monicameyAvatar border
TS
monicamey
Pak Narto, Marbot Mesjid Yang Bersahaja


Bicara mengenai seorang pahlawan memang sepatutnya kita hargai dan hormati perjuangan mereka demi bangsa Indonesia. Di jaman dulu, kita mengenal pahlawan karena mereka yang berani mempertaruhkan jiwa maupun raga agar bangsa kita yang tercinta bebas dari penjajahan.

Sekarang pahlawan tak hanya memegang senjata, ada sekitar kita seseorang yang bisa disebut pahlawan tanpa mau membalas dengan apapun, ikhlas dan memiliki niat yang tulus.

Melalui tulisan ini, saya ingin mengenang sesosok yang sudah lama pergi. Nama beliau adalah Pak Narto seorang marbot Mesjid dekat perumahan saya. Beliau orang yang sangat sabar, murah senyum dan suka membantu.

Spoiler for ilustrasi:


Perlu diingat, saya dan beliau berbeda agama. Namun, hal tersebut tak menghalangi kami untuk saling bercakap-cakap dan saling menyapa. Pak Narto adalah orang yang lucu, bersahaja dan taat sekali pada sang Pencipta.

Sedikit tentang beliau adalah Pak Narto selalu berada di mesjid sebelum adzan subuh berkumandang.
Rumah saya dan Mesjid hanya beberapa meter saja, jadi saya apa yang dilakukan beliau. Oh, ya beliau tidak memiliki rumah sehingga kos bersama tukang bangunan yang terbilang cukup murah.

Kebetulan dulu saya bersekolah itu jauh dan bangun pagi sekali, setiap kali saya keluar untuk olah raga. Jam setengah empat beliau sudah ada di Mesjid, menyapu dan mengepel. Di usia yang sudah tak muda lagi, beliau orang yang rajin dan tidak malas.

Pak Narto bukan pahlawan yang maju berperang melawan kejahatan, tetapi hati dan jiwanya bisa saya sebut bahwa beliau adalah pahlawan sesungguhnya. Mengapa saya sebut demikian? Ada satu peristiwa yang paling mengena di hati warga perumahan.

Suatu hari di perumahan kami kedatangan seorang pria tua yang pakaiannya sudah lusuh ( saya lupa namanya ), sebut saja Pak L. Pak L ini setiap hari keliling perumahan hanya untuk meminta makan atau uang.

Karena belas kasihan dan rasa saling tolong menolong, Pak Narto membantu Pak L untuk tinggal di Mesjid sementara waktu dan itu sudah ijin sama warga sekitar juga pak RT. Pak Narto sepenuh hati merawat Pak L yang kurus dan tak terawat.

Yang saya dengar dari warga sekitar, Pak L ini ditinggal oleh anaknya dan dibiarkan begitu saja. Setiap hari Pak Narto membawakan makanan dan pakaian dari kosnya. Saat warga lain memberikan uang sumbangan, bukannya dipakai untuk membelikan makanan untuk dirinya dan Pak L. Pak Narto malah menyumbangkan semua uang tersebut ke kotak uang di mesjid dan membantu fakir miskin.

Pasti kalian bingung, bagaimana caranya Pak Narto memperoleh uang? Di tahun 2003, beliau digaji hanya 150 ribu dari toko bangunan. Ya, selain jadi marbot Mesjid. Beliau juga bekerja sebagai buruh.

Setiap hari selama sebulan, kami para warga memberi sumbangan agar Pak L bisa menemukan pekerjaan. Namun, lagi-lagi malah uang sumbangan warga oleh beliau disumbangkan ke mesjid.

Pak L akhirnya bisa menemukan pekerjaan yang cocok dan itu semua berkat Pak Narto. Entah bagaimana caranya, kami para warga juga tidak tahu Pak Narto bisa menemukannya.

Selain membantu Pak L, tak jarang pula Pak Narto membantu warga perumahan dengan iklas tanpa mengharapkan imbalan. Ketika ada warga gentingnya bocor, beliau senang hati membetulkan. Kalau ada warga yang memberinya uang, beliau menolak secara halus.

"Saya membantu dengan ikhlas, Bu/Pak. Lebih baik uangnya disimpan atau diberikan kepada orang tidak punya."

Itu yang selalu diucapkan Pak Narto tiap kali kami dibantu oleh beliau jadi kami merasa tidak enak hati. Gajinya disisihkan untuk sumbangan di kotak Mesjid tiap bulan dan orang tidak mampu. Beliau hanya memegang uang untuk biaya makan dan kosnya. Untungnya ibu-ibu PKK tiap sore bergantian memberikan lauk untuk makan.

Sebenarnya banyak hal yang dilakukan Pak Narto bagi warga sekitar dan beberapa orang lain yang pernah dibantu beliau sehingga saya atau warga tak bisa menghitungnya dengan jari kebaikan beliau.

Memberi pengemis atau pengamen makan dari uangnya sendiri merupakan beberapa cerita yang saya dengar dari para ibu-ibu. Maklum setiap sore para ibu di sini akan berkumpul dan bercerita mengenai kegiatan mereka sehari-hari.

Ketika beliau wafat karena penyakitnya, para warga mengantarkan kepergian beliau dengan terharu. Para warga baru mengetahui jika uang gajinya ditabung di sebuah celengan ketika salah satu teman kos beliau menyerahkan kotak itu ke pak RT.

Saya tidak tahu berapa jumlah uang tersebut, tetapi saat rapat warga ada yang menghitung jika uang itu lebih dari cukup untuk pembangunan Mesjid.

Para warga kehilangan Pak Narto yang murah senyum, selalu memakai sepeda tuanya untuk ke Mesjid padahal jarak kos menuju Mesjid itu jauh. Namun, beliau tak permah mengeluh.

Kini hampir belasan tahun kebaikan dan kemurahan hati beliau tak bisa dihilangkan dari ingatan para warga hingga sekarang. Uang hasil tabungannya tak hanya dipergunakan untuk pembangunan melainkan disumbangkan ke panti asuhan.

Setiap kali saya pulang, saya selalu menyempatkan diri mampir sebentar melihat Mesjid di mana Pak Narto tiap sore pulang kerja selalu menyempatkan diri membersihkan halaman atau memetik daun kering. Kadang duduk di teras sembari berzikir ( koreksi jika kata yang saya tulis salah ) dengan tasbihnya.

Ya, itulah kisah saya mengenang Pak Narto. Mungkin masih banyak pahlawan lainnya di luar sana yang belum diketahui oleh yang lainnya. Bagi saya Pak Narto itu seorang pahlawan untuk orang-orang kecil yang bersahaja.

Sayang saya tidak punya fotonya, karena beliau jarang sekali mau berfoto jika ada acara.

Adakah pahlawan di sekitar kalian? Yuk, saling berbagi cerita.

Jangan lupa tinggalkan komen, cendol dan share-nya.

=Selesai=

Surabaya, 20 November 2020

Dari opini pribadi

sumber gambar
Diubah oleh monicamey 20-11-2020 07:31
lsenseyelAvatar border
zeuskraetosAvatar border
zeuskraetos dan lsenseyel memberi reputasi
2
318
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan