#pisau

Harry ketahuan selingkuh. Mary, istrinya, selalu saja bermuka masam semenjak berhasil membongkar kelakuan bejatnya. Tak ada lagi senyum manis dan perhatian tulus seperti biasanya. Harry merasa bersalah.

Suatu pagi, Harry termenung sendiri di ruang makan. Secangkir kopi hitam sudah tersedia di meja. Sekalipun tengah perang dingin, Mary tak pernah lalai dengan kewajibannya sebagai istri.

Harry menyesap sedikit kopi panasnya. Mendadak jantungnya berdetak sangat cepat. Keringat dingin membasahi wajah pucatnya.

Mary mendatanginya dengan membawa sebilah pisau. Raut wajah cantiknya penuh emosi. Harry ketakutan.

Wanita itu semakin mendekat.

"K-kau ma-mau a-apa?!" Harry gemetaran.

Mary mengernyitkan dahinya. "Kau kenapa?"

"Pi-pisau itu untuk apa? Kau ingin membunuhku?!"

Mary memutar bola matanya. "Don't be stupid, Harry! Mana mungkin aku akan membunuhmu dengan pisau ini. Kau pikir aku sesadis itu? Oh, come on!" cibir Mary sambil mengambil sebuah apel dan mulai memotongnya.

Harry bernapas lega. Dihabiskannya kopi dalam cangkir dengan perasaan girang.

Praank!

Mary menoleh. Tampak cangkir kopi sudah pecah berkeping-keping di lantai. Harry terlihat mencengkeram erat dadanya. Napasnya tersengal. Wajahnya membiru.

Tubuh pria kekar berkulit putih itu pun ambruk. Kejang-kejang. Tampak buih keluar dari mulutnya.

"Tak butuh pisau untuk mencabut nyawamu, kalau sejumput sianida sudah mampu melakukannya, Sayang ...." Wajah Mary menyeringai mengerikan.

#end

Sidoarjo, 24-11-2020