Seorang sosok pahlawan dan inspiratif serta humble  yang selalu hadir di momen penting dalam hidupku. Ia adalah Paman Amir, nama lengkapnya Amir Salman. Paman Amir adalah adik kandung ibuku. Semenjak ibu aku menikah dengan ayahku dan pindah ke Jakarta, paman Amir tetap tinggal di kampungku di daerah Labuan hingga ia berkeluarga dan sudah memiliki cucu sekarang.

Adapun sejak kecil, ayahku sudah wafat dan saat itu aku nyaris tumbuh besar tanpa ada bimbingan dan role model  seorang ayah. Seringkali waktu aku dari kecil hingga masuk mau masuk SMP aku selalu dipanggil guru dan terlibat masalah karena selalu berkelahi dengan teman-teman ku. Bahkan kadang aku sering bolos sekolah dan mengaji sehingga ibuku saat itu ibuku sendiri sudah tidak kuat harus mengurus aku yang bandel dan khawatir dengan kondisi ku saat itu.

Hingga akhirnya ibuku mengirim ku ke kampungku di daerah Labuan untuk pindah sekolah disana dan tinggal bersama pamanku serta keluarganya. Kebetulan pamanku juga salah satu tokoh agama dan masyarakat di kampungku. Jadi dengan kearifan dan kebijaksanaan beliau ibuku berharap semoga aku dapat dibimbing oleh pamanku. Dan memang, selama aku tinggal dengan paman , aku perlahan mengalami perubahan dalam sikapku. Beliau mendidik ku dengan halus tetapi tegas dan penuh pengertian. Selain itu aku yang tadinya tak peduli dengan ilmu agama, ketika hampir setiap hari diajak ikut pengajian masyarakat kampung sana lambat laun aku menemukan penyegaran rohani yang selama ini hilang dari dalam diriku. Dan pada akhirnya aku dapat menemukan sosok role model  seorang ayah dari pamanku ini.

Bahkan tidak hanya itu saja, sekembalinya aku pindah dan berkuliah di Jakarta sambil membantu usaha toko milik ibuku. Saat toko kami mendapatkan musibah kebakaran, aku yang saat itu memutuskan untuk cuti kuliah dan mulai bekerja untuk membantu  memulai dari nol lagi membantu ibuku untuk membangun toko kami yang terbakar itu. Ketika modal sudah terkumpul 50 persen, alhamdulillah saat itu juga kami mendapatkan kiriman tambahan modal dari paman amir ku dikampung dari hasil menjual sebagian tanah ternaknya beliau.

Dan pernah suatu waktu ketika sepupu ku yang merantau seorang diri di Aceh sana masuk rumah sakit karena kecelakaan kerja. Paman Amir yang saat itu baru mendapat kabar langsung meminta ku untuk mengantarnya ke Aceh untuk membesuk dan mengurus perawatan sepupu aku tersebut.

Sering kali aku bertanya, kenapa sih paman koq mau selalu membantu orang hingga paman akhirnya  kadang jadi kerepotan dan kecapekan ? jawaban beliau yang menginspirasiku adalah kalo kita hidup hanya mementingkan diri sendiri, lantas apakah kita pantas disebut sebagai manusia dihadapan Tuhan nanti? Apalagi yang kamu bantu itu keluarga kamu loh, lantas kalau bukan kita, lalu siapa?. Dan beliau juga menceritakan bahwa dulu saat ia dan ibuku (kakaknya) masih kecil, orangtua nya sangat miskin dan hanya mengandalkan pekerjaan dari mengurus peternakan orang lain yang kebetulan masih satu keluarga. Bahkan di tengah hidup serba kekurangan saat itu, beruntungnya orang tua paman dan ibuku selalu dibantu oleh keluarga-keluarga kami yang lain yang ada dikampung bahkan paman dan ibuku bisa bersekolah karena dibantu dan ditolong oleh keluarga-keluarga saudara kami.

Maka paman saat itu bersumpah dan niat akan membalas budi dan selalu berusaha menolong dan membantu saudara-saudara dan keluarganya.