- Beranda
- Komunitas
- Regional
- Kalimantan Barat
[COC Reg. Kalbar] Ketika orang Jakarta terkenang kuliner Pontianak


TS
junoon
[COC Reg. Kalbar] Ketika orang Jakarta terkenang kuliner Pontianak
Halo semuanya!!
Hello everyone!!
Bonjour!!
Ciao!!
Ni Hao!!
Konnichiwa!!
Annyeonghaseyo!!
Hello everyone!!
Bonjour!!
Ciao!!
Ni Hao!!
Konnichiwa!!
Annyeonghaseyo!!
Mohon izin untuk ikut meramaikan COC REGIONAL KALIMANTAN BARATmelalui thread ini, dimana kali ini aku selaku TS ingin membahas, singkat saja, tentang kenangan TS kepada kuliner khas Pontianak.
Quote:
PROLOGUE
Sebelumnya mungkin aku sebaiknya perkenalan singkat dulu ya. Aku sendiri tinggal di Jakarta. Tapi aku berkesempatan berkunjung ke Kalimantan Barat pada bulan Juli 2018. Sayangnya memang karena waktuku gak banyak, aku berada di daerah ini hanya selama 2 hari. Niat awalnya memang untuk menempuh perjalanan darat dari Kuching (Malaysia) ke Pontianak dengan bus antarnegara, kemudian keliling-keliling sebentar di Pontianak sebelum pulang ke Jakarta (soal ini aku sudah bikin thread tersendiri di Kaskus, cek akhir postingan ini).
Aku sendiri, sebelum akhirnya menjejakkan kaki di Kalimantan Barat, sudah cukup kenal dengan daerah ini. Maklum, teman-teman sekolahku di Jakarta lumayan banyak yang berasal dari Kalimantan Barat, khususnya rekan-rekan dari etnis Tionghoa. Jadi aku sering mendengar cerita dari mereka, yang namanya Pontianak, Singkawang, Ketapang dll. itu seperti apa.
Sementara tentang kuliner Pontianak sendiri, aku cukup familiar dengan yang namanya Kwetiau Sapi Pontianak karena di tempat tinggal sekitarku ada beberapa yang menjual. Belakangan aku baru tahu kalau ternyata di Pontianak nama makanan ini lebih sering disebut "Mie Tiaw". Dan ternyata yang dimiliki oleh Pontianak bukan hanya Mie Tiaw, tapi masih banyak lagi. Inilah yang akan aku bahas sekilas dalam thread ini. Jadi thread ini bagiku bukan cuma sekadar meramaikan COC Reg. Kalbar, tapi juga sekaligus flashback ketika aku berkeliling Pontianak sekitar 2 tahun yang lalu.
Sebelumnya mungkin aku sebaiknya perkenalan singkat dulu ya. Aku sendiri tinggal di Jakarta. Tapi aku berkesempatan berkunjung ke Kalimantan Barat pada bulan Juli 2018. Sayangnya memang karena waktuku gak banyak, aku berada di daerah ini hanya selama 2 hari. Niat awalnya memang untuk menempuh perjalanan darat dari Kuching (Malaysia) ke Pontianak dengan bus antarnegara, kemudian keliling-keliling sebentar di Pontianak sebelum pulang ke Jakarta (soal ini aku sudah bikin thread tersendiri di Kaskus, cek akhir postingan ini).
Aku sendiri, sebelum akhirnya menjejakkan kaki di Kalimantan Barat, sudah cukup kenal dengan daerah ini. Maklum, teman-teman sekolahku di Jakarta lumayan banyak yang berasal dari Kalimantan Barat, khususnya rekan-rekan dari etnis Tionghoa. Jadi aku sering mendengar cerita dari mereka, yang namanya Pontianak, Singkawang, Ketapang dll. itu seperti apa.
Sementara tentang kuliner Pontianak sendiri, aku cukup familiar dengan yang namanya Kwetiau Sapi Pontianak karena di tempat tinggal sekitarku ada beberapa yang menjual. Belakangan aku baru tahu kalau ternyata di Pontianak nama makanan ini lebih sering disebut "Mie Tiaw". Dan ternyata yang dimiliki oleh Pontianak bukan hanya Mie Tiaw, tapi masih banyak lagi. Inilah yang akan aku bahas sekilas dalam thread ini. Jadi thread ini bagiku bukan cuma sekadar meramaikan COC Reg. Kalbar, tapi juga sekaligus flashback ketika aku berkeliling Pontianak sekitar 2 tahun yang lalu.
Quote:
Lek Tau Suan
![[COC Reg. Kalbar] Ketika orang Jakarta terkenang kuliner Pontianak](https://dl.kaskus.id/farm1.staticflickr.com/939/28734516247_80317d4fc6_b.jpg)
Lek Tau Suan di Jl Gajah Mada, Pontianak (sumber: foto pribadi)
"Lek Tau Suan" adalah desert khas Pontianak, sering disebut sebagai "bubur kacang ijo"-nya Pontianak, walaupun dari namanya sudah ketahuan bahwa makanan ini aslinya adalah makanan Tionghoa.
Menurut artikel ini, nama "Lek Tau Suan" terdiri dari kata "Lek Tau" (綠豆) yang berarti "kacang hijau", sementara kata "Suan" bisa punya banyak arti. Ada yang mengatakan bahwa "Suan" dengan huruf "爽" berarti "enak dan segar", sementara versi lainnya adalah "Suan" dengan huruf "碹" yang berarti "berlian" atau "mutiara", karena memang jika diberi cahaya maka sup kacang ini akan bersinar seperti berlian atau mutiara.
Aku sendiri ketemu makanan ini secara gak sengaja. Setelah turun dari bus Kuching-Pontianak di Terminal Sei Ambawang, aku ditawarin naik ojek dan karena aku masih bingung mau turun di mana, aku bilang aja ke Jl Gajah Mada, karena dengar-dengar di sana banyak makanan enak, apalagi perutku udah lapar banget. Pas sampai di sana, coba lihat-lihat tempat makan, eh ketemu Warunk Upnormal, yaelah ngapain jauh-jauh ke Pontianak makannya di Upnormal wong di dekat tempatku di Jakarta juga ada.
Cari-cari eh ketemu jejeran gerobak yang jual Lek Tau Suan. Ya udah aku coba aja. Kemudian datanglah sup atau bubur kacang hijau dengan potongan cakwe kering, yang rasanya nikmat dan hangat. Lumayan lah, menghangatkan perut setelah sekitar 8 jam perjalanan darat. Sempat kaget karena kacangnya kok warnanya kuning, ternyata betul, kacangnya sudah dikupas dulu sebelum dimasak.
![[COC Reg. Kalbar] Ketika orang Jakarta terkenang kuliner Pontianak](https://dl.kaskus.id/farm1.staticflickr.com/939/28734516247_80317d4fc6_b.jpg)
Lek Tau Suan di Jl Gajah Mada, Pontianak (sumber: foto pribadi)
"Lek Tau Suan" adalah desert khas Pontianak, sering disebut sebagai "bubur kacang ijo"-nya Pontianak, walaupun dari namanya sudah ketahuan bahwa makanan ini aslinya adalah makanan Tionghoa.
Menurut artikel ini, nama "Lek Tau Suan" terdiri dari kata "Lek Tau" (綠豆) yang berarti "kacang hijau", sementara kata "Suan" bisa punya banyak arti. Ada yang mengatakan bahwa "Suan" dengan huruf "爽" berarti "enak dan segar", sementara versi lainnya adalah "Suan" dengan huruf "碹" yang berarti "berlian" atau "mutiara", karena memang jika diberi cahaya maka sup kacang ini akan bersinar seperti berlian atau mutiara.
Aku sendiri ketemu makanan ini secara gak sengaja. Setelah turun dari bus Kuching-Pontianak di Terminal Sei Ambawang, aku ditawarin naik ojek dan karena aku masih bingung mau turun di mana, aku bilang aja ke Jl Gajah Mada, karena dengar-dengar di sana banyak makanan enak, apalagi perutku udah lapar banget. Pas sampai di sana, coba lihat-lihat tempat makan, eh ketemu Warunk Upnormal, yaelah ngapain jauh-jauh ke Pontianak makannya di Upnormal wong di dekat tempatku di Jakarta juga ada.
Cari-cari eh ketemu jejeran gerobak yang jual Lek Tau Suan. Ya udah aku coba aja. Kemudian datanglah sup atau bubur kacang hijau dengan potongan cakwe kering, yang rasanya nikmat dan hangat. Lumayan lah, menghangatkan perut setelah sekitar 8 jam perjalanan darat. Sempat kaget karena kacangnya kok warnanya kuning, ternyata betul, kacangnya sudah dikupas dulu sebelum dimasak.
Quote:
Kwecap
![[COC Reg. Kalbar] Ketika orang Jakarta terkenang kuliner Pontianak](https://dl.kaskus.id/farm1.staticflickr.com/923/41813941660_e4193e8452_b.jpg)
Kwecap Veteran (sumber: foto pribadi)
"Kwecap" juga menjadi makanan yang banyak diburu pengunjung yang datang ke Pontianak, walaupun sebenarnya makanan ini bukan hanya ada di Pontianak saja, tapi juga di kota-kota lain di Asia Tenggara yang banyak orang Tiociu-nya, seperti Batam, Singapore, dan Bangkok. Tapi setelah aku browsing sana-sini, ternyata kwecap Pontianak dengan kwecap Singapore ada bedanya, di Singapore dan beberapa tempat lain kuahnya hitam agak pekat pengaruh kecap, sementara di Pontianak kwecap berkuah bening, seperti pada foto ini.
Kata "Kwe" (粿) dalam nama kwecap berarti "kue beras", sementara "cap" (汁) berarti "sup". Dalam makanan ini terdapat mie beras mirip kwetiau rebus yang dipotong-potong dan sup, dalam versi Pontianak seperti yang aku coba di Jl Veteran ini isinya adalah daging babi dan aneka jeroannya.
Kalau untuk yang ini, aku emang niat banget pengen nyobain langsung, karena sering disebut-sebut ketika aku browsing tentang kuliner khas Pontianak. Rasanya sih emang enak, cuma siap-siap aja tensi naik buat teman-teman yang gak kuat, maklum isinya daging & jeroan semua.
.
![[COC Reg. Kalbar] Ketika orang Jakarta terkenang kuliner Pontianak](https://dl.kaskus.id/farm1.staticflickr.com/923/41813941660_e4193e8452_b.jpg)
Kwecap Veteran (sumber: foto pribadi)
"Kwecap" juga menjadi makanan yang banyak diburu pengunjung yang datang ke Pontianak, walaupun sebenarnya makanan ini bukan hanya ada di Pontianak saja, tapi juga di kota-kota lain di Asia Tenggara yang banyak orang Tiociu-nya, seperti Batam, Singapore, dan Bangkok. Tapi setelah aku browsing sana-sini, ternyata kwecap Pontianak dengan kwecap Singapore ada bedanya, di Singapore dan beberapa tempat lain kuahnya hitam agak pekat pengaruh kecap, sementara di Pontianak kwecap berkuah bening, seperti pada foto ini.
Kata "Kwe" (粿) dalam nama kwecap berarti "kue beras", sementara "cap" (汁) berarti "sup". Dalam makanan ini terdapat mie beras mirip kwetiau rebus yang dipotong-potong dan sup, dalam versi Pontianak seperti yang aku coba di Jl Veteran ini isinya adalah daging babi dan aneka jeroannya.
Kalau untuk yang ini, aku emang niat banget pengen nyobain langsung, karena sering disebut-sebut ketika aku browsing tentang kuliner khas Pontianak. Rasanya sih emang enak, cuma siap-siap aja tensi naik buat teman-teman yang gak kuat, maklum isinya daging & jeroan semua.

Quote:
Kwetiau / Mie Tiaw Sapi
![[COC Reg. Kalbar] Ketika orang Jakarta terkenang kuliner Pontianak](https://dl.kaskus.id/farm1.staticflickr.com/846/29752327588_9afc00d8c9_b.jpg )
Mie Tiaw Antasari (sumber: foto pribadi)
Seperti yang sudah aku sebutkan dalam bagian prologue bahwa sebelum aku menjejakkan kaki di Pontianak aku sudah cukup sering makan Kwetiau Sapi Pontianak.
Tapi aku masih bingung kenapa orang Pontianak menyebut "kwetiau" sebagai "mie tiaw", dan kira-kira ketika orang Tionghoa Pontianak sedang berbahasa Tiociu apakah mereka juga menyebut makanan ini "mie tiaw"??? Karena setauku orang Tiociu di Singapore dan Bangkok tetap menyebut makanan ini "kwetiau".
Ah, daripada pusing-pusing mikirin nama, mending cobain langsung aja deh. Teman-teman di Pontianak mungkin sudah tau bahwa setidaknya ada 2 warung mie tiaw yang populer. Pertama adalah Apollo, dan yang kedua Antasari. Sayangnya aku gak sempat ke Apollo karena katanya kalau siang tutup, jadi aku pergi ke Mie Tiaw Antasari. Katanya ini adalah warung mie tiaw favorit mantan Gubernur Kalbar, Cornelis.
Mie Tiaw Pontianak memang agak berbeda dengan kwetiau Penang atau Medan yang aku lebih familiar, maklum aku emang asli sana, karena kalau kwetiau Medan banyak menggunakan daging babi dan seafood, maka untuk mie tiaw Pontianak bahan utama yang digunakan adalah daging sapi. Katanya sih, penggunaan sapi untuk mie tiaw memang khas Tiociu.
![[COC Reg. Kalbar] Ketika orang Jakarta terkenang kuliner Pontianak](https://dl.kaskus.id/farm1.staticflickr.com/846/29752327588_9afc00d8c9_b.jpg )
Mie Tiaw Antasari (sumber: foto pribadi)
Seperti yang sudah aku sebutkan dalam bagian prologue bahwa sebelum aku menjejakkan kaki di Pontianak aku sudah cukup sering makan Kwetiau Sapi Pontianak.
Tapi aku masih bingung kenapa orang Pontianak menyebut "kwetiau" sebagai "mie tiaw", dan kira-kira ketika orang Tionghoa Pontianak sedang berbahasa Tiociu apakah mereka juga menyebut makanan ini "mie tiaw"??? Karena setauku orang Tiociu di Singapore dan Bangkok tetap menyebut makanan ini "kwetiau".
Ah, daripada pusing-pusing mikirin nama, mending cobain langsung aja deh. Teman-teman di Pontianak mungkin sudah tau bahwa setidaknya ada 2 warung mie tiaw yang populer. Pertama adalah Apollo, dan yang kedua Antasari. Sayangnya aku gak sempat ke Apollo karena katanya kalau siang tutup, jadi aku pergi ke Mie Tiaw Antasari. Katanya ini adalah warung mie tiaw favorit mantan Gubernur Kalbar, Cornelis.
Mie Tiaw Pontianak memang agak berbeda dengan kwetiau Penang atau Medan yang aku lebih familiar, maklum aku emang asli sana, karena kalau kwetiau Medan banyak menggunakan daging babi dan seafood, maka untuk mie tiaw Pontianak bahan utama yang digunakan adalah daging sapi. Katanya sih, penggunaan sapi untuk mie tiaw memang khas Tiociu.
Quote:
Chai Kue
![[COC Reg. Kalbar] Ketika orang Jakarta terkenang kuliner Pontianak](https://dl.kaskus.id/farm1.staticflickr.com/929/41813867160_5a2df58363_b.jpg )
Chai Kue Siam (Ahin), sumber: foto pribadi
"Chai Kue" juga menjadi kuliner Tionghoa yang dikenal sebagai khas Pontianak. Akan halnya 3 makanan di atas, "chai kue" juga disebut jika awalnya berasal dari makanan khas Tiociu. Kata "chai" (菜) berarti "sayur", sementara "kue" (粿) ya artinya "kue" (bahasa Indonesia mengambil kata ini dari bahasa Hokkien). Sementara teman-teman yang berbahasa Hakka menyebut makanan ini "choi pan", "choi" artinya "sayur" dan "pan" artinya "kue".
Agak mirip dengan bagaimana aku menjumpai Lek Tau Suan seperti ceritaku di atas, aku ketemu chai kue ini juga gak sengaja. Bedanya aku gak makan di tempat, tapi order via Go-Food minta diantar ke hotel, karena waktu itu dapat kabar pesawatku ke Jakarta jamnya mundur, jadi nunggu di hotel aja lah udah malas mau keluar-keluar lagi, soalnya tempat nginapku itu di daerah selatan Pontianak, seberang Kantor Gubernur.
"Chai Kue" ini dari bentuknya memang mirip "Gyoza" khas Jepang atau "Jiaozi" khas China Utara (Beijing dan sekitarnya). Bedanya cuma di isi, kalau Gyoza atau Jiaozi isinya daging, maka chai kue seperti namanya isinya adalah sayur. Chai Kue bisa dimasak dengan cara digoreng ataupun direbus, tapi aku sendiri lebih suka direbus, kalau yang digoreng karena kebanyakan minyak jadi agak gimana gituh.
Ciri khas lain dari chai kue ini adalah sambalnya, menurutku bau udangnya kuat banget. Apalagi ketika chai kue ini dibungkus dan kemudian aku buka lagi pas naik pesawat ke Jakarta, bau udangnya langsung nyebar ke pesawat. Malu-maluin sumpah.
![[COC Reg. Kalbar] Ketika orang Jakarta terkenang kuliner Pontianak](https://dl.kaskus.id/farm1.staticflickr.com/929/41813867160_5a2df58363_b.jpg )
Chai Kue Siam (Ahin), sumber: foto pribadi
"Chai Kue" juga menjadi kuliner Tionghoa yang dikenal sebagai khas Pontianak. Akan halnya 3 makanan di atas, "chai kue" juga disebut jika awalnya berasal dari makanan khas Tiociu. Kata "chai" (菜) berarti "sayur", sementara "kue" (粿) ya artinya "kue" (bahasa Indonesia mengambil kata ini dari bahasa Hokkien). Sementara teman-teman yang berbahasa Hakka menyebut makanan ini "choi pan", "choi" artinya "sayur" dan "pan" artinya "kue".
Agak mirip dengan bagaimana aku menjumpai Lek Tau Suan seperti ceritaku di atas, aku ketemu chai kue ini juga gak sengaja. Bedanya aku gak makan di tempat, tapi order via Go-Food minta diantar ke hotel, karena waktu itu dapat kabar pesawatku ke Jakarta jamnya mundur, jadi nunggu di hotel aja lah udah malas mau keluar-keluar lagi, soalnya tempat nginapku itu di daerah selatan Pontianak, seberang Kantor Gubernur.
"Chai Kue" ini dari bentuknya memang mirip "Gyoza" khas Jepang atau "Jiaozi" khas China Utara (Beijing dan sekitarnya). Bedanya cuma di isi, kalau Gyoza atau Jiaozi isinya daging, maka chai kue seperti namanya isinya adalah sayur. Chai Kue bisa dimasak dengan cara digoreng ataupun direbus, tapi aku sendiri lebih suka direbus, kalau yang digoreng karena kebanyakan minyak jadi agak gimana gituh.
Ciri khas lain dari chai kue ini adalah sambalnya, menurutku bau udangnya kuat banget. Apalagi ketika chai kue ini dibungkus dan kemudian aku buka lagi pas naik pesawat ke Jakarta, bau udangnya langsung nyebar ke pesawat. Malu-maluin sumpah.

Quote:
Antara PONTIANAK dan TIO CIU
Ketika aku menyusun thread ini, aku akhirnya tersadar bahwa ke-4 kuliner Pontianak yang aku ulas di thread ini semuanya berawal dari makanan khas TIO CIU (kadang-kadang ditulis "TEOCHEW").
Apa itu TIO CIU??? Bagi teman-teman di Kalbar khususnya di Pontianak mungkin sudah akrab dengan komunitas Tio Ciu ini, tapi baiklah aku ulas sekilas di thread ini ya.
"TIO CIU" adalah sekelompok komunitas Tionghoa, atau beberapa pihak menyebut mereka sebagai "sub-etnis Tionghoa" yang berasal dari 3 wilayah besar di selatan China yang sekarang masuk Provinsi Guangdong, yaitu Chaozhou, Shantou, dan Jieyang. Mereka menggunakan bahasa yang disebut sebagai bahasa Tio Ciu. Nama "Tio Ciu" sendiri berasal dari penyebutan bahasa tersebut untuk nama "Chaozhou" (潮州).
Beberapa orang dari komunitas Tio Ciu ini kemudian merantau ke berbagai tempat khususnya di Asia Tenggara, seperti Thailand, Singapore, Batam, dan tentu saja Kalbar khususnya Pontianak, Ketapang, dan sekitarnya. Sejak itu juga, bahasa Tio Ciu menjadi bahasa Tionghoa yang paling banyak terdengar di Pontianak, selain bahasa Hakka atau Khek. Bahasa Tio Ciu masuk dalam rumpun bahasa "Min Nan" (Min Selatan), yang artinya serumpun dengan bahasa Hokkien yang banyak digunakan orang Tionghoa di Sumatera dan Jawa. Tapi tetap ada perbedaan di antara keduanya.
Selain bahasa, komunitas Tio Ciu juga tetap mewariskan tradisi makanan khas mereka, yang dalam perkembangannya menjadi kuliner khas kota Pontianak seperti pada thread ini.
Ketika aku menyusun thread ini, aku akhirnya tersadar bahwa ke-4 kuliner Pontianak yang aku ulas di thread ini semuanya berawal dari makanan khas TIO CIU (kadang-kadang ditulis "TEOCHEW").
Apa itu TIO CIU??? Bagi teman-teman di Kalbar khususnya di Pontianak mungkin sudah akrab dengan komunitas Tio Ciu ini, tapi baiklah aku ulas sekilas di thread ini ya.
"TIO CIU" adalah sekelompok komunitas Tionghoa, atau beberapa pihak menyebut mereka sebagai "sub-etnis Tionghoa" yang berasal dari 3 wilayah besar di selatan China yang sekarang masuk Provinsi Guangdong, yaitu Chaozhou, Shantou, dan Jieyang. Mereka menggunakan bahasa yang disebut sebagai bahasa Tio Ciu. Nama "Tio Ciu" sendiri berasal dari penyebutan bahasa tersebut untuk nama "Chaozhou" (潮州).
Beberapa orang dari komunitas Tio Ciu ini kemudian merantau ke berbagai tempat khususnya di Asia Tenggara, seperti Thailand, Singapore, Batam, dan tentu saja Kalbar khususnya Pontianak, Ketapang, dan sekitarnya. Sejak itu juga, bahasa Tio Ciu menjadi bahasa Tionghoa yang paling banyak terdengar di Pontianak, selain bahasa Hakka atau Khek. Bahasa Tio Ciu masuk dalam rumpun bahasa "Min Nan" (Min Selatan), yang artinya serumpun dengan bahasa Hokkien yang banyak digunakan orang Tionghoa di Sumatera dan Jawa. Tapi tetap ada perbedaan di antara keduanya.
Selain bahasa, komunitas Tio Ciu juga tetap mewariskan tradisi makanan khas mereka, yang dalam perkembangannya menjadi kuliner khas kota Pontianak seperti pada thread ini.
Yah, itu saja yang mau aku ceritakan melalui thread ini. Sambil bikin thread ini entah kenapa kok aku jadi kangen mau ke Pontianak lagi. Tapi sayangnya pandemi Covid-19 bikin aku gak bisa bergerak bebas ke mana-mana. Aku masih pengen ngeksplor Kalimantan Barat, belum sempat kesampaian mau ke Tugu Khatulistiwa yang asli (cuma ke replikanya di Taman Alun Kapuas), terus penasaran dengan rumah panjang di pedalaman, sama ke tempat temanku di Singkawang.
Quote:
Sesuai janjiku di prologue, ini ceritaku ketika naik bus dari Kuching ke Pontianak melewati perbatasan Entikong:
https://www.kaskus.co.id/thread/5b5b...ile&med=thread
Sementara untuk laporan yang komplit tentang perjalananku di Sarawak dan Pontianak dalam bahasa Inggris, kalian bisa baca di sini:
https://www.flyertalk.com/forum/trip...ijaya-air.html
https://www.kaskus.co.id/thread/5b5b...ile&med=thread
Sementara untuk laporan yang komplit tentang perjalananku di Sarawak dan Pontianak dalam bahasa Inggris, kalian bisa baca di sini:
https://www.flyertalk.com/forum/trip...ijaya-air.html
Thanks for reading!!! 

Diubah oleh junoon 08-11-2020 23:33
0
713
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan