rizadwi88
TS
rizadwi88
Pria di Kafe


Setiap kali aku melewati sebuah kafe dekat tempat kerjaku, selalu saja kulihat dia di sana. Di tempat yang sama. Di bangku dekat jendela. Menatap ke jalan raya. Tersenyum ramah, entah pada siapa.

Dia ... pria yang sangat mempesona. Wajah tipe Asia. Rambut hitam sedikit panjang di bagian poninya. Kulit putih, dan tampan pastinya.

Seperti halnya pagi ini. Kulihat dia untuk kesekian kali. Membuat jantungku berdegup kencang tiada henti.

Kuyakinkan diri, aku harus berkenalan dengannya hari ini. Aku tak bisa menunggu lagi.

Aku bersiap memasuki kafe, namun sialnya, tali sepatuku terlepas. Aku terpaksa berjongkok untuk membenarkan simpulnya. Begitu aku berdiri, dia sudah pergi.

Aku mendengkus kecewa.

Tapi sedetik kemudian, mataku menangkap sosoknya tengah berjalan di antara beberapa orang yang berseliweran. Menyusuri tepi trotoar. Berjalan makin menjauh.

Aku berlari mengejarnya. Berharap kali ini aku bisa tahu siapa namanya.

Sial!

Aku kembali kehilangan jejaknya. Dia tiba-tiba menghilang saat di ujung jalan.

Aku merutuki keadaan. Padahal tinggal sedikit lagi, kesempatan itu datang.

Putus asa, kulangkahkan kaki menyusuri jalan setapak. Tanpa kusadari ke mana arah langkah ini membawaku pergi.

Hingga akhirnya, entah bagaimana caranya, aku sudah ada di tempat ini.

Sebuah tempat yang tak asing lagi bagiku. Namun, aku masih tak tahu pasti tempat apa ini.

Sebuah lanskap yang indah. Semacam bukit-bukit dengan hamparan rumput hijau nan segar. Dari tempat aku berdiri sekarang ini, nampak jelas pemandangan kota di bawah sana.

Aku heran, kenapa aku bisa sampai di sini.

Kuedarkan pandangan ke penjuru arah.

Ting!

Mataku beradu pandang dengan tatapan itu. Tatapan yang teduh. Yang selama ini selalu kurindu.

Siapa sebenarnya dia?

Dia menatapku sendu. Rasa ini bercampur aduk jadi satu. Senang, deg-degan, dan sedikit rasa kasihan. Kenapa dia?

Dia berjalan mendekat. Tepat di depanku, kepalanya tertunduk.

"Hai ... kau kenapa?" tanyaku pelan.

Dia tak menjawab. Pria itu masih menunduk. Menghela napas berat.

"Sampai kapan kau seperti ini?" Suaranya lirih. Bergetar, menahan tangis.

Dahiku berkernyit.

"Aku kenapa memangnya?" Aku bingung melihat reaksinya seperti itu.

"Sampai kapan kau mengikuti terus?" Pria itu masih enggan menatapku.

"Aku ... aku ... tak ada niat untuk mengganggumu. Sungguh! Maafkan aku ...." Aku merasa tak enak.

"Aku tahu aku bersalah, tapi jangan seperti ini! Semua yang kulakukan selama ini apa masih belum cukup membuatmu ikhlas dan memaafkan aku? Aku lelah! Kumohon berhentilah ...."

Aku semakin tak mengerti apa yang pria itu bicarakan.

Belum sempat aku berbicara, kulihat dia berjalan melewatiku. Kubalik badanku, kuikuti ke mana dia pergi.

Dia berhenti di suatu tempat.

Sejenak dia menghela napas, mengusap kasar wajah lelahnya, kemudian bersimpuh di tanah berumput.

Di sampingnya, tampak sebuah gundukan tanah berbentuk persegi panjang. Aku mendekat. Memastikan sedang apa dia.

"Pergilah! Aku mohon ... aku lelah! Sudah cukup kau mengikutiku selama dua bulan ini. Aku tahu aku bersalah. Aku sudah menebus kesalahanku dengan selalu mengunjungimu di tempat ini setiap hari. Mendoakanmu ... memohon maaf darimu. Kumohon ... hentikan semua ini!"

Dia menangis pelan. Tangannya terlihat mengusap-usap sebuah benda kotak yang tertanam di atas gundukan tanah itu. Sebuah nisan!

Bertuliskan serangkaian kata-kata ...

Rest in peace.
Lindsay Aurora
060692--070720

Aku tersentak.

Itu namaku!

Kenapa ada namaku di atas nisan berporselen itu?

Aku ini siapa?

Aku kenapa?

Apa aku telah tiada?

Dan pria itu ... siapa dia?!

Tubuhku seperti tersedot kuat. Tertarik dengan begitu cepat. Berpindah dimensi dan tempat.

Hingga aku berdiri di tempat ini.

Di depan kafe.

Aku kebingungan. Ada apa ini sebenarnya?

Belum hilang rasa bingungku, kudengar suara decitan rem mobil yang amat Cumiakkan telinga. Sontak aku menoleh ke arah jalan raya di depanku.

Kulihat dengan jelas, sebuah mobil sedan warna silver baru saja menabrak seseorang.

Aku berlari menghampiri.

Mulutku seketika menganga lebar. Kubekap mulut ini. Tak kuasa melihat semua itu.

Sosok perempuan berbaju dress pink, bersepatu merah, dengan tas tangan warna ungu, sudah terkapar di pinggir jalan raya. Darah menggenang. Membasahi wajah putih dan rambut pirangnya. Menjadikannya merah pekat.

Perempuan itu sangat familiar bagiku.

Itu aku!

Aku terkejut bukan main. Terlebih lagi saat kulihat seorang pria tergopoh-gopoh keluar dari mobil. Wajahnya panik. Ketakutan.

Pria itu tak asing lagi.

Langkah ini gontai. Aku melangkah mundur. Tak tahan melihat itu semua.

Pria tampan yang selama ini kulihat di kafe itu, ternyata ... orang yang telah menghilangkan nyawaku ....

#end

Sidoarjo, 27-11-2020

rahma.syndrometien212700bukhorigan
bukhorigan dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.2K
10
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan