ada keinginannya untuk dimakan. Seperti kebanyakan makanan jajanan di pinggir jalan yang penampilannya seadanya, jadi jika dilihat oleh anak itu maka timbullah keinginannya untuk tidak membeli makanan di tempat seperti itu.

Bagi yang tidak bisa memasak tapi hobi di bidang kuliner yaitu gemar makan, coba iseng setting/menata makanan sebelum dimakan. Siapa tahu cara ini ampuh untuk membuat kita mengerem saat waktu makan agar porsinya tidak banyak. Yaitu dengan mengisi waktu sebelum makan dengan setting/menatanya terlebih dahulu. Karena disaat waktu makan tiba, sebagian besar penyebab Kita saat makan selalu jatuh pada porsi makannya terlalu banyak adalah karena selalu dipengaruhi oleh sifat emosional yang berlebihan. Entah itu karena sedang kesal yang berlebihan, atau jenuh, atau sifat emosional berlebihan lainnya. Cocoklah untuk aktivitas saat menjalani diet sederhana.

Atau siapa tahu punya bakat yang selama ini tertidur yaitu bakat menata makanan. Bermula dari iseng setting/menata makanan, terbangunlah bakat yang selama ini tertidur itu. Dan, siapa tahu lama kelamaan berubah menjadi profesi.

Nah, ternyata dari setting/menata makanan saja mempunyai banyak manfaatnya, ya kan. Jadi, tertarik untuk mencobanya? Baiklah, selamat bereksperimen ria dalam setting/menata makanan sehari-hari yang ada di rumah.



Referensi

https://en.wikipedia.org/wiki/Gourmet
https://id.wikipedia.org/wiki/Warung_tegal
https://www.instagram.com/p/8rvURlIgS7/
https://www.youtube.com/c/TRANSTVoff...%20INVESTIGASI