- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pulau Rhun Maluku Kaya Rempah dan Bersejarah, Tapi Belum Teraliri Listrik


TS
46.166.167.16.
Pulau Rhun Maluku Kaya Rempah dan Bersejarah, Tapi Belum Teraliri Listrik
Quote:

Warga Pulau Rhun di Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, masih belum merasakan aliran listrik negara. Padahal fasilitas Unit Layanan Pembangunan Listrik Tenaga Diesel (ULPLTD) sudah terbangun sejak akhir 2018.
"Bangunan dan tiang listrik sudah ada, sampai saat ini belum ada mesinnya," kata Kepala Desa Pulau Rhun Salihi Surahi seperti dilansir ANTARA, Jumat (13/11/2020).
Menurut Salihi, bangunan ULPLTD milik PT PLN (Persero) tersebut sudah terbangun sejak akhir 2018. Namun hingga kini belum dapat mengaliri listrik ke perumahan warga karena belum ada mesin pembangkit listriknya.
Dia berharap ada pihak yang dapat menyampaikan kepada pemerintah, terutama PLN, agar segera ada mesin pembangkit listrik.
"Kami sangat membutuhkan listrik, bahkan masih ada warga yang tidak mau menggunakan listrik swasta dan lebih memilih menggunakan pelita," kata Salihi.
Menurut Salihi, memang saat ini sebagian warga desa di Pulau Rhun ada yang membeli listrik dari pihak swasta dengan membayar Rp 200 ribu per bulan untuk dapat menikmati aliran listrik selama lima jam per hari.
"Listrik dihidupkan pukul 18.00-23.00 WIT," ujar Salihi.
Kondisi ini menjadi ironi. Sebab, Pulau Rhun adalah pulau bersejarah. Pulau yang ada di Kepulauan Banda ini tercatat dalam Perjanjian Breda yang dilakukan antara Inggris, Belanda, Swedia, Norwegia di tahun 1667.
Inggris menukar Pulau Rhun dengan Pulau Manhattan di New York, Amerika Serikat, yang saat itu dikuasai oleh Belanda. Belanda menerima tawaran Inggris karena pulau dengan panjang sekitar 3 kilometer (km) dan lebar kurang dari 1 km ini dikenal kaya rempah-rempah.
Di pulau ini, terpantau ada beberapa bangunan dalam satu kompleks ULPLTD Pulau Rhun yang ada di bawah PLN Unit Induk Wilayah Maluku dan Maluku Utara (UIW MMU). Selain itu, ada pula dua rumah dinas tidak berpenghuni yang sebagian lahannya ditanami buah-buahan dan sayuran oleh warga.
Salah seorang warga desa di Pulau Rhun, Rahim Lasali, mengatakan lahan tersebut awalnya merupakan miliknya yang kemudian dihibahkan untuk pembangunan fasilitas ULPLTD. "Lahan itu telah saya hibahkan kepada PLN sekitar dua tahun lalu," katanya.
Ia mengaku menghibahkan lahan seluas 1.462 meter persegi untuk pembangunan ULPLTD PLN Pulau Rhun itu dengan syarat keluarganya dapat bekerja di tempat itu setelah beroperasi.
"PLN menyetujui secara lisan, sehingga saya serahkan lahan seluas 1.462 meter persegi," ujar Rahim.
SUMBER
"Bangunan dan tiang listrik sudah ada, sampai saat ini belum ada mesinnya," kata Kepala Desa Pulau Rhun Salihi Surahi seperti dilansir ANTARA, Jumat (13/11/2020).
Menurut Salihi, bangunan ULPLTD milik PT PLN (Persero) tersebut sudah terbangun sejak akhir 2018. Namun hingga kini belum dapat mengaliri listrik ke perumahan warga karena belum ada mesin pembangkit listriknya.
Dia berharap ada pihak yang dapat menyampaikan kepada pemerintah, terutama PLN, agar segera ada mesin pembangkit listrik.
"Kami sangat membutuhkan listrik, bahkan masih ada warga yang tidak mau menggunakan listrik swasta dan lebih memilih menggunakan pelita," kata Salihi.
Menurut Salihi, memang saat ini sebagian warga desa di Pulau Rhun ada yang membeli listrik dari pihak swasta dengan membayar Rp 200 ribu per bulan untuk dapat menikmati aliran listrik selama lima jam per hari.
"Listrik dihidupkan pukul 18.00-23.00 WIT," ujar Salihi.
Kondisi ini menjadi ironi. Sebab, Pulau Rhun adalah pulau bersejarah. Pulau yang ada di Kepulauan Banda ini tercatat dalam Perjanjian Breda yang dilakukan antara Inggris, Belanda, Swedia, Norwegia di tahun 1667.
Inggris menukar Pulau Rhun dengan Pulau Manhattan di New York, Amerika Serikat, yang saat itu dikuasai oleh Belanda. Belanda menerima tawaran Inggris karena pulau dengan panjang sekitar 3 kilometer (km) dan lebar kurang dari 1 km ini dikenal kaya rempah-rempah.
Di pulau ini, terpantau ada beberapa bangunan dalam satu kompleks ULPLTD Pulau Rhun yang ada di bawah PLN Unit Induk Wilayah Maluku dan Maluku Utara (UIW MMU). Selain itu, ada pula dua rumah dinas tidak berpenghuni yang sebagian lahannya ditanami buah-buahan dan sayuran oleh warga.
Salah seorang warga desa di Pulau Rhun, Rahim Lasali, mengatakan lahan tersebut awalnya merupakan miliknya yang kemudian dihibahkan untuk pembangunan fasilitas ULPLTD. "Lahan itu telah saya hibahkan kepada PLN sekitar dua tahun lalu," katanya.
Ia mengaku menghibahkan lahan seluas 1.462 meter persegi untuk pembangunan ULPLTD PLN Pulau Rhun itu dengan syarat keluarganya dapat bekerja di tempat itu setelah beroperasi.
"PLN menyetujui secara lisan, sehingga saya serahkan lahan seluas 1.462 meter persegi," ujar Rahim.
SUMBER
PARAH BENER NIH PLN





nomorelies memberi reputasi
1
424
Kutip
4
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan