- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ngeyel Membuat kerumunan-kerumunan di Masa Pandemi, Siapa yang Salah?


TS
tafakoer
Ngeyel Membuat kerumunan-kerumunan di Masa Pandemi, Siapa yang Salah?
Kasus Covid-19 di negeri ini belum ada tanda-tanda akan membaik, hal ini terlihat dari laporan kasus yang terinfeksi Covid-19 semakin meningkat dan mengkhawatirkan. Namun dibalik meningkatnya kasus Covid-19 ini tak disertai dengan kesadaran seluruh elemen masyarakat, sebagai contoh adalah kerumunan saat penjemputan Habib Rizieq Shihab hingga acara maulid nabi dan juga pernikahan putrinya ramai menjadi topik pembicaraan saat ini.

Kasus kerumunan-kerumunan di masa pandemi ini memang bukan hanya satu atau dua kasus semata, PA 212 yang seringkali mengadakan alumni akbar di monas tanggal 2 Desember di setiap tahunnya pun berencana akan membuat kegiatan yang melibatkan banyak orang jika pelaksanaan pilkada yang berpotensi menghadirkan kerumunan tetap di langsungkan. Kerumunan-kerumunan di masa pandemi ini memang masih saja terjadi, mirisnya banyak orang yang berkerumun seringkali abai dengan protokol kesehatan.
Harapan untuk membuat Covid-19 segera sirna dari negeri ini seakan hanya sekedar harapan semata dan seperti tak mudah untuk direalisasikan menjadi nyata saat masyarakat masih suka berkerumun ditengah pandemi yang belum terlihat kapan akan usainya. Miris bercampur dengan ironi melihat sikap masyarakat di masa kini yang seakan tak peduli dengan keadaan. Berkerumun meskipun menggunakan masker tetap saja bisa berbahaya karena tak ada jaminan menggunakan alat pelindung seperti masker bisa bebas dari virus. Kebiasaan masyarakat yang biasa berkumpul membuat petugas yang berwenang terkadang susah menertibkan masyarakat yang biasa berkumpul di manapun.
Ngeyel membuat kerumunan-kerumunan di masa pandemi, Siapa yang salah? Melihat banyak masyarakat yang suka berkumpul tentunya bisa jadi karena pemerintah kurang tegas dalam menindak mereka yang tidak disiplin di masa pandemi ini. Terkadang kebijakan pemerintah juga bisa dibilang tekadang tak efektif seperti tetap nekat melaksanakan pilkada di masa pandemi ataupun tidak tegas menindak orang-orang yang suka berkerumun di masa pandemi ini seperti halnya dalam kasus penyambutan Habib Rizieq yang disambut banyak orang hingga ke acara pernikahan putrinya.
Apakah ini sepenuhnya salah pemerintah? tentu saja tidak. Selain karena pemerintah yang kurang tegas tentunya salah dari sebagian masyarakat sendiri yang tak peduli dengan protokol kesehatan dan seakan wabah corona hanya dianggap angin lalu belaka. Pemerintah yang nekat melaksanakan pilkada di tengah pandemi ini juga harus disikapi oleh masyarakat dengan bijak, jangan hanya yang lain membuat acara kerumunan malah membuat kerumunan tandingan yang bisa memicu berbagai klaster penyebaran virus corona. Masyarakat harusnya bisa mencontoh tokoh yang perhatian dengan penyebaran virus corona ini seperti yang dilakukan oleh Ustad Das'ad yang tindakannya patut diacungi jempol karena berani membubarkan kerumunan saat diundang acara akikah oleh sebuah keluarga, awalnya dia datang karena acara tersebut hanya di hadiri satu keluarga semata. Namun saat datang ternyata banyak warga sekitar yang membuat kerumunan dan kemudian dia tampil sebentar untuk menyuruh warga pulang ke rumahnya masing-masing. Habib Rizieq harusnya bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh Ustad Das'ad yang lebih peduli untuk mencegah kerumunan banyak orang.

Siapa yang harus disalahkan atas banyaknya kerumunan-kerumunan di masa pandemi ini? Semua pihak bisa saja salah karena terlalu mengedepankan egonya masing-masing entah itu pemerintah membuat kebijakan yang salah ataupun masyarakatnya yang tak peduli dengan penyebaran virus yang sedang berlangsung. Demikian tulisan ane kali ini, bagaimana pendapat agan dan sista? silahkan sampaikan di kolom komentar dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya.
Sumber :
Opini Pribadi dan Diolah dari berbagai sumber
Sumber 1
Sumber 2
Sumber 3
Sumber gambar via google images

Credit : republika.co.id
Kasus kerumunan-kerumunan di masa pandemi ini memang bukan hanya satu atau dua kasus semata, PA 212 yang seringkali mengadakan alumni akbar di monas tanggal 2 Desember di setiap tahunnya pun berencana akan membuat kegiatan yang melibatkan banyak orang jika pelaksanaan pilkada yang berpotensi menghadirkan kerumunan tetap di langsungkan. Kerumunan-kerumunan di masa pandemi ini memang masih saja terjadi, mirisnya banyak orang yang berkerumun seringkali abai dengan protokol kesehatan.
Harapan untuk membuat Covid-19 segera sirna dari negeri ini seakan hanya sekedar harapan semata dan seperti tak mudah untuk direalisasikan menjadi nyata saat masyarakat masih suka berkerumun ditengah pandemi yang belum terlihat kapan akan usainya. Miris bercampur dengan ironi melihat sikap masyarakat di masa kini yang seakan tak peduli dengan keadaan. Berkerumun meskipun menggunakan masker tetap saja bisa berbahaya karena tak ada jaminan menggunakan alat pelindung seperti masker bisa bebas dari virus. Kebiasaan masyarakat yang biasa berkumpul membuat petugas yang berwenang terkadang susah menertibkan masyarakat yang biasa berkumpul di manapun.
Ngeyel membuat kerumunan-kerumunan di masa pandemi, Siapa yang salah? Melihat banyak masyarakat yang suka berkumpul tentunya bisa jadi karena pemerintah kurang tegas dalam menindak mereka yang tidak disiplin di masa pandemi ini. Terkadang kebijakan pemerintah juga bisa dibilang tekadang tak efektif seperti tetap nekat melaksanakan pilkada di masa pandemi ataupun tidak tegas menindak orang-orang yang suka berkerumun di masa pandemi ini seperti halnya dalam kasus penyambutan Habib Rizieq yang disambut banyak orang hingga ke acara pernikahan putrinya.
Apakah ini sepenuhnya salah pemerintah? tentu saja tidak. Selain karena pemerintah yang kurang tegas tentunya salah dari sebagian masyarakat sendiri yang tak peduli dengan protokol kesehatan dan seakan wabah corona hanya dianggap angin lalu belaka. Pemerintah yang nekat melaksanakan pilkada di tengah pandemi ini juga harus disikapi oleh masyarakat dengan bijak, jangan hanya yang lain membuat acara kerumunan malah membuat kerumunan tandingan yang bisa memicu berbagai klaster penyebaran virus corona. Masyarakat harusnya bisa mencontoh tokoh yang perhatian dengan penyebaran virus corona ini seperti yang dilakukan oleh Ustad Das'ad yang tindakannya patut diacungi jempol karena berani membubarkan kerumunan saat diundang acara akikah oleh sebuah keluarga, awalnya dia datang karena acara tersebut hanya di hadiri satu keluarga semata. Namun saat datang ternyata banyak warga sekitar yang membuat kerumunan dan kemudian dia tampil sebentar untuk menyuruh warga pulang ke rumahnya masing-masing. Habib Rizieq harusnya bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh Ustad Das'ad yang lebih peduli untuk mencegah kerumunan banyak orang.

Credit : suara.com
Siapa yang harus disalahkan atas banyaknya kerumunan-kerumunan di masa pandemi ini? Semua pihak bisa saja salah karena terlalu mengedepankan egonya masing-masing entah itu pemerintah membuat kebijakan yang salah ataupun masyarakatnya yang tak peduli dengan penyebaran virus yang sedang berlangsung. Demikian tulisan ane kali ini, bagaimana pendapat agan dan sista? silahkan sampaikan di kolom komentar dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya.

Sumber :
Opini Pribadi dan Diolah dari berbagai sumber
Sumber 1
Sumber 2
Sumber 3
Sumber gambar via google images


orgbekasi67 memberi reputasi
1
1.6K
15


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan