
Negeri Ratu Elisabeth wajib berbangga diri atas sepakbola mudanya yang banyak bermunculan bintang muda di berbagai lini, namun kali ini kita akan membahas 2 pemain yang posisi bermainnya tidak jauh berbeda dan juga memiliki nama depan sama yakni Mason, tentu saja Mason Mount dan Mason Greenwood. Keduanya bermain di klub dan kota yang berbeda, namun perbedaan tak hanya sampai disitu. Ada juga nasib dan kisah didalam lapangan yang berbeda antara keduanya dan tentunya akan kita bahas kali ini. Kita mulai dari Mason Mount.
Quote:
Anak Emas Pelatih (Katanya)

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Mount adalah langganan squad Inggris beberapa waktu belakangan. Southgate tentunya mendapat serbuan kritikan yang dipandang memanggil Mount bukan karena performa baiknya ataupun kebutuhan taktikal, melainkan karena menganak emaskan Mount, dari situ isu Mason Mount si anak emas kembali kencang tersebar.
Sejak dipromosikan ke skuad utama The Blues, kiprah Mount memang kerap diliputi isu anak emas di timnas maupun klub. Di posisi motor serangan The Blues, ia adalah anak emas Frank Lampard. Di Timnas Inggris pun ia bermain secara reguler, sejauh ini telah mendapatkan 11 caps (kayanya segitu, kalo salah komentar ye).
Tetapi, benarkah Mount mendapat kesempatan berlebih hanya karena telag menjadi favorit pelatih? Kala menghadapi Belgia, setidaknya, gelandang 21 tahun ini mematahkan isu tersebut. Mount nyekor gol penentu kemenangan Inggris ke gawang Belgia, sekaligus mengembalikan persaingan di Grup 2 Liga A UEFA Nations League.
Quote:
Kerja keras yang dibarengi dengan kurangnya apresiasi

Mount bukanlah pemain dengan tipikal penuh gaya dan gocekan. Jika tolak ukur kita adalah gol/asis, itupin tak begitu siginifikan di level klub. Berbeda dengan rekan senegaranya yang juga satu posisi dengannya, Grealish yang berkontribusi untuk The Villans mengawali musim cukup impresif. Sedangkan Mount “hanya” mencatatkan 1 gol + 2 asis bagi The Blues.
Di Premier League, Mount dipasang oleh Lampard sebagai gelandang kreatif yang berkompeten dalam attacking dan defensif seimbang. Ia banyak terlibat dalam proses tembakan entah itu berujung gol atau tidak.
Selain itu, Mount selalu menunjukan etos kerja yang patut diacungi jempol, ia bersikap profesional dan selalu ada keinginan untuk belajar yang membuat Lampard maupun Southgate terkesan. Dilansir dari The Athletic, saat Chelsea mengadakan tes fisik, Mount selalu berada di daftar teratas pemain dengan kondisi terbaik bersaing dengan Kante.
Kemampuan mengorganisir permainan, ambisi untuk terus belajar, dan juga kerja keras bisa menjadi 3 faktor utama mengapa manajer “memfavoritkannya”. Tak heran Lampard dari musim lalu hingga musim ini sering memasangnya sebagai starting eleven The Blues.
Sementara di Timnas Inggris, Mount banyak berperan dalam skema defensiv dan juga diperlukan kreativitasnya saat tim sedang berproses dalam menyerang, artinya Mount berperan penting dalam kestabilan lini tengah yang diinginkan Southgate. Apalagi jika Mount dipasang bersama Declan Rice dan Jordan Henderson. Tiga pemain ini dapat menjadi andalan Southgate sebagai trisula untuk membloking serangan yang agresif dan menjadi inisiasi serangan balik memanfaatkan kreativitas Mount dan Henderson.
Quote:
Diandalkan fleksibilitasnya oleh Lampard sejak sebelum di Chelsea

Lampard telah bertemu dan melihat gaya bermain Mount sejak Lampard masih menangani Derby County, Mount kala itu dipinjam dari Chelsea selama semusim penuh. Saat bertemu lagi di Chelsea, Lampard jelas memanfaatkan determinasi tinggi yang menjadi keunggulan Mount untuk melancarkan pressing. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Mount adalah pemain bertipikal agresif yang kerap menyulitkan lawan, juga sering mengisi pos dan merebut bola di sepertiga akhir lapangan lawan.
Mount adalah multifungsi, ia bisa bermain sebagai posisi nomor 8 pada formasi 4-3-3, mengisi posisi gelandang serang untuk menjadi motor serangan pada formasi 4-2-3-1, atau melebar di sisi kiri/kanan pada formasi 4 gelandang sejajar, termasuk 3-4-3. Bisa mengisi pos sayap kanan jika trio gelandang serang diisi oleh Kai Havertz di tengah dan Timo Werner di sayap kiri.
Tak hanya aktif saat bola dikontrol oleh The Blues, Mount juga bisa diandalkan ketika lawan sedang membangun skema serangan. Seperti yang diandalkan Lampard, Mount bisa menekan lawan terlebih lagi di tengah lapangan, i juga kerap berkontribusi untuk lini depan Chelsea ketika high pressing. Mount memang kalah dari De Bruyne, Jack Grealish, dan Bruno Fernandes soal ketajaman menyerang, tapi jika kita lihat dari sisi pressing, mungkin Mount bisa diunggulkan. Artinya, tidak banyak pemain yang mampu berkontribusi menyerang dan bertahan sama baiknya.
Namun, keseimbangan yang dimiliki Mount tidak menjamin untuk satu tempat di tim utama Chelsea. The Blues perlu kualitas yang lebih tinggi dari Mount untuk bisa melawan tim² besar yang ada, terlebih lagi Chelsea borong pemain di bursa kemarin dengan datangnya Ziyech, Werner, dan Kai Havertz, Mount mesti mempertahankan performa dan latihan lebih giat untuk performa lebih baik agar sang pelatih tidak melupai namanya di skuad.
Sekarang kita pindah ke Mason yang satunya
Quote:
Tajam dan efektif di lini depan

Mason Greenwood resmi bisa dibilang menjadi pemain tersukses lulusan MU di angkatannya. Sejak diasuh Ole, United memang kerap mengorbitkan beberapa pemain asli didikannya. Sebut saja seperti Angel Gomes, McTominay, James Garner, hingga Tahith Chong, diberikan menit agak lebih oleh sang nahkoda Norwegia. Namun, mungkin hanya McTominay dan Greenwood yang masih bertahan di skuad utama MU.
Meski peran Greenwood di musim 2019/20 hanyalah sebagai pelapis Rashford dan Martial, namun ia cukup beruntung memiliki pelatih utama seorang Ole Gunnar Solskjær yang spesialis dalam menemukan dan melatih bakat muda, maklum saja ia pernah menjabat sebagai kepala pelatih MU usia muda.
Quote:
Bisa ditempatkan di manapun dan tak pernah lepas dari pujian

Solskjaer menilai posisi terbaik Mason Greenwood adalah tipe striker modern yang bisa bermain di beberapa posisi di area depan dan Solskjaer juga sepakat atas beberapa opini penggemar yang menganggap Greenwood sudah sepantasnya bermain reguler di United dan bukan lagi sekedar anak muda yang mempelajari sepakbola dari bangku cadangan.
Greenwood dianggap sebagai salah satu bakat besar yang diorbitkan oleh akademi United di era sekarang ini. Saat masih membela tim junior United, Greenwood tampil impresif saat dipasang sebagai striker tengah. Namun di tim utama United, posisi Greenwood agak digeser ke kanan demi kebutuhan taktikal. Namun penyerang berusia 18 tahun itu tetap menunjukkan performa impresif dan musim lalu bisa dibilang rutin dalam mencetak gol.
Solskjaer juga menyebut bahwa Greenwood ini memiliki gaya dan visi bermain sesuai zaman dan tidak jauh beda dengan kompatriotnya, Martial dan Rashford. Ketiganya adalah penyerang modern yang tidak terpaku hanya dalam satu posisi saja.
Quote:
Sering dibilang mirip van Persie dari cara ia bermain, berlebihan kah?

Dari mulai selebrasi selepas nyekor, van Persie adalah pemain dengan gaya selebrasi unik dan sederhana, an yang cukup dikenal adalah selebrasi merentangkan tangan. Setelah berhasil mencetak gol, The Flying Dutchman akan berlari ke pinggir lapangan sembari merentangkan tangan. Jika melihat gaya selebrasi Mason Greenwood di beberapa pertandingan, youngster MU tersebut melakukan selebrasi yang sama.
Bukan hanya sebatas selebrasi, kedua penyerang tersebut sama-sama memiliki kekuatan utama pada kaki kirinya. Greenwood memang sempat dipertanyakan kaki apa yang terkuat yang ia miliki, karena jika kita lihat saat kontrol bola ia tidak cenderung pada satu kaki dan pada saat melepaskan tembakan dirinya tidak bisa ditebak entah mau menggunakan kaki kidal atau kaki kanan. Namun di satu kesempatan saat sesi wawancara, ia mengakui bahwa sebenarnya kaki kiri adalah andalannya.
Begitupun dalam hal finishing dan tekniknya, ia terlihat alami dan cenderung atraktif. Namun sudah layakkah Greenwood disematkan "The Next RvP"?

Itulah sedikit perbedaan dari Mason Biru dan Mason Merah, jika Mount kerap diragukan oleh para fans atas performanya yang dianggap "gak guna" entah itu di level klub maupun internasional namun pelatih masih mempercayai permainan dan usaha dari Mount dan bukan menganak emaskan Mount, berbeda dengan Greenwood yang namanya sudah dikagumi oleh para fans United apalagi saat ini performa Martial sedang goyah maka peran Greenwood sangat dinanti oleh para fans tanpa keraguan atas performanya.
.
.
.
.
.
.
.
.



