Kaskus

Entertainment

gitalubisAvatar border
TS
gitalubis
Kisahnya Menyadarkan Untuk Tidak Banyak Mengeluh
Kisahnya Menyadarkan Untuk Tidak Banyak Mengeluh

Syarat mutlak menjadi pahlawan, bukanlah yang pandai memainkan pedang atau senjatanya untuk melumpuhkan lawan. Bukan pula ditentukan dari genre tertentu. Ada banyak hal mengapa akhirnya kita sematkan julukan ‘pahlawan’ tersebut kepada orang-orang yang menurut kita sudah seperti pahlawan.

Sejujurnya ada banyak sekali orang yang berada di sekitar ane julukin sebagai pahlawan. Namun, kali ini ane hanya akan membagikan kisah inspiratif dari seorang teman yang cukup berpengaruh dalam hidup ane.



Akbar namanya, teman yang baru beberapa tahun ini ane kenal sejak menjalani masa pendidikan di Universitas yang ada di kota ane. Kami sama-sama anak perantauan, butuh waktu sekitar 10-11 jam untuk sampai ke kampungnya dari tempat kami menimba ilmu. sementara ane hanya membutuhkan waktu sekitar dua jam saja dari kampung ke kampus.

Karena jarak tempuh yang lumayan lama dan membutuhkan biaya yang terbilang cukup mahal, menjadi penyebabnya untuk sangat jarang pulang ke kampung halaman. Bisa dikatakan setahun hanya dua atau tiga kali dia pulang ke rumah. Rela menahan rindu yang menggebu, karena sebuah kewajiban menuntut ilmu.

Ada banyak hal mengapa akhirnya ane tuliskan kisahnya sebagai sumber inspirasi, simak sampai bawah yuk.

Waktu itu ane tidak begitu peduli dengan teman-teman yang ada di kelas, entah karena masih baru atau pun karena belum terlalu dekat. Namun, ada satu teman yang selalu membuat ane bertanya-tanya.
Kisahnya Menyadarkan Untuk Tidak Banyak Mengeluh

“Ini anak baru masuk, tapi kerjaannya terlambat mulu.”

Itulah yang selalu terbatin di dalam hati saat ia selalu mengetuk pintu ketika kami sudah mulai belajar. Tak masalah jika itu hanya sekali atau dua kali, tapi ini berkali-kali, membuat ane seakan bertanya apa dia memang punya kebiasaan seperti itu, atau ada sebuah alasan yang menyebabkannya seperti itu.

Singkat cerita, ane pun bertanya langsung padanya. Ternyata jawabannya membuat ane akhirnya benar-benar membuka mata, bahwa hidup terlalu keras untuk kita yang masih berada di bawah ketiak mama.

Dia terlambat setiap hari karena ia selalu kesiangan bangun setelah salat subuh, alasan yang selalu ane dengar saat masih duduk di bangku SMP. Namun, penyebab dia selalu tidur kembali setelah subuh adalah kantuknya yang mendera karena kurangnya tidur di malam hari.

Dari siang hingga malam, dia bekerja di sebuah warung makan. Semua itu dilakukannya agar ia bisa bertahan hidup di perantauan yang jauh dari sanak saudara, dia bisa saja meminta pada ayah dan ibunya, tapi itu semua tidak dilakukannya. Karena ia tak ingin menyusahkan ibu dan ayahnya yang sudah renta.

Saat kutanya, apa dia tidak lelah dengan semua itu, dia jawab ‘tentu saja lelah, itu sebabnya aku tak ingin menjadi beban untuk ayah dan ibu jika tahu begini sakitnya mencari uang. Aku saja yang masih muda kelelahan, bagaimana dengan mereka yang renta.’

Walau begitu, tak sekalipun ane mendengar kalimat keputusasaannya atau pun ia mengeluh. Katanya, ‘perbanyak syukur, maka kau tak akan melihat sulitnya hidup. Jadikan lelah yang mendera sebagai ibadah, maka kau tak akan mengeluh.’

Ane yang mendengar kalimatnya seperti itu, merasa sangat malu. Karena tanpa disadari sering kali ane mengeluh, baik itu tentang tugas yang menumpuk atau pun saat orang tua telat mengirim uang saku. Padahal, dia yang harus berjuang terlebih dahulu untuk sesuap nasi, malah tampak enjoy dengan hidupnya. Bahkan nilai akdemiknya pun terbilang cukup bagus.

Terima kasih atas cerita perjuanganmu kawan, dengan begitu kini aku lebih bersyukur dari sebelumnya. kisah inspirasi ini, benar-benar membuatku termotivasi.

Sumber gambar pribadi.
Diubah oleh gitalubis 29-11-2020 13:30
indrag057Avatar border
orgbekasi67Avatar border
orgbekasi67 dan indrag057 memberi reputasi
2
220
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan