Membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang berbeda, tetapi hakikatnya sama. Sama seperti anda makan dan minum.



Sekitar 5.000 SM, jauh sebelum aksara ditemukan. Saat manusia primitif masih memanfaatkan benda-benda tertentu sebagai penanda yang bisa mewakili bunyi atau makna yang bisa mereka mengerti. Manusia satu sama lain berkomuniasi dan meninggalkan jejak peradaban. Manusia menggambarkan simbol-simbol dalam gua, tulang belulang hewan, bebatuan, dan tanah liat.







Dalam sejarah, aksara atau tulisan sudah ada sejak zaman proto sekitar 3200 SM. Di wilayah Mesopotamia (sekitar 3200 SM) dan Mesoamerika (sekitar 600 SM). Ada simbol-simbol mnemonik yang unik yang ditemukan dan dipelajari oleh para ahli hingga saat ini. Pada zaman itu manusia sudah mulai membutuhkan ruang ekspresi walau dengan benda-benda yang ada di sekitar mereka.





Nah, melihat dari situ saya memahami jika aktivitas membaca bersamaan seseorang dengan aktivitas menulis. Artinya, jika seseorang bisa menulis maka secara otomatis dia juga bisa membaca.














Saat ini, dunia telah banyak berubah dan manusia semakin modern. Manusia sudah memukan banyak perangkat untuk menulis supercanggih. Manusia sudah mulai menggunakangadget dan gawai pintar untuk mengekspresikan diri mereka. Setiap detik, entah berapa trilyun huruf yang sudah ditulis manusia. Huruf atau karakter yang diketik manusia memenuhi ruang-ruang penyimpanan digital yang "tak kasat mata", dari piringan CD sampai harddisk berukuran besar hingga raksasa. Manusia terus berinovasi sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Manusia menggiring peradaban dalam gulir waktu sangat cepat, maka jejaknya pun demikian.




Menulis demi Eksistensi
Kini di media sosial menulis bagi sebagian orang menjadi sebuah cara mengukuhkan eksistensinya di dunia maya. Dalam baris-baris kata yang pendek seorang mengabarkan berita, menuliskan doa, mengutip kalimat bijak, membuat opini, bahkan mengungkapkan kegelisahan. Tapi apapun tujuannya tulisan dalam bentuk apapun menjadi perantara manusia untuk mengungkapkan isi pikirannya.

Seberapa Pintar Anda?
Ada satu pertanyaan menggelitik bagi saya. Di zaman yang konon serba pintar dan canggih, mengapa manusia justru semakin terbelakang. Kini tulisan digunakan untuk "membunuh" orang-orang yang dianggap musuh yang tidak disukainya. Huruf dan kata-kata sekarang bisa lebih tajam dari tombak dan anak panah. Setiap orang bisa bebas berkata apa saja, membuli,  mencaci-maki, memfitnah siapa saja, hanya dengan susunan huruf-huruf dari a sampai z.


Siapakah Yang Mampu Memfilter?
Jika sudah demikian masifnya "peperangan kata" di dunia maya, siapakah yang bisa memfilter itu semua. Siapakah yang bisa menghentikan fitnah dan adu domba sebelum semua hal buruk terjadi?

Tulisan ini saya tutup dengan Surah Al' Alaq. Untuk mengingatkan kembali akan tugas pertama yang diemban manusia, yaitu MEMBACA.






Semoga tulisan ini bermanfaat. Wallahu'alam bishawab.


Sumber tulisan: opini pribadi





dan sumber lainnya:




Referensi 1




Referensi 2




Referensi 3






Foto 1
Foto 2