Setiap tanggal 10 November masyarakat Indonesia memperingati hari pahlawan. Pejuang yang berani dan tangguh dalam membela negara ini dari penjajah, sehingga kita bisa menikmati kebebasan tanpa harus menumpahkan darah.


Selain para pejuang yang sudah mengorbankan dirinya untuk kebebasan kita, ada seorang wanita yang menurut saya patut dijuluki pahlawan.


Pahlawan tanpa jasa, yang telah menghabiskan45 tahun untuk mengabdikan dirinya mencerdaskan penerus bangsa.


Beliau seorang wanita yang anaknya telah menikahi saya, dia adalah mertua, sekaligus ibu dari ribuan anak-anak muridnya.



Beliau mengajar sejak duduk di bangku kelas 2 menengah pertama, saat usianya berusia 13 tahun, belajar sambil mengajar, bahkan anak muridnya ada yang lebih tua darinya.


Berawal menggantikan kakak ibunya yang sedang menjalankan ibadah haji, menuntutnya untuk mengamalkan ilmu yang dia miliki, sejak saat itu, beliau terus mengajar sampai sekarang di usianya yang ke 58 tahun.


Sejak kecil mama selalu ikut mengajar di sekolah yang didirikan oleh kakeknya, jadi, ketika harus menggantikan mengajar, mama sudah terbiasa.


Pernah mengalami titik terendah dalam hidupnya, mama mampu menyekolahkan ke 6 (enam) anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi, karena beliau yakin mengajar itu berkah, dan semua anaknya mengikuti jejaknya menjadi tenaga pendidik.


Meskipun sudah puluhan tahun mengajar, gaji yang diterima tidak sebanding dengan pengabdiannya, karena beliau hanya lulusan sekolah menengah atas.


Sehingga pada usianya yang tak lagi muda, pun, tuntutan dari peraturan sekolah, mama memutuskan untuk kuliah.


Kebanggaan pun ikut saya rasakan, pada tahun 2016, mama lulus dengan predikat cumlaude, mengalahkan teman-temannya yang masih muda.

Spoiler for photo wisuda:

Saat wisuda tahun 2016

Di lingkungan tempat kami tinggal, mama pun sangat dihormati, karena tidak sedikit anak-anak sekitar rumah adalah muridnya, mama juga telah menggratiskan biaya sekolah, pun buku-buku untuk anak yatim dan piatu.



Banyak anak-anak muridnya yang sudah menjadi orang besar, tetapi mama tetap diingat, setiap lebaran banyak yang datang untuk silaturahim.



Selain menjadi seorang pengajar, mama pun diamanahkan memegang keuangan sekolah keluarga, setiap bulan mama keliling ke rumah guru-guru untuk memberikan hak-hak mereka.


Meskipun dengan kondisi yang kurang fit, karena penyakit diabetesnya, mama tetap semangat demi memegang amanah.


Sungguh mulia dirimu, berkat didikanmu berapa banyak warga sekitar yang bisa membaca dan menulis, pun membaca Alqur'an.


Mama, engkau adalah pahlawan bagi saya dan bagi warga sekitar di lingkungan kami, maupun murid-muridmu yang telah merasakan kasih sayang darimu.