Bayang Bayang Megah


Lucu. Kau lebih lucu dibandingkan badut yang menunjukkan akrobat dengan gaya bodohnya di muka umum yang jelas ingin menghibur siapa yang nonton.

Banyak sekali alibi-alibimu yang lebih baik masuk karung dan ombak membawanya jauh kemudian terdampar di pulau tak berpenghuni.

Rasanya mual sekali, membanggakan kebohongan memanipulasi sebuah kenyataan. Ingin semua kata-kata kauucap suatu yang benar dan diperlakukan baik.

Aku salah. Begitulah ...
Aku begitu sangat egois. Begitulah ...
Tak semua begitu. Begitulah ...
Hatiku begitu dingin. Begitulah ...
Hatiku ditutup rapat. Begitulah ...
Pikiranku salah. Begitulah ...

Apakah kau dirugikan olehku? Apakah aku memporak-porandakan hidupmu? Atau ada yang kucuri? Ayolah katakan?!

Apakah aku mendatangimu dan menawarkan banyak hal? Ayolah jelaskan!!

Membisu. Lagi lagi membisu. Kau tahu satu hal yang salah dalam dirimu. Bahwa kau tak menyukai kekecewaan dalam hidupmu. Kau yang melambung tinggi setinggi-tinggi, berangan-angan dengan kebutaan dan ketulian. Kesenangan-kesenangan itu yang penuhi netramu yang berkilauan itu.


*****

“Kenapa, sih! Kamu masih menjual mahal?” Bayu merasa kesal atas sikap dingin perempuan yang di dekatinya. Sudah cukup lama ia bersabar menunggu pujaannya bisa dalam pelukannya.

“Kau tanya seperti itu? Wanita itu memang mahal.” Cantika membalas pertanyaan Bayu dengan perasaan kesal juga. Apakah ia pikir karena dirinya pernah dikhianati oleh seorang laki-laki yang seharusnya menjaga malah ditinggalkan demi perempuan lain. Perempuan yang tak perlu sok mahal, terima laki-laki manapun tak perlu lihat-lihat. Perempuan yang hilang martabatnya.

Cantika pergi meninggalkan laki-laki yang sudah menggores luka pada hatinya atas ucapan tersebut. Ia malas harus beradu mulut sama laki-laki yang tak bisa mengerti perasaannya yang telah remuk layaknya serpihan kue-kue dilantai. Rasanya tak ingin lagi percaya tentang laki-laki yang mendekatinya.

Bayu telah melakukan kesalahan. Rasa emosinya merusak suasana yang seharusnya tak membuat Cantika marah padanya. Tapi, ia tak kuasa atas sikap Cantika yang tak menghargai usahanya sejauh ini untuk cinta yang ia punya untuk perempuan itu.

“Aaargh!” jerit Bayu stress. “Benci benci, kapan bisa berubahnya! Kapan bisa move on kamu, Cantika!” Bayu menghentakan kaki dan mengigit bibirnya mengeluarkan setengah kekesalannya. Jika ada barang di depannya mungkin sudah berantakan dan hancur.

Bayu berharap Cantika perempuan yang bisa menerima dia dari segala sisi. Entah, ketika melihatnya ada arah ingin dia lakukan untuk mengisi hatinya melupakan mantan yang telah meninggalkannya. Iya, Bayu ingin move on dari masa lalu yang menyakitkan ketika melihat Cantika yang memiliki sifat yang buat dirinya mengunggah. Perempuan itu berbeda, menarik.




To be continued