Mungkin yang kutulis kali ini agak melenceng dari tema kepahlawanan, tapi ... dia berhasil menyelamatkanku dari belenggu tak kasat mata berupa perasaan trauma yang telah menggerogotiku sekian lama. Singkat cerita, aku pernah mengalami rasa sakit hati yang amat dalam karena ulah seseorang. Orang tersebut menyerangku dari sisi psikologis. Meski hanya lewat ucapan verbal yang terus menerus diulang - ulang, namun mental ini sempat jatuh akibat perbuatannya.

Bagaimana tidak? Orang jahat ini mengarang cerita dengan bumbu yang dilebih - lebihkan tentangku, memanipulasi keadaan sehingga semua orang percaya padanya dan berhasil membuat pandangan orang lain terhadapku menjadi keliru. Aku menjadi sosok bejat dan pantas dibenci di mata mereka.

Sampai kudengar dengan telingaku sendiri, mereka menggunjingku dengan sengaja, di sebelah tubuhku yang berdiri sendiri, dalam satu ruangan yang dipenuhi puluhan anak manusia. Padahal mereka tidak tahu hal yang terjadi sebenarnya, mereka hanya terhasut oleh mulut jahat seseorang yang iri terhadapku. Semua orang di lingkunganku menjadi benci padaku tanpa aku tau apa yang telah aku perbuat pada mereka. Betapa sakit hati dan jiwaku kala itu. Terjebak dalam situasi yang membuat tidur malamku tak nyenyak, makanku pun menjadi hambar dan merasa terkutuk berada disana.

Aku pun mencoba keluar dari lingkaran sosial yang kurasa telah membawa pengaruh buruk untuk kesehatanku. Kepalaku sering pusing, setiap malam air mataku tak pernah berhenti menitikkan air mata memikirkan hidupku yang serasa berada di neraka. Aku menghilang karena trauma. Aku merasa lemah dan tak berdaya. Memang tersiksa secara batin saat itu, aku menjauh dari semua lingkungan sosial hingga orang lain tidak dapat menemukan keberadaanku lagi. Mencoba membiarkan mereka melupakan orang yang sangat hina di mata mereka.

Aku mengisolasi diriku sendiri dan pergi menjauh dari mereka yang membuat aku sakit. Hanya keluarga terdekat saja yang masih sering aku jumpai. Tak ada lagi teman dan sahabat. Aku benar - benar seperti manusia hidup yang telah kehilangan nyawanya.

Hingga aku dipertemukan Tuhan dengan seorang bapak - bapak tua yang berprofesi sebagai seorang penjual kerupuk. Dia adalah sosok pahlawan itu, orang asing yang bahkan aku tidak tau asal - usulnya. Dia membawa dagangannya dengan sepeda onthel. Pria itu bisa menyembuhkan aku hanya lewat kata - katanya yang sangat menyentuh hati dan pikiranku.

"Ikhlas menjalani takdir Tuhan adalah kunci kebahagiaan yang hakiki"


Entah ada angin apa, ban motorku bocor dan terpaksa aku melipir ke bengkel tambal ban.


Di depan bengkel ada penjual kerupuk tadi. Aku menunggu ban motorku selesai dikerjakan dan beliau menunggu pembeli datang. Karena rasa iba, kuhampiri dia. Satu kresek krupuk aku beli darinya, disitu kita duduk di bangku kayu. Beliau menceritakan kisah hidupnya secara singkat. Beliau pernah difitnah juga, sama sepertiku. Dan akhirnya dia mengeluarkan kalimat sakti tadi.

Seketika aku berpikir akan kalimat itu. Meresapinya dengan dalam, mencoba mengikhlaskan apa yang telah terjadi padaku dan berhenti menangisi takdir. Semenjak saat itu, aku merasa tertolong. Tak ada lagi tangis atas semua yang telah menimpaku. Kata - kata dari orang asing yang bahkan aku tak tau siapa namanya, ternyata bisa sedahsyat itu mengangkat aku dari trauma tak berguna ini.

Untuk bapak penjual kerupuk di depan bengkel, saya ucapkan terimakasih. Anda adalah pahlawan yang telah menyelamatkan saya dari trauma psikis yang sudah saya alami dua tahun belakangan. By the way, sekarang bapak itu sudah jarang ada di depan bengkel jadi saya nggak punya fotonya gan, jadi saya ilustrasikan lewat gambar dari media lain ya gan! Kira - kira seperti gambar di bawah ini :



Sumber gambar :
gambar 1 - dokumentasi pribadi
gambar 2 - yukitakepo