Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

alfiaunsahAvatar border
TS
alfiaunsah
Kereta Maut Mulai Berangkat, Wanita Botak Itu Selalu Cemas
Kereta Maut Mulai Berangkat, Wanita Botak Itu Selalu Cemas

Seorang wanita bertubuh ramping, pinggangnya kecil dengan bokong bulat yang dulu selalu ia banggakan. Terlihat duduk lesu di samping jendela besar sebuah rumah sakit swasta.

Kereta Maut Mulai Berangkat, Wanita Botak Itu Selalu Cemas

Kulit putihnya kehilangan rona, ia pucat pasi bagai mati. Padahal menurut diagnosa sang dokter, ia masih punya waktu. Kereta maut akan menjemputnya sekitar tiga bulan lagi.

Pagi itu di rumah sakit, ia mulai mendengar kondektur kereta api meniupkan pluit. Lalu sang masinis membunyikan klaskon sebanyak dua kali. 'Tuhan, kereta mautku sedang dalam perjalanan.' ucapnya dalam hati.

Kereta Maut Mulai Berangkat, Wanita Botak Itu Selalu Cemas

Wanita tanpa rambut itu memandang ke luar jendela, menatapi hujan yang turun teratur. Membuatnya bisa menggambar dua titik mata dan satu lengkung senyum dengan jemarinya, di atas kaca jendela.

Kereta Maut Mulai Berangkat, Wanita Botak Itu Selalu Cemas

Ia tersenyum, membalas senyuman yang ia buat di jendela. Lalu ia tiba-tiba ingin mencatat sesuatu yang mungkin bisa dikenang, sebuah memori perjalanan hidupnya.

Tunggu ....!

Untuk apa ia menuliskan itu?

Ia terkekeh geli, sendiri. Ia sadar tak perlu repot menuliskan semua hal itu. Toh nanti, ia akan mendapatkan sebuah jurnal diri, yang mencatat semua detail perjalanan hidupnya.

Barangkali kan ditulis dengan tinta emas, dan diukir dengan tulisan sambung yang indah. Entahlah ....

Sebuah buku yang mungkin akan sangat tebal. Yang entah, apakah ia bisa tersenyum saat membacanya. Atau justru membuatnya menjerit meraung dalam sesal.

Wanita dengan lesung di salah satu pipinya itu menekuk kakinya, memeluk kedua kakinya erat. Menenggelamkan wajahnya di sana. Melepaskan bulir demi bulir air mata. Berusaha melepas segala sesak yang mengikat dirinya kuat-kuat.

Hujan mereda, namun tidak dengan tangisnya. Telinganya kembali menangkap, samar-samar suara klakson dari sang masinis yang akan membawakan kereta maut untuknya.

'Ah, apakah mereka akan menyediakanku hidangan yang mewah di dalamnya? Atau jangan-jangan kereta itu sangat jelek dan bau. Hanya akan ada aku dan beberapa petugas yang akan menyiksaku?'

Ia tenggelam dalam perandaian, terjebak dalam rasa takut. Seakan kata 'tenang' telah dihapus dari muka bumi, sejak ia menerima surat diagnosa sang dokter.

Kendati demikian, di hatinya terselip sebuah harap pada Tuhan, ia haus kasih sayang. Ia rindu pelukan.

Saat pikirannya masih menerawang. Dari luar jendela, bunyi klakson terdengar Cumiakkan telinga. Disusul jeritan-jeritan manusia. Mata wanita itu hendak melompat keluar, ia menyaksikan motor dan mobil yang ringsek, juga ceceran darah di aspal.

Ia menghela nafas. Mengambil gelas bening berisi air putih di sampingnya, meneguknya sedikit. Lalu kembali melihat ke luar. Seorang lelaki tampak membawa koran, lalu menutupi tiga tubuh yang tergeletak di bawah sana.

Samar-samar, suara kereta kembali tertangkap di daun telinganya. Kali ini, wanita botak itu tersenyum, memandang ke langit. Mata bulatnya berkaca-kaca.

Ia berterima kasih pada Tuhan. Bibir keringnya yang berwarna pink pucat, melengkung. Senyum yang manis terbit diwajahnya.

Ia bersyukur, kereta mautnya datang perlahan. Tak seperti beberapa mayat yang saat ini dikelilingi orang-orang yang sibuk mengabadikan mereka dalam satu dua jepret.

Ia kembali ke bangsalnya. Lalu menatap lama pada indah bunga di atas nakas. Ah, betapa ia buta beberapa hari ini. Tiap kelopak matanya terbuka, yang tampak adalah perkiraan tanggal kematian dari sang dokter, ia tak pernah melihat yang lain.

Kereta Maut Mulai Berangkat, Wanita Botak Itu Selalu Cemas

Namun sejak hari itu, setiap ia membuka kelopak matanya, ia mampu menangkap hal-hal kecil yang indah ... Bunga di sepanjang koridor yang selalu bermekar, aroma sup jagung yang sangat nikmat, bahkan ia mulai menyukai beningnya air putih.

Kereta Maut Mulai Berangkat, Wanita Botak Itu Selalu Cemas

Meski semakin hari, kelopak matanya semakin berat. Wanita botak itu tetap berusaha menatap hal-hal indah, lalu bibir keringnya yang pucat kan basah dengan ucapan 'Terima kasih, Tuhan.'

Kereta Maut Mulai Berangkat, Wanita Botak Itu Selalu Cemas
Diubah oleh alfiaunsah 24-03-2021 15:11
maling.sepatuAvatar border
tien212700Avatar border
banditos69Avatar border
banditos69 dan 18 lainnya memberi reputasi
17
1.9K
27
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan