Bura, pahlawan Jember

Gambar sosok Pak Bura

Sejarah merupakan pelajaran berharga bagi bangsa, sebab itu kita tidak boleh melupakan begitu saja, karena dibalik kemerdekaan Indonesia, ada banyak darah yang tumpah, ada banyak leher yang terpenggal menjadi korban.

Hola, sahabat Kaskuser. Bertemu lagi dengan ane di thread yang berbeda dengan tema yang sama. Well, lagi-lagi ane ingin membahas tentang sejarah nih, gan. Kenapa sejarah melulu sih? Karena ane tidak ingin generasi muda milenial tak tahu sejarah perjuangan bangsa. Mereka harus melek sejarah agar tahu betapa besar perjuangan para leluhur.

Oke, kali ini yang menjadi topik pembahasan adalah Pak Bura,seorang pahlawan asal Jember. Sebenarnya di Jember ada pahlawan yang namanya sudah digelari sebagai pahlawan nasional yaitu KH Achmad Siddiq, Letkol dr Soebandi dan Letkol Moehammad Sroedji. Namun, ane tidak membahas tentang tiga pahlawan itu karena mungkin sudah banyak media yang menulisnya.

Ane tertarik menulis tentang Pak Bura, yang berjuang satu angkatan dengan dua pahlawan nasional yang ane sebut di atas. Hanya saja, Pak Bura belum digelari pahlawan nasional, meskipun mereka berjuang sama-sama. Mungkin belum cukup bukti atau catatan sejarah kali ya, ane kurang tau. Namun, Pak Bura ini diakui sebagai pahlawan lokal kota Jember, dan hingga kini ada tugu pahlawan Bura di Jember.

Bahkan gugurnya dengan cara yang sangat menyedihkan masih melekat di hati rakyat Jember. Saat ini, jika Gansist ingin tahu lebih tentang sejarah Pak Bura, menurut yang ane baca masih ada saksi sejarah yang masih hidup di Jember, namanya Moelijan. Kakek ini sudah tua, umurnya sudah 104 tahun.


Moelidjan, pejuang dan saksi sejarah Pahlawan Bura yangbmasih hidup

Langsung saja, simak kiprah Pak Bura dalam memperjuangkan kemerdekaan.


Pak Burah atau disebut juga Bura, beliau adalah seorang pahlawan asal Jember yang terkenal dengan senjata celurit. Kemana ia pergi, senjata itu selalu menjadi teman baiknya. Semasa hidupnya, entah berapa leher Belanda yang telah putus oleh celurit miliknya.

Lelaki berjiwa heroik itu lahir pada tahun 1900-an di Desa Jatian, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember. Ia lahir kira-kira 45 tahun sebelum Indonesia merdeka. Desa kelahirannya terletak sekitar 10 km ke arah timur dari pusat kota Jember. Sekarang Jember sudah ada pemekaran kecamatan ya. Desa Jatian menjadi bagian dari Kecamatan Kalisat.

Bura tumbuh menjadi pemuda yang gagah berani. Ia berjuang melawan penjajahan Belanda dengan ilmu kanuragan yang ia miliki. Bagus juga sih ya, dimanfaatkan untuk hal-hal positif. Ya, orang zaman dulu memang sering ane dengar punya ilmu kesaktian seperti itu.

Ilmu kanuragan adalah ilmu yang berfungsi untuk bela diri secara supranatural. Biasanya orang yang mempunyai ilmu ini akan kebal terhadap senjata dan bisa melawan dengan kekuatan yang luar biasa.

Nah, maka dari itu, Bura adalah orang yang paling dimusuhi Belanda dan diincar untuk dibunuh.

Dengan senjata celuritnya, Bura mampu mengalahkan Belanda dan mengibarkan semangat juang untuk masyarakat Jember.

Bura juga memimpin perang para pejuang yang tergabung dalam Laskar Rakyat untuk wilayah Kecamatan Jember Utara, yaitu Kecamatan Mayang, Kalisat, dan Kecamatan Ledokombo. Zaman dulu siapa saja bisa menjadi pejuang, karena kondisinya memang mengharuskan untuk seperti itu. Jadi, siapa saja bisa pegang senjata.

Berbagai macam perlawanan juga dilakukan Belanda. Mereka bahkan pernah menawan ibu Bura agar ia menyerahkan diri.

Bura juga pernah ditawari Belanda untuk mengkhianati masyarakat pribumi dengan menandatangani perjanjian yang berisi ajakan Belanda mengajak Bura untuk bergabung bersama. Namun, hal itu ditolak mentah-mentah oleh Bura, sehingga sangat mengundang kemarahan pihak Belanda.

Puncak perjuangan Bura setelah Indonesia merdeka, setelah perjanjian Renville.

Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang terjadi pada tanggal 18 Desember 1947 hingga 17 Januari 1948.

Saat itu warga Jember hijrah Ke Bondowoso. Bura dan beberapa temannya diminta oleh Letkol Moehammad Sroedji, untuk menjaga daerah pedesaan.

Nah, disitulah Bura ditangkap oleh Belanda saat sedang shalat subuh di Masjid H. Abdul Adim (Masjid An-Nur). Hal itu diketahui Belanda atas laporan mata-mata yang juga masyarakat pribumi. Astaghfirullah. Istighfar ane, gan. Tega sekali menjadi penghianat untuk pejuang bangsa.

Setelah ditangkap, Belanda menembak Bura bertubi-tubi hingga beliau gugur. Tak hanya sampai di situ, saking dendamnya Belanda terhadap Bura, mereka menyuruh warga untuk keluar dari rumah dan menyaksikan jasad Bura diarak keliling dari Desa Sumber Jeruk ke Kalisat. Setelah itu jasad Bura dibakar dan abunya dibuang ke sungai di daerah itu. Hingga kini, untuk menandai gugurnya Pahlawan Bura, masyarakat setempat membangun sebuah monumen.


Miris sekali ya Allah. Gansist, mari kita lafalkan Al-fatihah untuk pejuang kita yang gugur dalam perjuangannya. Semoga perjuangan beliau dibalas oleh Allah dengan surga. Aamiiin.


Drama kolosal tentang perjuangan Bura, pada peringatan HUT RI, Jember, 2018

Penjajah itu kejam dan tidak manusiawi, entah Belanda atau Jepang atau siap pun.

Nonton ini juga, biar pengetahuannya makin banyak.



Oke, itulah sejarah perjuangan Pahlawan Bura. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan sejarah untuk kita semua. Jangan lupa cendol, rate, komen, dan share.

Jika ada kesalahan maupun tambahan, mohon tinggalkan jejak dibkolm komentar. See you on my next thread.

Ditulis oleh @ElviHusna

Narasi pribadi

Referensi dan gambar 1 2 3 4 5 6